Jumat, 30 Januari 2015

Kronik Kendal: Memburu Deru Curug Sewu

.: Curug Sewu, Kendal, Jawa Tengah :.

Terselip di antara Semarang yang modern dan Pekalongan yang bersahaja, Kendal sering alpa disebutkan sebagai destinasi lokal yang menjanjikan untuk disambangi. Kota kecil ini kerap hanya menjadi bahan obrolan singkat dalam celotehan di perjalanan saat para pejalan melintasinya. Sebagai kota yang turut meramaikan kawasan utara Jawa, secara sambil lalu, Pantai Sendang Sikucing dan Jomblom, kedua pantai primadona Kendal ini hanya populer di telinga penduduk setempat saja.

Berusaha menangkal dominasi kepopuleran kedua kota yang mengapitnya, Kendal justru melambung namanya karena menyimpan sejumput air terjun yang menyejukkan mata. Terserak di ujung selatan sejauh 44 km dari pusat kota, Curug Sewu bercokol secara bertingkat mengikuti kontur lanskap pegunungan yang menjadi habitatnya. Berbeda dengan wisata pantai yang mendapat pesaing ketat dari kawasan tetangganya, Curug Sewu seolah menjadi bintang utama di utara Jawa Tengah.  

Selasa, 27 Januari 2015

Magical Malimbu

.: Malimbu, Salah Satu Magnet Pertama Pulau Lombok :.

Jauh sebelum pantai-pantai cantik di timur dan selatan Pulau Lombok mulai ramai dibicarakan oleh para pejalan, Bukit Malimbu sudah melambung namanya dan menjadi primadona. Bersama Senggigi dan trio gili di dekatnya (Meno, Air, dan Trawangan), kawasan ini seolah menjadi bintang pertama dalam khasanah pariwisata pulau seribu masjid ini. Berada di persimpangan jalan dari kota Mataram menuju Pelabuhan Bangsal, perhentian di kawasan Malimbu seolah menjadi episentrum menikmati eksotisme Lombok masa lalu.

Di Barat Laut, trio gili bernaung dan menggoda untuk disambangi. Di timurnya, selaras dengan tempat matahari menyapa pagi, puncak dewi Anjani yang agung seolah menggoda siapa saja untuk bertandang. Di seberang barat, melangkahi garis imajiner Wallace, puncak Gunung Agung di Pulau Bali seperti tak ingin dilupakan pesonanya. Namun begitu, sama seperti waktu yang berjalan perlahan tapi pasti, pariwisata juga mengalami metamorfosis serunut dengan perkembangan zaman. Dulu, para pejalan sepertinya merasa perlu berhenti sejenak di bukit Malimbu. Namun sekarang, berhubung euforia untuk mengeksplorasi sudut-sudut Pulau Lombok yang jarang dijamah nafas manusia kian meningkat, lambat laun bukit cantik ini mulai sepi, dilewatkan begitu saja, dan perlahan-lahan dianulir dari daftar tempat pejalan wajib menjejakan kaki. 

Selasa, 20 Januari 2015

Jogging dan Anjing

.: Jogging di Pantai Sumur Tiga, Pulau Weh, Aceh :.

Warning! Tulisan ini mungkin tidak nyaman dibaca oleh sebagian orang.

Dalam setiap kesempatan, saya selalu menyelipkan kegiatan olahraga supaya tubuh tetap fit. Olahraganya pun sebenarnya yang ringan-ringan saja seperti angkat barbel, push up, sit up, dan jogging. Kombinasi ketiga hal terakhir itulah yang paling sering saya lakukan. Maklum, karena tak perlu alat, saya bisa melakukannya kapan saja, termasuk saat jalan-jalan. Apalagi kalau jalan-jalannya ke pantai yang garis pantainya panjang banget. Wuih, sungguh pantang sepertinya untuk melewatkan kesempatan jogging.

Tapi, kebiasaan jogging itu untuk saat ini mulai mengalami sedikit gangguan. Entah mengapa, sekarang ini tiap kali jogging ke pantai bawaannya kok dikejar anjing (galak). Suatu pagi saat liburan ke Bali, saya sudah siap untuk lari di pantai Kuta. Maksud hati milih waktu saat pantai masih sepi sehingga bebas lari pagi dengan tenang, tiba-tiba saja saya diikuti oleh sekelompok anjing yang tak tahu datangnya dari mana, tiba-tiba saja sudah ada 100 meter di belakang saya. Untunglah, saat itu saya segera menemukan kerumunan orang yang lagi sarapan di halaman salah satu resort. Maka, dengan sangat terpaksa saya lari untuk menyelamatkan diri masuk ke dalam resort tersebut. Untung petugasnya mahfum akan keadaan ini. Coba kalau tidak? Bisa-bisa saya dituduh menyelinap ke resort orang. Duh.

Jumat, 16 Januari 2015

Citarasa Sambal Nusantara

.: Tak Lengkap Tanpa Sambal :.

Pada mulanya adalah cabai, lalu menjelma menjadi sambal. Melalui tangan-tangan kreatif peracik bumbu dan tradisi yang diwarisi turun temurun, bahan dasar tersebut bertransformasi menjadi sajian nikmat penggugah selera. Didukung dengan luas wilayah yang membentang dari Sabang hingga Merauke dan dipengaruhi oleh beragam adat, kebiasaan, serta keterampilan lidah lokal, sambal hadir sebagai duta dalam dunia boga yang saling berlomba-lomba menunjukkan kekhasannya memenuhi hasrat para petualang kuliner.

Ada yang menganggapnya hanya sebatas pelengkap rasa. Ada pula yang mengakuinya sebagai menu tersendiri, menempati kasta yang sama dengan menu hidangan lain di meja saji. Dalam peta gastronomi nasional, sambal secara ajeg mencatatkan dirinya dalam menu-menu yang ditawarkan oleh restoran butik hingga warung tenda pinggir jalan. Karena daftarnya terlalu panjang dan jenisnya selalu bertambah setiap saat, ragam sambal nusantara dapat disederhanakan dalam kelompok kecil untuk mewakili jenisnya.

Rabu, 07 Januari 2015

Peucang, Primadona di Ujung Barat Jawa

.: Pulau Peucang, Taman Nasional Ujung Kulon :.

Terserak di ujung barat Jawa, Pulau Peucang seakan menyembunyikan diri dari radar wisatawan. Alamnya disusun dengan hamparan pasir putih, air laut hijau toska, pesona hutan hujan tropis, serta aneka flora dan fauna yang hidup bebas berdampingan dengan manusia. Dalam sebuah percakapan yang biasa dengan para nelayan di dermaga Sumur, saya mendapatkan informasi bahwa Pulau Peucang merupakan highligh perjalanan menjelajah Taman Nasional Ujung Kulon. Mereka bilang dengan penuh keyakinan bahwa, rasa-rasanya, sulit untuk membuat orang tidak jatuh hati saat menyaksikan Pulau Peucang di depan mata. 

Dalam khasanah bahasa Sunda, Peucang berarti kancil. Namun, masyarakat setempat menyebut kata Peucang merujuk pada siput kecil yang biasa ditemukan di hamparan pasir. Pulau Peucang sendiri dulunya merupakan wilayah pertanian. Setelah amukan Krakatau tanggal 27 Agustus 1883, vegetasinya bermetamorfosis menjadi belantara hutan hingga susah untuk dipercaya bahwa hutan lebat ini dulunya merupakan habitat palawija seperti padi, jagung, dan para kerabatnya.

Jumat, 02 Januari 2015

Berburu Badak Jawa di Ujung Kulon

.: Selamat Datang di Taman Nasional Ujung Kulon :.

Jangan pernah berharap banyak jika ada yang mengajak melihat badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon. Tak ada garansi pasti kita dapat menjumpai satwa pemalu ini semudah menemui satwa liar lainnya semacam komodo atau orangutan. Jauh-jauh hari sebelum bertandang ke Taman Nasional Ujung Kulon, sudah saya benamkan secara mendalam di benak bahwa tak akan ada satupun badak Jawa yang akan saya temukan di tempat ini. Menurut survey terakhir tahun 2011 saja, diperkirakan hanya 55 ekor badak yang hidup di taman nasional pertama di Indonesia yang ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh Unesco ini.

Bagi saya sendiri, badak Jawa itu serupa mitos. Banyak orang diam-diam mengimani kalau wujud fisiknya ada, tapi tak satupun yang pernah melihatnya secara langsung selain melalui kamera tersembunyi atau (jika beruntung) berhasil melihat jejaknya jauh di tengah hutan di ujung barat Jawa. Namun demikian, seantero Kabupaten Pandeglang, Banten sepakat menjadikan satwa ini sebagai simbol daerahnya.