Rabu, 30 September 2015

Astana Mega Jakarta

.: Tiga Bangunan Cagar Budaya milik Saudagar Tionghoa di Jakarta :.

Jakarta punya banyak cerita. Lebih dari satu dekade bergumul dengan keriuhan ibukota ternyata tak membuat kota ini kehabisan cerita. Selalu saja ada celah sempit atau gang-gang kecil yang menyembunyikan cerita menarik di dalamnya. Sebagai pecinta bangunan tua dan kisah sejarah, mengunjungi beragam museum yang bermukim di ibukota seolah menjadi menu wajib tandang utama saat pertama berkenalan dengan Jakarta. Kota tua adalah primadonanya. Episentrum cagar budaya Jakarta ini seolah menjadi magnet bagi siapa saja yang haus akan cerita masa lalu sekaligus lapar mata akan arsitektur bangunan tua.  

Bersembunyi di antara celah sempit dan rimbunan konstruksi beton Batavia, beberapa bangunan tua sering kali luput dari perhatian para pejalan, tertutup pesona yang lebih cemerlang dari bangunan modern yang melingkupinya. Beberapa kali menyambangi kota tua membuat saya berpikir sejenak, mencari beberapa tempat yang sering saya lintasi sepanjang jalur perpindahan pemerintahan dari kota tua menuju Weltevreden (kawasan Monumen Nasional dan Istana Merdeka) yang alpha saya kunjungi. Sebelumnya saya menyadari satu hal penting bahwa tidak semua bangunan tersebut mungkin bebas disambangi. Perhitungan sederhana yang paling rasional, jika bangunan-bangunan tersebut memang terlarang bagi yang tidak berkepentingan, saya masih bisa menghabiskan satu hari yang menyenangkan di kawasan kota tua. Adrenalin saya begitu meningkat saat hari tersebut tiba.