Sabtu, 26 April 2014

Sambang ke Sabang

.: Welcome to Sabang :.

Jika ada pulau di Indonesia yang dapat dikelilingi dalam sehari dan di dalamnya menampung banyak sekali tempat photogenic yang mengundang decak kagum, saya akan menyodorkan Pulau Weh di Aceh sebagai salah satunya. Terserak di ujung nusa, Pulau Weh seakan menjadi destinasi wisata paling bersinar di Indonesia bagian barat. Pulau ini setidaknya menampung atribut-atribut yang biasa didominasi pulau-pulau yang ukurannya lebih besar: gunung berapi aktif, pantai-pantai cantik berpasir putih, dan pelabuhan yang ramai.

Dulu, saat memandang peta Indonesia yang tergantung di ruang foto keluarga, saya selalu membayangkan bahwa negara Indonesia itu wilayahnya mirip seperti sebuah perahu. Dan dalam imajinasi masa kecil saya, Pulau Weh merupakan bagian ujung haluan depan. Letaknya yang berada di garda depan nusantara menghadap Laut Andaman itulah yang membuat saya tertarik untuk menjejaknya. Ke situlah saya menuju setelah dua hari keliling kota Banda Aceh dan sekitarnya.

Minggu, 20 April 2014

Sensasi Negeri Serambi

.: Masjid Raya Baiturrahman :.

Dari puncak menaranya yang jangkung, seruan Tuhan terdengar syahdu menutup senja. Panggilan itu bertalu-talu lembut seperti sebuah undangan untuk bertandang ke sebuah 'istana' putih. Fasad bangunannya sungguh menawan. Ada nuansa magis di sana. Jauh sebelum Aceh populer paska tsunami tahun 2004 silam, saya tergoda untuk menyambangi tanah rencong setelah terpana dengan bangunan cantik serupa Taj Mahal di India dari sebuah tayangan adzan magrib di televisi.

Saya datang ke Aceh bersama dengan stigma di kepala. Terletak jauh di ujung Sumatera memang membuatnya kurang dikenal dan kerap mendapatkan prasangka. Sarang konflik, aturan syariat Islam yang kaku, rawan gempa dan tsunami, serta identik dengan lahan ganja. Berusaha bersikap netral terhadap informasi yang belum tentu kebenarannya dan niatan awal untuk memenuhi semacam janji kepada diri pribadi, mengunjungi masjid yang ada di tayangan adzan magrib, saya melenggang ke Aceh dengan perasaan tenang.  

Sabtu, 12 April 2014

Jelajah Nusantara Bersama Garuda Indonesia

.: Boeing 737 - 800 NG :.
Sebagai seorang pejalan yang terobsesi menjelajahi seluruh bumi nusantara, saya kerap memilih moda transportasi udara demi menghemat waktu. Berkali-kali naik pesawat terbang, saya kerap bermimpi suatu saat bisa naik Garuda Indonesia. Mungkin sering dianggap norak (oleh teman-teman), saya sering minta difoto di hadapan pesawat Garuda Indonesia saat berjalan menuju terminal bandara meski tidak naik pesawatnya.

Maklum, dalam pikiran kolektif saya, Garuda Indonesia adalah maskapai dengan tarif premium. Bayangkan, dari 14 maskapai nasional, Garuda Indonesia merupakan satu dari tiga maskapai yang menawarkan kelas bisnis dan satu-satunya yang bermain di segmen full-servise. Bagi saya, bisa naik Garuda Indonesia itu ibarat tingkat kegantengan dan kepercayaan diri sedikit terkatrol dalam lingkungan pergaulan para pejalan yang kerap jor-joran bersaing mendapatkan tiket paling murah dari maskapai bujet.