Senin, 30 November 2015

Rasa Sasak

.: Aneka Kuliner Penggugah Selera dari Bumi Seribu Masjid :.

Tersohor sebagai rumah bagi pantai-pantai teduh yang memanjakan mata dan hati tak serta merta menjadikan Lombok menjadi rujukan untuk menikmati sajian yang memuaskan mata dan perut. Setidaknya, dalam peta gastronomi nasional, Pulau Seribu Masjid ini hanya menempatkan satu wakilnya untuk menjadi pesohor. Dalam usahanya menjadi destinasi mandiri dan keluar dari bayang-bayang gemerlap pariwisata Bali, segenap menu andalan khas lokal yang diracik dari resep turun-temurun berusaha unjuk diri dengan kemasan yang masih mengedepankan kebersahajaan tampilan, tanpa mengesampingkan kualitas rasa.  

Diversivikasi menunya berpotensi untuk memukau para penikmat kuliner dari seluruh penjuru dunia. Rekomendasinya beragam. Melalui kombinasi bahan-bahan lokal pilihan dan kreativitas tanpa batas penduduknya dalam memadupadankan rasa, daftarnya mungkin akan bertambah saban hari. Pilihan terbaik untuk mencicipnya bisa melalui banyak kanal. Mengikuti rekomendasi penduduk setempat dalam memilih warung atau kedai makan sangat disarankan.

Rabu, 25 November 2015

Tana Tangsi

.: Selamat Datang di Pantai Tangsi :.

Tersembunyi di antara kungkungan bukit-bukit gersang yang jauh dari pusat kota Mataram, Pantai Tangsi perlahan-lahan merekah menjadi destinasi impian banyak pejalan. Eksistensinya sering dikaitkan dengan pantai serupa yang teronggok di Pulau Komodo. Reputasinya tersohor berkat kabar yang menyebar dari mulut ke mulut. Meski jalur untuk menjangkaunya terbilang tidak mudah, banyak pejalan mulai yakin dan berdebat hebat soal potensi Tangsi untuk bertengger sebagai destinasi ikonis baru di Pulau Lombok, bersanding dengan Gili Trawangan dan Gunung Rinjani.  

Saya merapat di pantainya yang bersemu merah jambu saat matahari menikamkan sinarnya tepat di atas kepala. Bukan waktu yang tepat untuk menikmati pantai tanpa takut terbakar kulitnya. Beberapa ekor anjing terlihat sedang menghabiskan waktu siangnya bersantai di bawah balai-balai mini dari kayu. Untuk ukuran pantai yang dibilang tersembunyi, saya agak takjub menyadari keberadaan balai-balai tersebut. Setidaknya, meski masih minim fasilitas, pantai ini sudah mulai dilirik oleh pemangku pariwisata untuk dikembangkan di kemudian hari. 

Jumat, 20 November 2015

Ekspedisi Gili di Timur Rinjani

.: Laut Pirus menjadi Latar Setiap Gugusan Gili di Kawasan Lombok Timur :.

Dominasi Gili Trawangan, kawasan Senggigi, dan sederet pantai di barat pulau kerap dijadikan alasan pembenar sebuah ujaran bahwa Pulau Lombok hanyalah destinasi alternatif untuk menampung limpahan turis yang bosan bersambang ke Pulau Dewata. Sejak bandara baru ditancapkan di episentrumnya, pulau cantik yang mengapung di tepi garis Wallace ini seolah bersiap menjadi destinasi mandiri dan keluar dari bayang-bayang modernisasi Bali. Segenap agenda pembangunan dibentangkan. Destinasi yang selama ini tersembunyi dari radar wisatawan dipetakan.

Tujuh puluh kilometer di timur kota Mataram, sekelompok gili berkoloni menyembunyikan diri di balik gerumbul belukar, mengambang dalam balutan laut pirus yang tenang. Infrastruktur daratan masih jauh dari mulus untuk menjangkaunya. Akses paling mudah untuk menembus gugusan gili tersebut adalah dengan menaiki sampan nelayan dari dermaga Tanjung Luar, pelabuhan ikan paling sibuk di seantero Lombok.

"Seratus dua puluh ribu saja dik. Ayo diborong ikannya." Seorang perempuan dalam balutan kain batik dengan warna-warna cerah menyongsong saya, berusaha menawarkan dagangannya. 

Jumat, 13 November 2015

Wastra Sukarara

.: Relief Paving Blok di Jalan Desa Sukarara :.

Dinaungi puncak Rinjani yang kerap mengepulkan nafas api dan dikungkung oleh bukit-bukit hijau yang memanjakan mata, desa Sukarara tampak bergeming tepat di jantung Pulau Lombok. Lokasinya tak jauh dari jangkauan bandara baru yang konstruksinya dilesapkan di tanah Praya.

Namun demikian, eksistensinya sering luput dari radar wisatawan. Banyak turis lebih memilih Sade sebagai destinasi penghasil tenun khas negeri mutiara ini. Meski sama-sama merupakan sentra penghasil tenun, keduanya mengimani konsep yang berbeda dalam mahzab pariwisata. Sade merupakan desa adat yang sengaja dibentuk dan dikembangkan untuk tujuan pariwisata. Kosmologi wilayahnya dapat dikatakan sebagai miniatur yang merangkum keragaman masyarakat Lombok dalam satu area yang dibatasi garis demarkasi desa. Sedangkan Sukarara tampil sederhana sebagai galur murni desa penghasil tenun. Ke sanalah sore itu saya bertamu.

Sabtu, 07 November 2015

Memo dari Moyo

.: Welcome to Moyo Island, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat :.

Mengapung di mulut Teluk Saleh, Pulau Moyo seakan menghadirkan banyak pertanyaan bagi para pejalan. Keberadaannya di jalur pelayaran antara Lombok dan Taman Nasional Komodo membuatnya populer dan menjadi buah bibir. Tersohor sebagai pulau yang menyembunyikan penginapan mahal rupanya tak menyurutkan niat para pejalan dengan dana terbatas untuk menyambanginya. Satu dari sekian banyak gosip yang banyak dibahas, di antara ribuan pulau cantik yang dikoleksi nusantara, mengapa Moyo yang justru dipilih oleh Adrian Zecha untuk mengerek salah satu properti bisnisnya dalam jaringan resort Aman?

Rasa penasaran tersebut semakin bertambah saat gelombang informasi tentang betapa banyaknya tokoh populer dari mancanegara yang berbondong-bondong menginvasi pulau kecil ini untuk sejenak menghabiskan waktu liburannya. Apa yang sebenarnya mereka cari jauh-jauh ke pulau terpencil dengan akses terbatas dan jauh dari bandara ini?