Rabu, 30 Desember 2015

Saba Sade

.: Selamat Datang di Desa Sade :.

Bukan untuk pertama kalinya saya bertandang ke desa ini. Teronggok tak begitu jauh dari Bandara Internasional Lombok, Desa Sade bertengger sebagai destinasi populer yang wajib dikunjungi. Lokasinya berada di kawasan Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Masyarakatnya masih setia memegang teguh tradisi. Disesaki dengan rumah-rumah adat khas Sasak yang berderet rapi dengan atap alang-alang kering, desa Sade seolah ingin menegaskan diri sebagai primadona desa adat di seantero pulau. Saya bertandang ke desa ini saat sore datang menjelang.

Langit cerah. Matahari bersinar hangat. Seisi desa seperti sedang tumpah ruah. Maklum, saya datang saat akhir pekan. Di parkiran, banyak bus dan kendaraan pribadi berjejalan, berbagi tempat dan berderet-deret hingga memakan badan jalan. Pemandangan yang jamak terjadi di desa Sade saat musim liburan.

"Selamat sore. Selamat datang di desa Sade. Perkenalkan, nama saya Wahid. Saya akan memandu Anda sekalian berkeliling desa." sapa salah seorang pemandu.

Rabu, 23 Desember 2015

Balada Beleq

.: [Bukan Arashiyama] Jajaran Bambu Menuju Desa Beleq, Sembalun Lawang :.

Tersohor sebagai pulau yang mengoleksi banyak gili, Pulau Lombok juga menjadi 'rumah' bagi banyak desa adat yang setia merawat tradisi. Posisinya tersebar di seantero pulau. Masing-masing mempunyai keunikan dan keistimewaannya sendiri. Dari sekian banyak desa adat yang sudah ditahbiskan sebagai destinasi populer di pulau yang mengapung di tepi garis Wallace ini, desa adat Beleq seolah bergeming dari ingar bingar modernisasi.

Letaknya tak jauh dari kaki Rinjani. Aksesnya mudah ditembus dan pesonanya sanggup merangkum kebersahajaan desa yang menawarkan keramahan paripurna. Saat banyak pejalan mengagungkan kegiatan pendakian ke gunung Rinjani dan mengabarkan panorama bukit di sekitarnya, desa adat Beleq seakan luput dari radar wisatawan. Saya mengunjungi desa tersebut suatu siang selepas memenuhi undangan makan siang di rumah pemandu pendakian Bukit Pergasingan. Sebuah ajakan yang pantang untuk dilewatkan.  

Kamis, 17 Desember 2015

Palagan Pergasingan

.: Hamparan Sawah dan Perkampungan Sembalun dilihat dari Bukit Pergasingan :.

Menjulang setinggi 3.726 mdpl telah menempatkan Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di nusantara. Pesonanya kian hari semakin cemerlang. Banyak pendaki yang memasukkannya dalam daftar pendakian saban tahun. Saya pun demikian. Sejak dua tahun lalu, saya sudah menempatkan Rinjani sebagai tujuan pendakian berikutnya, bersama Semeru dan Kerinci. Ketiga gunung tersebut seolah memancarkan magnet paling berkilau dalam jajaran gunung yang ingin saya daki di tahun 2015 ini.

Namun, saya sepertinya harus belajar banyak akan arti kesabaran. Saat jadwal pendakian menemukan titik terang, ternyata alam berkehendak lain. Semeru ditutup karena kebakaran hutan, teman-teman yang akan ikut pendakian pada tumbang karena sakit, dan saya disibukkan dengan kegiatan kantor yang tiba-tiba saja banyak berdatangan. Pendakian Semeru pun dibatalkan. Menjelang akhir tahun, saya mendapat undangan untuk mengikuti acara Travel Writer Gathering 2015 di Mataram, Lombok. Maksud hati ingin sekalian naik Rinjani, ternyata harus pupus juga karena Gunung Barujari sedang batuk.

Kamis, 10 Desember 2015

Teroka Toraja: Lantunan Lampau Lemo Londa

.: Lanskap Tana Toraja yang Didominasi oleh Sawah dan Perbukitan Hijau :.

Di bawah bayang-bayang awan putih yang melayang di angkasa, deretan bukit cadas yang diselimuti gerumbul semak berdiri dengan kokoh di antara hamparan permadani sawah yang menghijau. Di perutnya, tersimpan kuburan kuno yang mengingatkan siapa saja akan betapa singkatnya hidup di dunia. Konsep yang sering dikotbahkan para pemuka agama bahwa hidup merupakan jeda untuk mempersiapkan kematian begitu nyata dan diimani oleh semua penduduk.

Jauh di utara kota Makassar, Tana Toraja seolah bergeming, menyembunyikan diri dari keriuhan yang dirayakan di belahan selatan Sulawesi. Pariwisata sempat merekah di sini, membuatnya ditahbiskan sebagai destinasi unggulan Indonesia setelah Bali. Namun, sejak Pulau Dewata diguncang bom, bersamaan itu pula reputasi Tana Toraja meredup dan seolah menghilang dari peta pariwisata. Kubur batu sepi pengunjung. Ritual adat kematian hanya dirayakan oleh penduduk lokal. Suatu hal yang bertolak belakang dengan pancaran keoptimisan yang digambarkan dalam motif-motif kain yang ditenun oleh para perempuan Toraja.

Jumat, 04 Desember 2015

Terapi Cynophobia

.: Jogging Pagi di Kawasan Pantai Senggigi, Lombok :.

Entah mengapa, dari dulu saya selalu takut dikejar anjing. Orang bilang saya mengidap cynophobia. Mungkin gara-garanya karena dikejar anjing tetangga saat disuruh ibu membeli gula di toko kelontong, bertahun-tahun yang lalu. Sampai suatu ketika saya menuliskan catatan tentang ketakutan tersebut pada awal tahun 2015. Tak pernah menduga sebelumnya, ternyata banyak juga yang menaruh perhatian pada tulisan tersebut dan memberikan saran serta masukan tentang bagaimana menghadapi anjing.

Rata-rata memang menyarankan agar saya tidak takut. Mungkin saya memang tidak takut. Tapi panik. Kepanikan memang kerap menjadi pintu masuknya malapetaka. Dan kemampuan untuk mengendalikan kepanikan saat bertemu dengan anjing galak, ternyata tidak mengalami peningkatan signifikan. Saya tetap saja panik dan akhirnya takut saat, secara tiba-tiba bertemu atau berpapasan dengan seekor anjing.

Senin, 30 November 2015

Rasa Sasak

.: Aneka Kuliner Penggugah Selera dari Bumi Seribu Masjid :.

Tersohor sebagai rumah bagi pantai-pantai teduh yang memanjakan mata dan hati tak serta merta menjadikan Lombok menjadi rujukan untuk menikmati sajian yang memuaskan mata dan perut. Setidaknya, dalam peta gastronomi nasional, Pulau Seribu Masjid ini hanya menempatkan satu wakilnya untuk menjadi pesohor. Dalam usahanya menjadi destinasi mandiri dan keluar dari bayang-bayang gemerlap pariwisata Bali, segenap menu andalan khas lokal yang diracik dari resep turun-temurun berusaha unjuk diri dengan kemasan yang masih mengedepankan kebersahajaan tampilan, tanpa mengesampingkan kualitas rasa.  

Diversivikasi menunya berpotensi untuk memukau para penikmat kuliner dari seluruh penjuru dunia. Rekomendasinya beragam. Melalui kombinasi bahan-bahan lokal pilihan dan kreativitas tanpa batas penduduknya dalam memadupadankan rasa, daftarnya mungkin akan bertambah saban hari. Pilihan terbaik untuk mencicipnya bisa melalui banyak kanal. Mengikuti rekomendasi penduduk setempat dalam memilih warung atau kedai makan sangat disarankan.

Rabu, 25 November 2015

Tana Tangsi

.: Selamat Datang di Pantai Tangsi :.

Tersembunyi di antara kungkungan bukit-bukit gersang yang jauh dari pusat kota Mataram, Pantai Tangsi perlahan-lahan merekah menjadi destinasi impian banyak pejalan. Eksistensinya sering dikaitkan dengan pantai serupa yang teronggok di Pulau Komodo. Reputasinya tersohor berkat kabar yang menyebar dari mulut ke mulut. Meski jalur untuk menjangkaunya terbilang tidak mudah, banyak pejalan mulai yakin dan berdebat hebat soal potensi Tangsi untuk bertengger sebagai destinasi ikonis baru di Pulau Lombok, bersanding dengan Gili Trawangan dan Gunung Rinjani.  

Saya merapat di pantainya yang bersemu merah jambu saat matahari menikamkan sinarnya tepat di atas kepala. Bukan waktu yang tepat untuk menikmati pantai tanpa takut terbakar kulitnya. Beberapa ekor anjing terlihat sedang menghabiskan waktu siangnya bersantai di bawah balai-balai mini dari kayu. Untuk ukuran pantai yang dibilang tersembunyi, saya agak takjub menyadari keberadaan balai-balai tersebut. Setidaknya, meski masih minim fasilitas, pantai ini sudah mulai dilirik oleh pemangku pariwisata untuk dikembangkan di kemudian hari. 

Jumat, 20 November 2015

Ekspedisi Gili di Timur Rinjani

.: Laut Pirus menjadi Latar Setiap Gugusan Gili di Kawasan Lombok Timur :.

Dominasi Gili Trawangan, kawasan Senggigi, dan sederet pantai di barat pulau kerap dijadikan alasan pembenar sebuah ujaran bahwa Pulau Lombok hanyalah destinasi alternatif untuk menampung limpahan turis yang bosan bersambang ke Pulau Dewata. Sejak bandara baru ditancapkan di episentrumnya, pulau cantik yang mengapung di tepi garis Wallace ini seolah bersiap menjadi destinasi mandiri dan keluar dari bayang-bayang modernisasi Bali. Segenap agenda pembangunan dibentangkan. Destinasi yang selama ini tersembunyi dari radar wisatawan dipetakan.

Tujuh puluh kilometer di timur kota Mataram, sekelompok gili berkoloni menyembunyikan diri di balik gerumbul belukar, mengambang dalam balutan laut pirus yang tenang. Infrastruktur daratan masih jauh dari mulus untuk menjangkaunya. Akses paling mudah untuk menembus gugusan gili tersebut adalah dengan menaiki sampan nelayan dari dermaga Tanjung Luar, pelabuhan ikan paling sibuk di seantero Lombok.

"Seratus dua puluh ribu saja dik. Ayo diborong ikannya." Seorang perempuan dalam balutan kain batik dengan warna-warna cerah menyongsong saya, berusaha menawarkan dagangannya. 

Jumat, 13 November 2015

Wastra Sukarara

.: Relief Paving Blok di Jalan Desa Sukarara :.

Dinaungi puncak Rinjani yang kerap mengepulkan nafas api dan dikungkung oleh bukit-bukit hijau yang memanjakan mata, desa Sukarara tampak bergeming tepat di jantung Pulau Lombok. Lokasinya tak jauh dari jangkauan bandara baru yang konstruksinya dilesapkan di tanah Praya.

Namun demikian, eksistensinya sering luput dari radar wisatawan. Banyak turis lebih memilih Sade sebagai destinasi penghasil tenun khas negeri mutiara ini. Meski sama-sama merupakan sentra penghasil tenun, keduanya mengimani konsep yang berbeda dalam mahzab pariwisata. Sade merupakan desa adat yang sengaja dibentuk dan dikembangkan untuk tujuan pariwisata. Kosmologi wilayahnya dapat dikatakan sebagai miniatur yang merangkum keragaman masyarakat Lombok dalam satu area yang dibatasi garis demarkasi desa. Sedangkan Sukarara tampil sederhana sebagai galur murni desa penghasil tenun. Ke sanalah sore itu saya bertamu.

Sabtu, 07 November 2015

Memo dari Moyo

.: Welcome to Moyo Island, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat :.

Mengapung di mulut Teluk Saleh, Pulau Moyo seakan menghadirkan banyak pertanyaan bagi para pejalan. Keberadaannya di jalur pelayaran antara Lombok dan Taman Nasional Komodo membuatnya populer dan menjadi buah bibir. Tersohor sebagai pulau yang menyembunyikan penginapan mahal rupanya tak menyurutkan niat para pejalan dengan dana terbatas untuk menyambanginya. Satu dari sekian banyak gosip yang banyak dibahas, di antara ribuan pulau cantik yang dikoleksi nusantara, mengapa Moyo yang justru dipilih oleh Adrian Zecha untuk mengerek salah satu properti bisnisnya dalam jaringan resort Aman?

Rasa penasaran tersebut semakin bertambah saat gelombang informasi tentang betapa banyaknya tokoh populer dari mancanegara yang berbondong-bondong menginvasi pulau kecil ini untuk sejenak menghabiskan waktu liburannya. Apa yang sebenarnya mereka cari jauh-jauh ke pulau terpencil dengan akses terbatas dan jauh dari bandara ini?   

Sabtu, 31 Oktober 2015

Selubung Tanjung Lesung

.: Bersantai Sejenak di Pantai Tanjung Lesung :.

Pesona pantai Anyer yang terus merosot dan kawasan Ujung Kulon yang susah dijangkau membuat Banten 'membuka' kantung-kantung baru potensi wisatanya demi mendulang lebih banyak wisatawan. Promosinya masif dan memberi kesan elegan. Terletak di peninsula sebelah barat, provinsi yang baru berdiri tahun 2000 ini seolah menyiapkan Tanjung Lesung menjadi primadona baru destinasi wisata yang menggabungkan konsep petualangan, wisata, bisnis, dan wahana bertetirah.

Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 jam berkendara dari Jakarta. Jalurnya dibentengi oleh lanskap persawahan dan pantai cantik yang menghimpit selat Sunda. Sebuah bandara mini juga sedang disiapkan untuk mempermudah akses untuk menembusnya melalui bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta. Jika diperhatikan, kawasan ini awalnya merupakan hamparan rawa yang disulap menjadi tempat ditanamnya konstruksi resort dan penginapan premium. Bersama dengan beberapa teman kantor, saya menghabiskan suatu akhir pekan untuk menyambangi vila-vila mungil yang dibangun bagi mereka yang secara ajeg mengamini keheningan dan senantiasa merindukan suasana sepi.   

Minggu, 25 Oktober 2015

Pesta Duka Tana Toraja

"Dalam keheningan tanah subur di tengah pegunungan, di antara tebing-tebing batu tempat jenazah dikebumikan, di sebuah desa sederhana yang jauh dari hiruk-pikuk ketamakan kota, sebuah pesta meriah berlangsung sebagai pengantar menuju alam baka."

.: Jenazah warga Toraja yang akan diantarkan menghadap Puang Matua :.

Terpikat dengan slogan Toraja Goes To The World Cultural Heritage, saya sengaja datang ke Tana Toraja dengan harapan dapat melihat langsung prosesi Rambu Solo'. Pagi baru saja dimulai di Rantepao, Toraja Utara. Tapi Pak Andriana, orang pertama yang saya tanyai tentang tempat persewaan motor, sudah siap menyambut dengan serangkaian acara adat yang berlangsung hari itu. Mantunu - atau hari pengorbanan kerbau, yang termasuk dalam rangkaian upacara pemakaman Rambu Solo', akan digelar pagi itu di Desa Nonongan, Kecamatan Sopai, Toraja Utara. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk persiapan mengantar jenazah ke banuang tangmerambu - atau rumah tanpa asap yaitu makam. 

Selasa, 20 Oktober 2015

Lara Tawa Primata

.: Seekor Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting :.

Pagi yang hening mendadak pecah oleh suara gaduh yang memekakkan telinga. Suara itu bukan berasal dari deru mesin kelotok (perahu kecil dengan mesin diesel). Sekawanan bekantan (Nasalis larvatus) baru bangun dari tidurnya. Sang pejantan, yang berhidung paling mancung dan berekor paling panjang, seperti dirigen yang memberi komando bagi kelompok paduan suaranya untuk secara lantang bersuara keras meski jauh dari merdu. Suara serak bersahutan tersebut seakan menjadi alarm pembuka hari di Taman Nasional Tanjung Puting pagi itu.

Saya sengaja bangun pagi hanya agar tidak melewatkan kisah bersambung pertunjukan kawanan bekantan yang bergelantungan di atas dahan-dahan pohon kemarin sore. Setelah para bekantan tersebut pergi secara bergantian masuk kembali ke tengah hutan, giliran sekawanan monyet-monyet lucu memecah keheningan. Dengan anggota komunitas tak sebanyak kawanan bekantan, monyet-monyet tersebut seakan mengendap-endap untuk menggantikan singgasana para bekantan yang 'menguasai' area tersebut sejak kemarin sore. Mereka bersahutan, tampak meriah sekali, menyahuti gurauan sesama komunitasnya maupun menanggapi secara random para wisatawan yang dengan jahil menggoda gurauannya.

Kamis, 15 Oktober 2015

Kriya Wastra Nusantara

.: Aneka Tenun Ikat Khas Sumba :.

Terlahir dari kreasi para perempuan perajin kain dalam menyilangkan benang dan mengawinkan warna, beraneka ragam produk wastra tersebar di seluruh penjuru nusantara. Bertumpu pada kearifan lokal yang bersumber dari ritual adat, lembaran-lembaran kain tersebut bertransformasi bukan hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga mempunyai tempat sentral dalam sebuah upacara keagamaan, acara pernikahan, kelahiran, dan kematian, serta menjadi alat pembayaran denda atas sebuah pelanggaran norma sesuai dengan motif dan tujuan pembuatannya.

Dalam seni semiotika disebutkan bahwa motif dalam selembar kain merupakan penuturan tentang harmoni antara manusia, alam, dan makhluk hidup di dalamnya. Hal itu salah satunya dapat ditunjukkan dari mata rantai pembuatannya sejak dari kapas menjadi benang, hingga ditenun atau diwarnai sesuai dengan jenis kainnya. Pada akhirnya, kain-kain tersebut seakan mengikat para pemakainya dengan adat yang berlaku.  

Rabu, 07 Oktober 2015

Fusi Seni untuk Negeri #SmescoNV

.: Aneka Produk Fashion Produksi Dalam Negeri di JakCloth 2015 :.

Saat jalan-jalan, tas punggung yang saya gunakan selalu sama. Hal itu karena hanya tas tersebut yang saya punya. Pertimbangan paling utama sebenarnya karena tas tersebut nyaman buat dibawa ke mana-mana, mampu menampung barang-barang yang saya butuhkan dalam perjalanan, dan dapat berubah fungsi jadi bantal atau guling jika diperlukan. Perihal kenyamanan itulah mungkin yang diburu oleh para penggila tas. Saya tak habis pikir saat tahu ada orang yang rela menggelontorkan ribuan dolar pundi-pundinya hanya untuk membeli sebuah tas kesayangannya.

Merek-merek seperti Louis Vuitton, Hermes, dan Channel seakan menjadi 'benda ajaib' yang wajib dimiliki hingga mencari bajakannya pun mutlak dilakukan agar punya pengalaman menentengnya ke mana-mana. Tapi, ada sebagian kalangan yang menyebutnya sebagai aib jika ketahuan menenteng tas bermerek tapi palsu. Tas-tas bermerek itu sepertinya telah berubah fungsi dari hanya sekadar 'wadah' barang, menjadi 'tiket masuk' ke dalam suatu komunitas. Untuk itulah orang berlomba-lomba memilikinya hingga rela berburu ke luar negeri, mencari yang bekas pakai hanya untuk bisa masuk ke dalam suatu komunitas atau agar lebih dihargai di suatu kalangan masyarakat tertentu. Selain tas, barang-barang yang konon bisa mendongkrak penampilan seseorang adalah baju dan sepatu. Tapi keduanya tak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan layaknya pengaruh tas yang ditenteng.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Tabula Rasa Swarnadwipa

.: Teroka Selera Nagari Barat Sumatera :.

Pada mulanya adalah kelapa, lalu menjelma menjadi santan. Melalui tangan-tangan kreatif peracik bumbu dan tradisi yang diwariskan turun temurun, bahan dasar tersebut bertransformasi menjadi sajian nikmat penggugah selera. Didukung dengan bentangan luas wilayah yang subur dan dipengaruhi oleh beragam adat, kebiasaan, serta keterampilan lidah lokal, beragam menu hadir menjelma duta dalam dunia boga yang saling berlomba-lomba menunjukkan kekhasannya memenuhi hasrat para petualang kuliner di seluruh penjuru dunia.

Terlahir mewarisi lidah Jawa yang terbiasa mengunyah menu dengan beragam bumbu yang lebih 'kalem', menu-menu dari Nagari Minangkabau terbilang lebih berani dalam rasa dengan tekstur bumbu yang lebih kuat. Dalam peta gastronomi nasional, serentetan menu masakan Padang secara ajeg mencatatkan dirinya dalam menu-menu yang ditawarkan oleh restoran butik hingga warung makan pinggir jalan.

Rabu, 30 September 2015

Astana Mega Jakarta

.: Tiga Bangunan Cagar Budaya milik Saudagar Tionghoa di Jakarta :.

Jakarta punya banyak cerita. Lebih dari satu dekade bergumul dengan keriuhan ibukota ternyata tak membuat kota ini kehabisan cerita. Selalu saja ada celah sempit atau gang-gang kecil yang menyembunyikan cerita menarik di dalamnya. Sebagai pecinta bangunan tua dan kisah sejarah, mengunjungi beragam museum yang bermukim di ibukota seolah menjadi menu wajib tandang utama saat pertama berkenalan dengan Jakarta. Kota tua adalah primadonanya. Episentrum cagar budaya Jakarta ini seolah menjadi magnet bagi siapa saja yang haus akan cerita masa lalu sekaligus lapar mata akan arsitektur bangunan tua.  

Bersembunyi di antara celah sempit dan rimbunan konstruksi beton Batavia, beberapa bangunan tua sering kali luput dari perhatian para pejalan, tertutup pesona yang lebih cemerlang dari bangunan modern yang melingkupinya. Beberapa kali menyambangi kota tua membuat saya berpikir sejenak, mencari beberapa tempat yang sering saya lintasi sepanjang jalur perpindahan pemerintahan dari kota tua menuju Weltevreden (kawasan Monumen Nasional dan Istana Merdeka) yang alpha saya kunjungi. Sebelumnya saya menyadari satu hal penting bahwa tidak semua bangunan tersebut mungkin bebas disambangi. Perhitungan sederhana yang paling rasional, jika bangunan-bangunan tersebut memang terlarang bagi yang tidak berkepentingan, saya masih bisa menghabiskan satu hari yang menyenangkan di kawasan kota tua. Adrenalin saya begitu meningkat saat hari tersebut tiba.

Selasa, 25 Agustus 2015

Memori Mercusuar

.: Penanda KM 0 Jalan Raya Pos, Anyer - Panarukan :.

Dikepung oleh bangunan hotel dan aneka jenis penginapan, Anyer tetap memukau sebagai destinasi primadona Provinsi Banten. Bersaing ketat dengan Ujung Kulon dan Tanjung Lesung, pantai-pantai di Anyer dianggap masih layak dijadikan lahan untuk berburu momen tenggelamnya matahari. Lokasinya dapat ditempuh sekitar dua jam berkendara dari Jakarta. Saat akhir pekan tiba, pantai-pantainya seakan diinfasi oleh turis-turis domestik yang haus akan keberadaan pasir putih dan pantai panjang yang landai.

Untuk mendapatkan kenyamanan paripurna, saya memilih untuk menyelinap di salah satu pantainya saat Anyer sedang lengang. Tak banyak lalu lalang kendaraan. Sepanjang jalan steril dari kemacetan. Apalagi yang tak patut disyukuri selain keheningan suasana pantai dengan angin sepoi-sepoi tanpa perlu berebut untuk mendapatkan foto diri di titik-titik yang menarik.

Kamis, 20 Agustus 2015

Pesta Pora Hari Merdeka

.: Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 :.

Tujuh puluh tahun bukan waktu yang lama untuk membangun sebuah negeri. Tapi juga bukan waktu yang singkat untuk dihitung. Ada banyak kejadian yang patut dikenang, diperingati layaknya sebuah hari kelahiran, dan dicatat sebagai pelajaran berharga untuk menentukan langkah di hari depan. Di antara begitu banyak perayaan yang dihelat sepanjang tahun, hari ulang tahun kemerdekaan selalu disambut oleh segenap lapisan masyarakat. Semua orang seolah tumpah ruah memiliki panggilan hati yang sama dalam menyatakan nasionalisme kepada negeri tercinta. Tak terkecuali dengan institusi tempat saya mengabdi.     

Tak ada upacara bendera. Tak ada potong tumpeng atau sekadar makan bersama. Tak ada tiup lilin. Begitu juga potong kue. Ada berbagai bentuk perayaan yang dihelat. Kegiatan-kegiatan sederhana sengaja dilangsungkan sehari setelah upacara di Istana Merdeka, Jakarta berlangsung. Mungkin, dari sekitar seratusan manusia yang menghuni kantor kami, hanya sedikit yang paham kisah-kisah dibalik terciptanya permainan-permainan yang begitu populer di seantero Indonesia saat perayaan 17 Agustusan.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Pusing-Pusing di Kota Medan

.: Lanskap Kota Medan Dilihat dari Ketinggian :.

Terletak di jalur pelayaran Selat Malaka menjadikan Kota Medan bersinar sebagai kota perniagaan teramai di seantero Sumatera. Dibuka oleh Guru Patimpus Sembiring Palawi pada tahun 1590, di pusat kotanya, bercokol dengan gagah gedung-gedung peninggalan pemerintah kolonial. Sebagai pecinta bangunan tua dan kisah masa lalu, kota ini seolah mengundang saya untuk datang dan mengenalnya lebih dalam. 

Menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya membuat Medan menjadi mudah dijangkau dari ibukota. Banyak sekali maskapai penerbangan yang dapat dipilih sesuai dengan waktu dan harga tiket yang diinginkan seperti Garuda Indonesia, Batik Air, Lion Air, Sriwijaya Air, dan Citilink. Sebagai seorang pejalanan dengan dana terbatas, saya merasa beruntung mendapatkan tiket pesawat promo dari Citilink. Setelah pesawat mendarat, saya tak sabar untuk menuju kota dan mengeksplorasi setiap sudutnya.

Selasa, 11 Agustus 2015

Polemik Pejalan: 100% Cinta Indonesia

.: Lanskap Alam Indonesia Timur yang Memesona :.

Traveling memang sedang booming. Industri ini dicatat terus tumbuh dan berkontribusi secara signifikan dalam menyokong perekonomian suatu negara. Dunia tambah riuh dan dipenuhi dengan istilah-istilah traveling yang lebih 'keren' dan mutakhir. Makna piknik pun kian bergeser. Banyak orang mulai terjangkiti virus jalan-jalan. Orang mulai berpikir bagaimana mengumpulkan uang dan merencanakan sebuah perjalanan. Mereka mulai sadar bahwa jalan-jalan sekarang menjadi semacam gaya hidup.

Banyak orang mulai sibuk mendiskusikannya, membanding-bandingkan yang dilakukannya, membuat sebuah parameter tertentu tentang konsep perjalanan, menentukan indikator 'keberhasilan' sebuah perjalanan baik dengan angka-angka maupun menerjemahkannya dengan bahasa filosofis (yang terkadang malah sulit dimengerti) sehingga konsep jalan-jalan menjadi tak lagi sesederhana pergi ke suatu tempat dan menikmatinya.

Jumat, 07 Agustus 2015

Mistisisme Motitoi

.: Pulau Satonda Dilihat dari Kejauhan :.

Apa yang membuat pulau ini menarik untuk dikunjungi?

Saya bertanya-tanya dalam hati. Di atas sebuah perahu nelayan yang sudah lapuk, saya bisa merasakan ombak menerjang lambung kapal hingga membuat gesekan yang berkeriat-keriut. Mesin kapal meraung-raung memekakkan telinga. Sementara saya terperangkap dalam lamunan sendu.

Pagi sudah dari tadi dimulai. Tapi matahari sepertinya enggan menampakkan diri. Dari kejauhan, Satonda tampak sebagai bongkahan pulau asing yang diliputi misteri. Sekilas bentuknya mengingatkan saya pada Shutter island, tempat Leonardo diCaprio diasingkan di dalam sebuah cerita film.

Kamis, 30 Juli 2015

Saba Desa: Sugihwaras dan Kenangan Masa Silam

.: Jalan Menuju Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk :.

Setiap kali mudik lebaran, saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi satu objek wisata yang ada di kampung halaman. Tahun ini sebenarnya saya ingin mengunjungi Air Terjun Sedudo lagi. Tapi, berhubung dapat kabar kalau kawasan Sedudo longsor dan ditutup untuk umum sampai jangka waktu yang belum ditentukan, saya memutuskan untuk 'menemukan' keberadaan Air Terjun Ngebleng yang konon sedang menjadi buah bibir para pejalan di Nganjuk.

Hari terakhir cuti sebelum balik lagi ke Jakarta, saya kepikiran untuk mengunjungi satu tempat lagi. Sebenarnya lebih kepada ingin 'temu kangen' dengan sebuah tempat yang sudah agak lama tidak saya kunjungi. Terakhir ke sana sekitar tiga tahun yang lalu. Tempat tersebut adalah Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, sebuah desa yang terletak di balik Pegunungan Kapur Tengah yang wilayahnya dikungkung oleh pegunungan. Sebenarnya tak ada yang istimewa dari desa ini. Tapi, demi bisa melihat sawah menghijau, air jernih mengalir, merasakan udara sejuk khas pegunungan, dan kesederhanaan masyarakat desa, saya rela memacu roda sepeda untuk melintasi tanjakan gunung seorang diri.

Minggu, 26 Juli 2015

Mencari Ngebleng

.: Jalan Desa Menuju Air Terjun Ngebleng :.

Banyak orang bilang dunia pariwisata Indonesia sedang menggeliat. Beberapa maskapai menambah jumlah pesawat dan membuka jalur penerbangan baru. Hotel dan penginapan tumbuh subur bak cendawan. Orang-orang yang dulunya tidak suka bepergian, mendadak jadi suka jalan-jalan. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, informasi tentang suatu objek wisata dan kemudahan untuk mengaksesnya membuat titik-titik dan potensi wisata tiba-tiba saja seperti bermunculan, menunggu untuk dieksplorasi. 

Salah satunya adalah Air Terjun Ngebleng. Seumur-umur tinggal di Nganjuk, saya belum mendengar nama air terjun ini. Baru setelah sebuah rencana untuk mengunjungi air terjun Sedudo batal karena terjadi longsor, saya mengganti rencana jalan-jalan ke objek wisata lainnya. Saat menghadiri reuni sekolah saya sempat mendengar selentingan informasi tentang keberadaan suatu air terjun di Pegunungan Kapur Tengah. Letaknya ada di dalam hutan dengan akses yang cukup sulit. Lokasinya berada di daerah perbatasan antara Nganjuk dan Jombang. Istilahnya, orang akan bilang tempat seperti ini sebagai tempat jin buang anak.

Selasa, 21 Juli 2015

Reuni: Membuka Kembali Kenangan Lama

.: Kumpul-Kumpul Teman SMU :.

Mangan ora mangan sing penting kumpul. Ungkapan tersebut sepertinya tidak berlaku ketika reuni yang saya lakukan. Zamannya sudah berubah. Setiap kali ada pertemuan, selalu saja ada acara makan-makannya. Apalagi reuni anak zaman sekarang. Euforianya sudah berlangsung sejak ramadhan baru saja dimulai. Pesanan untuk datang sepertinya harus disampaikan jauh-jauh hari agar acara tetap semarak dan bisa berlangsung meriah.

Walaupun ada beberapa teman bilang, "Paling yang datang orangnya ya itu-itu saja.", sebisa mungkin, kalau tidak ada halangan, saya akan datang. Sejak lulus SMU, saya baru absen sekali saja saat reuni dihelat. Bukannya kemaruk, tapi yang namanya diundang ya sebaiknya datang. Namanya juga reuni, saya pikir, ada sekelumit kebahagiaan dan inspirasi yang dapat dibagi. Apalagi kalau bisa mendapat pelajaran dan cerita seru dari teman-teman yang kesehariannya jarang sekali bertemu.

Jumat, 17 Juli 2015

Mudik Asyik: Jalan Panjang Menuju Kampung Halaman

.: Antrian Kendaraan Pemudik di Tol Cikopo - Palimanan, Jawa Barat :.

Sebagai seorang perantau, mudik lebaran adalah sebuah ritual yang pantang untuk dilewatkan. Meski saya juga kerap mengambil kesempatan libur akhir pekan atau saat libur 'hari kecepit' untuk mudik, rasa-rasanya hanya pulang saat libur lebaran yang mempunyai euforia dan perjuangan saat melakukannya. Pasalnya, pada saat itulah hampir semua orang juga berbondong-bondong menginfasi kampung halamannya masing-masing untuk bertemu dengan para keluarganya.

Dan entah mengapa, rasa-rasanya tahun ini saya begitu bersemangat untuk segera mudik. Mungkin karena iming-iming bapak yang mengatakan kalau ada banyak 'kejutan' di rumah, saya pun rela begadang semalaman untuk mendapatkan tiket mudik kereta. Saya sengaja tidak belik beli tiket mudik karena tahun ini, saya menerima ajakan dua orang sahabat yang ingin kembali merasakan sensasi mudik naik mobil sebagaimana pernah saya lakukan beberapa tahun silam. Ditambah romantisme kenangan menonton film 3 Hari untuk Selamanya, rasa-rasanya saya begitu tidak sabar menantikan saat itu tiba.

Selasa, 07 Juli 2015

Menumpang Garuda Indonesia Menjelajah Negeri Sulawesi Selatan

.: Boeing 737 - 800 NG :.

Ada bentuk-bentuk kebahagiaan sederhana dalam hidup. Kadang terlewat begitu saja tanpa kita syukuri. Beberapa membentuk kenangan yang mengendap dalam memori. Perjalanan menjelajah negeri Sulawesi Selatan seorang diri merupakan satu bentuk kebahagiaan kecil yang tak akan pernah terlupakan. Maklum, negeri elok di 'kaki' sebelah barat Pulau Sulawesi ini sudah lama bertengger dalam daftar destinasi impian yang hendak saya sambangi. Meski ini bukan perjalanan pertama saya menjelajahi suatu tempat sendiri, rasa-rasanya alam begitu bersinergi dalam melancarkan dan menunjukkan banyak hal yang ingin saya lihat dan nikmati sepanjang perjalanan.

Bermula dari promo tiket pesawat Garuda Indonesia di awal tahun 2012 silam. Melihat harga yang ditawarkan, rasa-rasanya sungguh sayang jika promo menarik ini terlewat begitu saja. Bayangkan, saya mendapatkan tiket Jakarta - Makassar pergi pulang seharga satu juta rupiah saja. Harga tersebut merupakan harga termurah dari semua maskapai penerbangan dari Jakarta dengan tujuan Makassar pada hari tersebut. Setelah melalukan reservasi, saya optimis bahwa mimpi ini tinggal menghitung hari.

Sabtu, 27 Juni 2015

Cerita Menara

.: Menara Menantang Mega :.

Berdiri menjulang menantang angkasa, menara-menara masjid hadir bagai mercusuar yang mengabarkan syiar ke seluruh penjuru bumi. Di puncaknya, kumandang panggilanNya bertalu-talu lima kali saban hari. Menyusuri suatu daerah baru, saya kerap terkesima dengan keberagaman bentuk menara masjid mengikuti akulturasi arsitektur daerah setempat. Keberadaan menara sering dianggap sebagai 'pelengkap', meski sebenarnya bukan merupakan unsur asli arsitektur bangunan masjid.

Mengingat kisah yang disampaikan oleh ustad di surau dekat rumah, bertahun-tahun yang lalu, disebutkan bahwa masjid Quba di Madinah yang merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pun awalnya tidak mempunyai menara. Keberadaan menara juga belum tampak pada masa Islam dipimpin oleh empat serangkai khalifah Al-Rasyidin. Masjid pada masa itu masih sangat sederhana meski sudah dibuat ruang tersendiri yang posisinya agak lebih tinggi di teras masjid sebagai tempat muadzin mengumandangkan adzan.

Rabu, 17 Juni 2015

Tur Literatur: Menjejak Latar Sebuah Cerita

.: Buku-Buku yang Menginspirasi Perjalanan :.

Dari tangan-tangan kreatif para perangkai cerita, imajinasi menyublim menjadi kisah-kisah yang menginspirasi. Berawal dari ide yang bermukim di kepala ditambah dengan sejumput kenangan akan masa silam, cerita-cerita yang menarik biasanya lahir dari dongeng yang dikisahkan dari mulut ke mulut. Saat kemudian kisah tersebut berubah wujud dalam bentuk bahasa biner, dengan pangsa khayalak penikmat cerita yang kian bertambah dan beragam, inspirasi untuk mendatangi sebuah nagari baru yang menjadi latar sebuah cerita bisa terbit karena penghayatan yang dalam dari kegiatan pembacaan yang intim.

Gejala tersebut bermula dari rasa penasaran atas beragam tanda tanya. Benarkah kisah tersebut nyata? Para penjelajah Barat berbondong-bondong datang ke nusantara karena terdorong untuk menemukan dunia baru di luar daerahnya. Awalnya, mereka hanya berbekal rumor dan keyakinan tentang adanya wilayah yang 'menjanjikan' sebagaimana disebutkan dalam kitab suci. Euforia itu berlanjut hingga era milenium. Bedanya, saat ini 'kitab' panduannya berupa buku-buku sejenis Lonely Planet dan catatan perjalanan yang tersebar di dunia maya.

Rabu, 10 Juni 2015

Foto Bareng Bule

.: Santai Sejenak di Gili Laba, Taman Nasional Komodo, NTT :.

Apa menariknya foto bareng bule? Dulu, waktu masih SMP, teman-teman saya tamasya ke Jogja, mengunjungi Borobudur, Keraton Jogja, Prambanan, dan begitu sudah masuk sekolah lagi dibawalah beberapa foto kenangannya bersama para bule. Waktu SMU antusiasme teman-teman saya kelihatan lebih 'brutal' lagi. Mereka niat banget ikut tur ke Bali dan begitu sudah masuk sekolah lagi, dengan bangganya bilang, "Ini lho foto-fotoku bareng bule'.

Lah, apa menariknya coba? Dulu waktu masih sekolah, keinginan untuk kenal bule hampir-hampir tidak ada. Lagian, urgensinya tidak ada. Mungkin juga karena dulu belum bisa bahasa Inggris. Di sisi lain saya dikasih tahu beberapa teman kalau bule itu bau. Begitu sudah 'menjajah' Jakarta dan mulai menginvasi beberapa mal, mulailah saya sedikit banyak tahu beberapa macam bule, dari bule ganteng sampai bule cantik, dari yang kaya sampai yang kere, dari yang pebisnis sampai yang turis, semua ada dan tumplek blek di Jakarta. Saya pikir, teman-teman yang bule hunter bisa ngiler foto dengan mereka.

Jumat, 05 Juni 2015

Kronik Kambira

.: Passiliran di Pohon Tarra, Kambira, Toraja :.
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

                    ~ Nisan, Chairil Anwar ~

Ziarah kubur. Itulah istilah yang paling tepat untuk merangkum perjalanan saya ke Tana Toraja. Sejak mengungkapkan keinginan untuk mengunjungi Tana Toraja, saya hampir selalu mendapat komentar begini,

"Ngapain ke Toraja, mau lihat kuburan?"

Begitulah, Tana Toraja bagi sebagian orang memang identik dengan kuburan dan pesta kematian. Pendapat yang tak sepenuhnya salah. Saya datang ke Toraja salah satunya memang ingin menyambangi beberapa kuburan dan menghadiri 'perayaan' kematian dalam sebuah acara adat rambu solo'. Gambaran filosofis yang mengatakan bahwa 'hidup untuk mempersiapkan kematian' bukan hanya slogan dan isi khotbah semata di sini. Setelah mengikuti serangkaian acara mantunu di Desa Nonongan, Kecamatan Sopai, Toraja Utara, saya disarankan oleh penduduk setempat untuk mampir sejenak ke Kambira, sebuah desa di sebelah tenggara Rantepao.

Jumat, 29 Mei 2015

Kelana Rasa di Negeri Para Raja

.: Tugu Jam di Depan Pasar Gede Hardjanagara :.

Dikenal sebagai kota yang kaya budaya, Solo (Surakarta) menjadi magnet banyak wisatawan karena menawarkan banyak pengalaman yang sulit untuk dilupakan. Dikungkung oleh banyak pegunungan dan diberkahi dengan alam yang subur, serta ditempa dengan sejarah panjang, melalui tangan-tangan terampil para peracik bumbu, Solo juga menawarkan sejuta rasa yang mampu menghadirkan kepuasan mata dan perut.

Mendapat kesempatan libur panjang karena hari besar nasional, saya sengaja menyediakan waktu sejenak untuk mencicipi beberapa di antara keragaman kuliner Solo saat dalam perjalan pulang kampung ke Nganjuk, Jawa Timur. Saya memilih penginapan di tengah kota agar lebih mudah menjangkau sentra kuliner yang ditawarkan oleh kota Bengawan ini. Karena datang ke Solo saat hari sudah malam, begitu sampai di penginapan, mengikuti rekomendasi dari mbak-mbak resepsionis, petualangan mengenal rasa di kota Solo diawali dengan menyambangi Galabo (Gladak Langen Bogan).

Minggu, 24 Mei 2015

Teroka Selera di Negeri Para Dewa

Tak pernah sebelumnya saya mendapatkan pesan yang begitu rancak untuk mencicipi kuliner di suatu daerah saat bilang hendak bepergian. Tapi Dieng telah memberikan PR jauh sebelum saya menembus wilayahnya yang dipagari gunung-gemunung. Terletak di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl, Dieng seakan berusaha memanjakan para tamunya dengan hasil bumi yang dirawat dengan sangat manusiawi oleh keringat para petaninya. Setidaknya, ada tujuh hal yang wajib dicicipi para pejalan yang berkesempatan mampir di tlatah para dewa ini.

.: Mie Ongklok :.
1. Mie Ongklok

Hal pertama yang langsung terbersit dari beberapa teman pejalan adalah "Jangan lupa makan mie ongklok" saat saya bilang mau ke Dieng. Entah apa istimewanya mie ongklok bagi para teman pejalan ini sehingga rekomendasinya mampu menyeret saya keluar dari penginapan malam-malam untuk mencari mie khas Dieng ini.

Kamis, 21 Mei 2015

10 Titik Nol Paling Bersejarah di Indonesia

.: Menjejak Titik Nol di Penjuru Nusantara :.
"The journey of a thousand miles begins with a single step." - Lao Tzu
Terserak di pusat kota atau tersembunyi di ujung nusa, sebuah tapal bermulanya suatu wilayah dan monumen demarkasi suatu negeri sangat menarik untuk disambangi. Beberapa tanda akan menyeret kita dalam mesin waktu, mengurai kenangan akan sejarah berdirinya republik ini. Mengenal daerah baru dengan memulainya dari episentrum sebuah nagari bisa jadi akan membawa perspektif baru tentang bagaimana sebuah daerah tersebut dibangun dari kaca mata seorang pendirinya. Karena daftarnya akan sangat panjang, berikut ini adalah sepuluh titik nol paling bersejarah yang dapat dijadikan pilihan untuk memulai perjalanan mengenal lebih dekat negeri tercinta, Indonesia.

Kamis, 14 Mei 2015

7 Jajanan yang Membuat Kangen Rumah

.: Jajanan yang Membuat Kangen Rumah :.

Lebaran tak lama lagi datang. Ramadhan tinggal menghitung hari. Jika tayangan di televisi lebih banyak dihiasi dengan iklan sirup dan kue, saya lebih tertarik memandangi deretan menu-menu jajanan di ponsel yang sanggup mengembalikan memori akan kenangan selama tinggal di rumah. Beberapa merupakan jajanan pasar. Selebihnya adalah sajian yang biasa disajikan melalui racikan tangan ibu di rumah.

Tak semua jajanan ini bisa didapatkan di daerah lain. Tapi, demi tinggal jauh dari orangtua, meski bisa mudik ke kampung halaman kapan saja, saya kerap menunggu hingga beberapa waktu agar terbit rasa kangen yang memuncak untuk bergumul dengan semua sanak keluarga dan kesempatan untuk mencicipi kembali jajanan yang sanggup membuat kangen perantau dari Nganjuk, Jawa Timur seperti saya ini. Berikut adalah beberapa jajanan yang pantang dilewatkan jika punya kesempatan mudik semepet apapun waktunya.

Kamis, 07 Mei 2015

5 Menu Santap Sarapan Nusantara

.: Menu Sarapan ala Indonesia :.

Diversivikasi menu sarapan di Indonesia sungguh memukau para penikmat kuliner dari seluruh penjuru dunia. Rekomendasinya beragam. Melalui kombinasi bahan-bahan lokal pilihan dan kreativitas tanpa batas penduduknya dalam memadupadankan rasa, daftarnya selalu bertambah saban hari. Pilihan terbaik untuk mencicipnya bisa melalui banyak kanal. Mengikuti rekomendasi penduduk setempat dalam memilih warung atau kedai makan sangat disarankan.

Untuk tampilan dan pengalaman yang lebih premium, beberapa hotel butik sudah memodifikasi dan mengemasnya menjadi sesuatu yang tampak istimewa. Namun demikian, keautentikan rasa dalam mencicipi kuliner yang khas dari suatu tempat, tak ada salahnya menyediakan waktu barang sejenak untuk berpelesir ke tempat sajian tersebut berasal. Dan untuk sarapan, berikut ini adalah beberapa pilihan menu secara umum yang dapat dinikmati sebagai penambah energi untuk memulai aktivitas di pagi hari.

Kamis, 30 April 2015

Taman Tirta Sang Raja

.: Pintu Gerbang Menuju Taman Sari :.

Ada bentuk-bentuk kebahagiaan sederhana dalam hidup. Kadang terlewat begitu saja tanpa kita syukuri. Beberapa membentuk kenangan yang mengendap dalam memori. Perjalanan menjelajah Sulawesi Selatan seorang diri merupakan satu bentuk kebahagiaan kecil yang tak akan pernah terlupakan. Meski ini bukan perjalanan pertama saya menjelajahi suatu tempat sendiri, rasa-rasanya alam begitu bersinergi dalam melancarkan dan menunjukkan banyak hal yang ingin saya lihat dan nikmati sepanjang perjalanan.

Bermula dari promo tiket pesawat Garuda Indonesia jurusan Jakarta - Makassar, saya berkesempatan merasakan kota Makassar yang panas, menikmati alam Taman Nasional Bantimurung yang sejuk, dan mengagumi menara-menara batu gamping Leang-Leang yang tinggi menjulang. Kebahagiaan itu berlanjut dengan kesempatan menyaksikan upacara Rambu Solo' di Tana Toraja, menjadi saksi proses tawar- menawar kerbau di Pasa' Bolu, dan mengunjungi beberapa tempat yang menawarkan eksotisme kubur batu yang kaya cerita di seantero Toraja. Tak berhenti sampai di situ, saya pun tak urung melewatkan kesempatan mengunjungi bengkel pembuatan kapal phinisi di Bulukumba.

Kamis, 23 April 2015

Suatu Siang di Leang-Leang

.: Leang-Leang, Jejak Purba di Karst Maros, Sulawesi Selatan :.

Siang menguar bagai menghembuskan hawa neraka. Langit biru diselimuti awan tipis. Hujan baru saja mengguyur. Dari kejauhan, kawasan karst Maros-Pangkep tampak seperti gundukan bukit yang diselimuti rimbunan lumut. Setelah didekati, gundukan tadi menjelma menjadi gugusan menara-menara batu gamping yang menjulang menantang langit.

Terbentang seluas 43.750 hektare di antara dua kabupaten, Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan, pamor batuan karst ini bersaing ketat dengan popularitas karst serupa yang bercokol di Guilin, Cina Selatan. Yang membedakannya, karst Maros-Pangkep menyimpan gua-gua dengan lukisan artistik jaman purba yang hingga kini masih menjadi misteri. Tak kurang ada 268 gua bersembunyi dalam rimbunan menara-menara batu gamping yang ditutupi gerumbul tanaman hijau.

Kamis, 16 April 2015

Asa Asia Afrika

.: Gedung Merdeka, Bandung :.

Bandung kembali bersolek. Ruas-ruas jalan dibersihkan. Baliho selamat datang dibentangkan. Wajah kota dipoles sedemikian rupa sehingga nampak lebih menawan. 60 tahun berlalu sejak bangsa Indonesia menjadi tuan rumah hajatan dunia yang tak akan pernah terulang. Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung tanggal 18 - 24 April 1955, akan diperingati dan diikuti jejaknya minggu ini dalam upaya merumuskan kembali peta baru dalam menghadapi tantangan dunia yang terus berubah. 

Berupaya menumbuhkan semangat yang sama, segala sesuatu terkait dengan peristiwa bersejarah tersebut berusaha direkronstruksikan ulang. Historical walk, di mana sebanyak 22 pemimpin dunia akan melakukan kegiatan jalan kaki dari hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka sebagai tempat berlangsungnya acara puncak peringatan Konferensi Asia Afrika.

Kamis, 09 April 2015

Balada Bantimurung

.: Welcome to The Kingdom of Butterfly, Bantimurung National Park :.

Tersembunyi di sela-sela karst Maros yang menghijau, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung tidak serta merta sulit ditembus. Letaknya tak begitu jauh dari bandara internasional Hasanuddin, Makassar. Dengan berkendara mobil selama kurang lebih 60 menit, pengunjung akan disambut oleh patung kupu-kupu dan seekor monyet. Keduanya berukuran superlatif.

Kehadiran kupu-kupu raksasa di pintu gerbang seolah menegaskan bahwa area ini merupakan kerajaan kupu-kupu. Konon, dahulu jenisnya sampai ratusan spesies. Alfred Russel Wallace, sang naturalis Inggris pernah menghabiskan waktunya di tempat ini pada kurun waktu 1856 hingga 1857. Namun, dari 107 spesies yang didata pada tahun 1990-an, saat ini tempat ini hanya disemayami sekitar 89 spesies saja. Jumlahnya terus menyusut seiring dengan semakin ramainya wilayah yang menjadi habitatnya.  

Kamis, 02 April 2015

Suatu Pagi di Pasa' Bolu

.: Pasar Hewan di Tana Toraja :.

"Upacara rambu solo' baru dimulai pukul 9 pagi, kita masih punya waktu satu setengah jam untuk mampir di Pasa' Bolu." begitulah ajakan Pak Yulius, pemandu saya, saat bertandang ke Tana Toraja.

Pasa' Bolu atau Pasar Bolu merupakan pasar hewan terbesar di Toraja. Letaknya tak jauh dari pusat kota Toraja Utara. Selain menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok, pasar ini terutama merupakan sentra penjualan kerbau dan babi, dua satwa yang mempunyai peran sentral dalam upacara adat masyarakat Toraja. Pasar ini berlangsung setiap enam hari sekali sesuai hari pasaran dan bergantian di enam pasar besar di Toraja.

Selain jadwal kunjungan singkat yang harus diatur untuk menyambangi beberapa tempat, pagi sepertinya berjalan tanpa tergesa di Toraja. Deru kendaraan tak begitu ramai. Hanya lenguh kerbau yang sesekali menyelingi kesunyian. Para pemilik kerbau berjalan gontai di pinggir jalan besar dengan senyum pengharapan sedikit rejeki dari 'pusaka' yang dituntunnya. Seonggok rumput disandang sebagai bekal untuk memancing rejeki yang lebih banyak lagi.

Jumat, 27 Maret 2015

Polemik Pulau

.: Dari Sabang Sampai Merauke Berjajar Pulau-Pulau :.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Fakta ini mungkin sudah banyak orang yang tahu. Meski punya banyak pantai yang indah memesona, Indonesia bukan pemilik garis pantai terpanjang di dunia. Tadinya saya berasumsi bahwa negara kita masuk dalam urutan kedua. Tapi ternyata saya salah. Indonesia menempati urutan keempat, negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Berdasarkan data yang diumumkan oleh PBB tahun 2008, negara dengan garis pantai terpanjang di dunia adalah Amerika Serikat. Disusul tetangga dekatnya yaitu Kanada, kemudian Rusia.

Hal lainnya yang masih simpang siur sampai sekarang adalah tentang jumlah pulau. Data yang menjadi acuan selama ini dan sering dipakai dalam setiap berita, catatan perjalanan, atau pernyataan dari beberapa lembaga pemerintah (termasuk Kementerian Pariwisata), jumlah pulau di Indonesia adalah 17.508 pulau. Jumlah tersebut merupakan akumulasi setelah Sipadan dan Ligitan lenyap dari peta Indonesia. Dalam catatan lain disebutkan bahwa jumlah pulau di Indonesia sebanyak 17.480 pulau. Adapun fakta sebenarnya, Indonesia 'hanya' memiliki 13.466 pulau saja. Jumlah tersebut merupakan angka resmi yang dikeluarkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) - dulu Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal), berdasarkan survei yang dilakukan selama tahun 2007 - 2010 oleh Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi.

Kamis, 19 Maret 2015

Nikmatnya Live on Board

.: Komodo Sailing Trip :.

Bermimpi untuk mengelilingi Indonesia seakan menjadi impian banyak anak muda yang suka petualangan saat ini. Meloncat dari satu pulau ke pulau lain dalam gugusan kepulauan nusantara seakan menjadi topik menarik dalam setiap obrolan tentang perjalanan. Saya sendiri tak henti-hentinya mengagumi peta Indonesia yang terletak di ruang kerja di rumah akan betapa jauhnya jarak yang harus ditempuh untuk merambah nusantara dari ujung ke ujung. Sampai-sampai ada anekdot yang berkembang di antara para pejalan bahwa dibutuhkan sekitar 36 tahun untuk mampir sehari satu pulau untuk menjelajahi semua pulau di Indonesia.

Berhubung animo untuk keliling Indonesia begitu besar, sementara jatah cuti dan dana untuk menjangkau terbatas, maka disiasatilah keinginan tersebut dengan membagi kesempatan jalan-jalan tersebut dalam beberapa ekspedisi. Saya benar-benar merasa kalau Indonesia itu luas sekali setelah ikutan komodo sailing trip dari Lombok (Nusa Tenggara Barat) menuju Labuan Bajo (Flores, Nusa Tenggara Timur). Sailing trip dalam sebuah boat cruise memang sengaja dirancang untuk mengakomodasi para pejalan yang tujuannya ingin menjangkau pulau-pulau sepanjang jalur pelayaran tersebut sehingga kalau dihitung-hitung biayanya akan jauh lebih hemat. Makanya, sistemnya berupa live on board aka tinggal di atas perahu selama perjalanan.

Kamis, 12 Maret 2015

Anomali Ayer

.: Welcome to Ayer Island :.
Saya sering ditanya oleh rekan-rekan di kantor, ke mana sebaiknya menghabiskan waktu akhir pekan di Jakarta? Sebenarnya saya bingung menjawabnya. Pilihan tempat wisata di Jakarta ini sungguh beragam. Ada banyak bioskop yang menyajikan film-film pilihan. Ada wahana permainan yang tersebar di seantero kota. Ada pula taman bermain yang menawarkan ketenangan dan keleluasaan bercengkerama dengan keluarga. Ada bermacam-macam kedai, warung, dan restoran yang sanggup menyiapkan petualangan kuliner tak terlupakan. Selain itu, ada pula lusinan museum yang bersedia berbagi informasi akan kekayaan sejarah bangsa yang melegenda. Semua tersedia sepanjang akhir pekan dan siap menampung siapa saja, tergantung pada isi kantong dan kemampuan masing-masing.

Selain hingar bingar dan hiruk pikuk di daratan, yang seringkali terlupa oleh warga Jakarta adalah kenyataan bahwa Jakarta mempunyai wilayah laut yang bertaburan pulau-pulau eksotis yang layak untuk dijelajahi. Untuk ukuran sebuah ibukota negara, Jakarta merupakan ibukota istimewa di dunia dengan mengoleksi sekitar 105 buah pulau. Ke salah satu pulaunya itulah saya mencoba menghabiskan waktu luang di suatu akhir pekan.

Kamis, 05 Maret 2015

Suatu Sore di Pasar Gede

.: Pasar Gede Hardjanagara, Solo :.

Meski kota Surakarta mulai dikepung dengan pusat perbelanjaan modern, keberadaan Pasar Gede Hardjanagara tidak lantas ditelantarkan oleh warganya. Pasar tradisional ini masih merupakan pasar terbesar di Surakarta yang memasok bahan kebutuhan sehari-hari seperti daging, sayur, dan berbagai macam bumbu dapur.

Kata 'gede' disematkan untuk tempat ini merujuk pada atap joglo berukuran jumbo yang menaungi bangunan pasar. Pada tahun 1930, seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten berhasil mengawinkan gaya arsitektur Belanda dan Jawa pada fasad bangunan ini sehingga menghasilkan hibrida yang menjadi magnet bagi para arsitek dan turis untuk bertandang, mempelajari keunikan arsitekturnya, atau sekadar mengagumi keindahannya.

Kamis, 26 Februari 2015

Suaka Primata

.: Welcome to the (real) jungle @ Tanjung Puting National Park :.

Pagi yang hening mendadak pecah oleh suara gaduh yang memekakkan telinga. Suara itu bukan berasal dari deru mesin kelotok (perahu kecil dengan mesin diesel). Sekawanan bekantan (Nasalis larvatus) baru bangun dari tidurnya. Sang pejantan, yang berhidung paling mancung dan berekor paling panjang, seperti dirigen yang memberi komando bagi kelompok paduan suaranya untuk secara lantang bersuara keras meski jauh dari merdu. Suara serak bersahutan tersebut seakan menjadi alarm pembuka hari di Taman Nasional Tanjung Puting pagi itu.

Terletak di peninsula selatan Kalimantan Tengah, Taman Nasional Tanjung Puting menaungi kawasan konservasi seluas 415.040 ha. Kawasan ini dibangun oleh ekosistem hutan rawa air tawar, hutan rawa air gambut, hutan bakau, dan hutan hujan tropis. Untuk kategori hutan yang disebut terakhir, Taman Nasional Tanjung Puting boleh berbangga mengantongi predikat sebagai hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia dan satu-satunya protected area di Asia Tenggara. Kawasan ini bisa ditembus melalui sungai Sekonyer dengan kelotok yang banyak berlabuh di pelabuhan Kumai, sebuah kota kecil berjarak 30 menit berkendara mobil dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

Kamis, 19 Februari 2015

Saba Toba

.: Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia :.

Danau Toba diklaim sebagai danau vulkanis terluas di dunia. Ikon alam kebanggaan Sumatera Utara ini digadang-gadang bisa masuk dalam daftar Taman Bumi Unesco pada akhir September tahun ini. Saat ini, Indonesia hanya menempatkan satu wakilnya yang sudah diakui dalam daftar Taman Bumi Unesco yaitu Gunung Batur. Untuk itu, demi mendongkrak popularitas Danau Toba, Kementerian Pariwisata bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat, menyelenggarakan Festival Danau Toba dalam dua tahun terakhir.

Tak terpengaruh pada proses seleksi Taman Bumi yang sedang berlangsung, saya datang ke Toba karena irama masa silam. Saat para teman di bangku sekolah dasar masih bernyanyi seputar lagu Potong Bebek Angsa, Kasih Ibu, dan Lihat Kebunku, saya memilih menyanyi lagu favorit saya yaitu Danau Toba-nya Julius Sitanggang. Lagu tersebutlah yang kembali terngiang di kepala saat saya menjejak tanah batak untuk mengunjugi danau indah nan permai seperti lirik lagunya.

Selasa, 10 Februari 2015

Mengejar Mimpi di Negeri Laskar Pelangi

.: Batu-Batu Berukuran Raksasa di Pantai Tanjung Tinggi, Belitong :.

Sejak buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata difilmkan, Belitong seakan muncul sebagai magnet baru pariwisata nusantara setelah Bali. Padahal, jauh sebelum buku tersebut menjadi buah bibir, bersama Pulau Bangka, Belitong hanya bergeming dalam diktat pelajaran anak sekolahan sebagai oase tempat mendulang timah warisan pemerintah kolonial.

Bagi saya, kunjungan ke Belitong seakan menjadi pembuka segalanya. Banyak hal pertama yang terjadi pada perjalanan ini. Saya, untuk pertama kalinya masuk ke bandara Soekarno-Hatta, sekaligus pertama kalinya juga naik pesawat terbang. Pertama kalinya foto di depan pesawat dan pertama kalinya keluar pulau Jawa (pulau Madura tidak dihitung karena masih masuk provinsi Jawa Timur). Jika diingat-ingat, sungguh udik sekali memori tersebut.

Selasa, 03 Februari 2015

Babak Baru Baluran

.: Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur :.

Dari lima taman nasional angkatan pertama yang dimiliki Indonesia, Baluran adalah taman nasional keempat yang saya sambangi. Sebelumnya, berturut-turut saya mengunjungi Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, dan Taman Nasional Gede-Pangrango di Jawa Barat. Sebenarnya, saya agak malu mengakuinya. Pasalnya, dari empat taman nasional yang dikoleksi Jawa Timur, inilah kunjungan yang pertama. Untuk orang yang numpang lahir dan besar di belahan timur Pulau Jawa, termasuk telat hitungannya mengunjungi taman nasional ini mengingat beberapa taman nasional lain di seberang pulau sudah dijamah lebih dulu.

Menempuh perjalanan darat kurang lebih enam jam dari Surabaya, bukan tanpa alasan saya mengunjungi Taman Nasional Baluran. Setidaknya, saya sudah lama dibuat penasaran dengan karakter taman nasional yang terletak di Banyuputih, Situbondo ini karena sedikit berbeda dengan taman nasional di dekatnya yang berhutan tropis. Tanah hitam aluvial mendominasi kawasan seluas 25 ribu hektar ini. Dengan curah hujan rendah, beberapa teman pejalan mengonfirmasi bahwa waktu terbaik mengunjunginya adalah di musim kemarau. Tapi, beberapa pejalan lain menenangkan dengan menyelipkan informasi bahwa Baluran juga menawarkan sesuatu yang layak dinikmati saat hujan sedang bermurah hati.