tag:blogger.com,1999:blog-91509956744980616182024-02-07T10:28:06.571+07:00.: adie DOES :.Wara-Wiri Jelajah NegeriAdie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.comBlogger219125tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-28427803620921368582020-05-24T11:11:00.000+07:002020-06-16T08:50:32.176+07:00Memorabilia Maria<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwc3vpvkTVlpAmhaDeyiKIwWzuOEl4aocLlAi3RB9OOUnP7ZUAwWxceDtfrVreGRv7pd2PFL92C-pewJtc6JjFyBNOFtxalJQUtA2fe3Rdw0i3b5g3sH7w5L2v8gPcp3QVsi40l-TuBPU/s1600/DSCF5263.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1089" data-original-width="1600" height="271" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwc3vpvkTVlpAmhaDeyiKIwWzuOEl4aocLlAi3RB9OOUnP7ZUAwWxceDtfrVreGRv7pd2PFL92C-pewJtc6JjFyBNOFtxalJQUtA2fe3Rdw0i3b5g3sH7w5L2v8gPcp3QVsi40l-TuBPU/s400/DSCF5263.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Tengara <b>Maria</b> <span style="color: #b45f06;">🍁🌿</span> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat masih SD, saya mengenal sosok <b>Bunda Maria</b> hanya dari figur yang terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang <b>Katolik</b>. Beranjak remaja dan mulai suka jalan-jalan, saya mulai mengenal lebih jelas bahwa figur tersebut begitu diagungkan di dalam sebuah gua di <b>Puhsarang</b>, <b>Kediri</b>.<br />
<br />
Begitu sudah bekerja dan mempunyai kesempatan untuk jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh, saya menyaksikan bentuk 'penghormatan' yang begitu meriah kepada sosok <b>Bunda Maria</b> pada perayaan <b>Semana Santa</b> di <b>Larantuka</b>, <b>Flores Timur</b>. Masyarakat tumpah ruah ke jalan, mengarak figur agung tersebut keliling kota. Figur yang sungguh indah saya temui saat berkunjung ke gereja-gereja di <b>Filipina</b>. Sebagaimana di <b>Nusa Nipa</b>, menurut saya, gereja-gereja di <b>Filipina </b>sungguh memanjakan mata.<br />
<br />
<a name='more'></a>Tak banyak informasi yang saya tahu tentang <b>Bunda Maria</b> saat kecil dulu. Sejauh ingatan saya, informasi yang disampaikan Pak Ustad dan guru pelajaran agama di sekolah 'hanya' sebatas sebagai sosok 'perempuan yang melahirkan <b>Isa Almasih</b>'.<br />
<br />
Padahal, <b>Maryam binti 'Imran</b> ialah salah seorang dari empat perempuan yang dianggap paling agung di seantero jagad selain <b>Asiyah</b> istri <b>Firaun</b>, <b>Siti Khadijah</b> istri baginda <b>Nabi Muhammad SAW</b>, dan <b>Fatimah</b> binti <b>Muhammad</b>. Bahkan, dia menjadi satu-satunya perempuan yang namanya diabadikan menjadi surah di <b>Alquran</b> yaitu surah ke-19. Saya hafal nomor surah ini karena urutannya setelah surah <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/05/ekspedisi-alkahfi.html" target="_blank">Alkahfi</a></b>, surah yang isinya menggelitik minat saya untuk mencari keberadaan gua tempat tujuh pemuda beriman dan anjingnya yang tertidur di dalam gua selama 309 tahun. Nama <b>Maryam</b> disebut sebanyak 34 kali di dalam <b>Alquran</b>. Begitu istimewa bukan?<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/05/ekspedisi-alkahfi.html" target="_blank">Ekspedisi Alkahfi</a></b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-tpizGapzoIL8iakoS-Jckyde4Grxg5dJ5ObyaCWRaZqsH96wXK6298HZ4VUwEjCnmRPFKdtcdKSj_HeAVUQas6PBYTKPEYkBO6JHT3UEoVthj_e3nz1Da5N356dlJJjj_KnjAnlrq98/s1600/DSCF5311.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-tpizGapzoIL8iakoS-Jckyde4Grxg5dJ5ObyaCWRaZqsH96wXK6298HZ4VUwEjCnmRPFKdtcdKSj_HeAVUQas6PBYTKPEYkBO6JHT3UEoVthj_e3nz1Da5N356dlJJjj_KnjAnlrq98/s400/DSCF5311.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Diorama Kandang Domba: Tempat <b>Almasih</b> Dilahirkan <span style="color: #cc0000;">🌾🌸</span> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ribuan kilometer membentang dari <b>Indonesia</b> dan <b>Filipina</b>, tempat saya mengenal dan mengagumi sosok <b>Maria</b>, teronggok di sebuah bukit yang sejuk dan sunyi di <b>Selçuk</b>, ada satu bangunan yang dipercaya sebagai rumah yang pernah ditinggali <b>Ibunda Yesus Kristus</b> ini. Lokasinya memang agak jauh dari pusat kota dan tidak ada angkutan umum untuk menuju ke tempat ini.<br />
<br />
Beruntung, di suatu siang yang terik, saat saya akan berjalan meninggalkan situs sepuh yang dipercaya sebagai lokasi kejadian <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/05/ekspedisi-alkahfi.html" target="_blank">Ashabul Kahfi</a></b>, ada satu keluarga baik hati yang mengajak saya turut serta mengunjungi situs <b><i>Meryem Ana Evi</i></b> (<b>Rumah Perawan Maria</b>). Keluarga tersebut ialah keluarga yang saya tanyai tentang arah menuju situs <b>Alkahfi</b> saat sedang istirahat di sebuah resto kecil tak jauh dari lokasi gua.<br />
<br />
Saya mengucapkan terima kasih saat melewati mereka dan berlalu menuju kebun jeruk yang bunganya sedang bermekaran seperti sakura. Nah, ketika saya memotret kebun jeruk inilah, anak perempuan keluarga tersebut berlari-lari seperti sedang mencari seseorang. Melihat dari kejauhan, saya pun menyapanya kembali.<br />
<br />
"<i>Hi</i>, <i>merhaba</i>, <i>what are you looking for</i>?", tanya saya penasaran.<br />
<br />
Gadis itu menghela napas lega ketika melihat saya.<br />
<br />
"<i>You. I'm looking for you. We're planning to visit <b>Meryem Ana Evi</b>. You can join us if you want to visit too", </i>katanya, menawari dengan sopan.<br />
<br />
Saya belum pernah ke bulan, tapi siang itu, perasaan saya seperti terbang ke sana. Bagaimana mungkin saya menolak ajakan ini. Saya pun mengucapkan terima kasih lagi dan bergabung dengan keluarganya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx0XAffAv09HdB-P5dD1OduW_1HXBcA4qAv8SyFCQXZRAFd37OjkMzFRzTdz8KAAt4IeVCV6tUG1Yhi6-7sTxsy_kMgxmXnVxY7BiHLVAdaph2SKh12qgCYAbTlDdM1ODCaYgw74IusSw/s1600/DSCF5281.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjx0XAffAv09HdB-P5dD1OduW_1HXBcA4qAv8SyFCQXZRAFd37OjkMzFRzTdz8KAAt4IeVCV6tUG1Yhi6-7sTxsy_kMgxmXnVxY7BiHLVAdaph2SKh12qgCYAbTlDdM1ODCaYgw74IusSw/s400/DSCF5281.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Altar Pernikahan :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Gadis itu bernama <b>Melek Çitenel</b>, seorang mahasiswa tahun pertama di sebuah universitas di <b>Izmir</b>. Melihat saya berjalan jauh sendirian, ibunya yang mengira kalau saya masih seumuran anaknya tersebut berpikir untuk mengajak serta mengunjungi rumah <b>Maria</b>. Masih ada satu tempat di kursi belakang mobilnya yang cukup untuk mengangkut saya. Saya yang tadinya mengira kalau <i>hitchhike</i> tidak begitu populer di <b>Selçuk</b>, akhirnya harus bersyukur ada keluarga baik hati yang saya temui dalam perjalanan. Tuhan beserta para pejalan yang berusaha mengetahui lebih jauh tentang firmanNya.<br />
<br />
Hanya perlu sekitar 15 menit berkendara mobil untuk menjangkaunya. Jalannya memang meliuk-liuk khas jalanan pegunungan. Dan memang, meski menyajikan pemandangan indah di sisi jalan, suasananya sungguh sepi. Tidak kebayang rasanya saya kalau harus melewati jalanan ini seorang diri.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhpCnXqEkjFnG3hDagxkbIsPm_zoEHJFx1hROQzQEX6EcP1uOXkV2epHsr5INqy8MdYAKzvEJURmBDiJz-Xk8RUt0cR-6JfXDCyFZ0IGgBd5uzr0Nz_-CkigelWKe4_yDs4gXZEkIQu-8/s1600/DSCF5269.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhpCnXqEkjFnG3hDagxkbIsPm_zoEHJFx1hROQzQEX6EcP1uOXkV2epHsr5INqy8MdYAKzvEJURmBDiJz-Xk8RUt0cR-6JfXDCyFZ0IGgBd5uzr0Nz_-CkigelWKe4_yDs4gXZEkIQu-8/s400/DSCF5269.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Panaya Kapulu</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Jarak dari tempat parkir menuju situs lumayan jauh. Kami harus berjalan menuruni jalanan beraspal yang dipagari pohon zaitun dan cemara. Udaranya sejuk. Pucuk-pucuk pepohonan membentuk kanopi yang menjadi tudung jalan. Figur <b>Bunda Maria</b> menyambut kami layaknya mengucapkan selamat datang.<br />
<br />
Saya harus mengucap <i>hamdallah</i> berkali-kali karena suasananya sungguh sepi. Sebagai situs religi yang kerap diziarahi pengunjung, rumah <b>Bunda Maria</b> sungguh lengang siang itu. Pengunjungnya mungkin tidak lebih dari sepuluh orang saat saya datang. Jadi, saya bisa leluasa mengambil gambar setiap sudut, tanpa harus repot untuk menunggu kerumunan segera menyingkir.<br />
<br />
<b>Rumah Bunda Maria</b> ini dikenal dengan sebutan <b>Panaya Kapulu</b>. Rumahnya kecil saja. Hanya terdiri dari tiga ruangan utama dan satu ruangan kecil di sebelah kanan ruangan ketiga. Memang, fungsinya bermetamorfosis menjadi kapel daripada hanya sebuah rumah.<br />
<br />
Bangunan ini ditemukan pada abad ke-19 melalui 'penglihatan' seorang biarawati yang berasal dari <b>Jerman</b>. Syahdan di tahun <b>1821</b>, <b>Suster Anne Catherine Emmerich</b> (<b>1774-1884</b>) mengalami fenomena stigmata yaitu sebuah pertanda berupa kesakitan fisik yang dipercaya berasal dari Tuhan. Dalam keadaan trans, suster tersebut menyampaikan lokasi terakhir dan dipercaya sebagai tempat <b>Bunda Maria</b> tinggal hingga meninggal yang lokasinya diperkirakan berada tak jauh dari <b>Kota Tua</b> <b>Efesus</b>.<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/04/menembus-gerbang-efesus.html" target="_blank">Menembus Gerbang Efesus</a></b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHCekFdZBais3EC-nunstaWggJ8TEFMxhr1ReM46yQNQBgEkWBEn-Oef6aOVEk0kSGDwxpIgcQNCum1u5-eYPY6WTaxl34S-u95iAwMFOugzyqRXYx8Vfkf_XuMoFamCth_3UsVZ127TM/s1600/DSCF5301.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHCekFdZBais3EC-nunstaWggJ8TEFMxhr1ReM46yQNQBgEkWBEn-Oef6aOVEk0kSGDwxpIgcQNCum1u5-eYPY6WTaxl34S-u95iAwMFOugzyqRXYx8Vfkf_XuMoFamCth_3UsVZ127TM/s400/DSCF5301.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pancuran Air Suci :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Informasi yang disampaikan oleh sang suster tersebut dituliskan dalam sebuah buku oleh <b>Clemens Brentano</b>. Enam dasawarsa kemudian, seorang pastur dari <b>Perancis</b>, <b>Abbe Julien Gouyet</b> melacak keberadaan <b>Rumah Bunda Maria</b> berdasarkan pada catatan <b>Brentano</b>. Atas temuan yang mengejutkan ini, selama beberapa tahun, <b>Vatikan</b> tidak memberikan otentisitas akan kebenaran bangunan tersebut sebagai petilasan yang pernah menjadi rumah tinggal <b>Sang Perawan</b> <b>Maria</b>.<br />
<br />
Hal itu didukung oleh pendapat pakar arkeologi yang menyatakan bahwa bangunan ini didirikan sekitar abad ke-6 atau ke-7 Masehi. Sementara, <b>Bunda Maria</b> hidup pada periode abad pertama Masehi.<br />
<br />
Kisah yang dipercaya, setelah <b>Yesus</b> wafat, <b>Bunda Maria</b> bersama <b>Rasul Yohanes </b>memang mengasingkan diri dari kejaran tentara <b>Romawi </b>di <b>Yerusalem</b> menuju ke <b>Efesus</b>, kota terbesar kedua setelah <b>Roma </b>kala itu. Hijrah tersebut berlangsung sekitar tahun 37 Masehi. <br />
<br />
Pakar arkeologis yang lain mengatakan, bangunan kapel tersebut memang sekiranya dibangun pada abad ke-6 atau ke-7, tapi pondasi yang menjadi pokok bangunan diperkirakan berusia jauh lebih sepuh lagi, yaitu sesuai dengan periode ketika <b>Bunda Maria</b> dikabarkan bermukim di pinggang bukit <b>Bulbul </b>ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgERjpHF4GhNvILLonWqC1YweByTswVe8ltwUDrqhToYqtbQZUUlJukCSv8ycC2tiKVty7hTGOza5nUmjrGf05pSvbnFYomHlUW2svC_Ufl2coGPC6a_nd9eEEfAiJqjdH1pbM8eE7dhGs/s1600/DSCF5305.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgERjpHF4GhNvILLonWqC1YweByTswVe8ltwUDrqhToYqtbQZUUlJukCSv8ycC2tiKVty7hTGOza5nUmjrGf05pSvbnFYomHlUW2svC_Ufl2coGPC6a_nd9eEEfAiJqjdH1pbM8eE7dhGs/s400/DSCF5305.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Tembok Pengharapan :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Baru sekitar tahun 1896, kapel ini mendapat pengakuan <b>Vatikan</b> yaitu berdasarkan pernyataan <b>Paus Leon XIII.</b> <b>Panaya Kapulu</b> diberkati oleh <b>Paus Pius X </b>serta para <b>Paus</b> setelahnya,<b> </b>dan dijadikan sebagai tempat suci bagi umat Katolik. Namun, kunjungan pertama oleh pemuka utama agama Katolik tersebut baru dilakukan pada tahun 1967 yaitu oleh <b>Paus Paul VI</b>. Paus berikutnya yang menyempatkan diri berkunjung ke <b>Panaya Kapulu</b> ialah <b>Paus John Paul</b> (1979) dan <b>Paus Bennedict XVI</b> (2006).<br />
<br />
Karena dijadikan sebagai bangunan suci umat Katolik, restu dan campur tangan <b>Vatikan</b> diwujudkan dengan adanya tentara yang menjaga kawasan situs dan diutusnya <b><i>Romo</i></b> berikut <i>bruder </i>yang bertugas memimpin misa dan memberikan pelayanan gereja.<br />
<br />
Saya memasuki kapel ini dengan perasaan <i>deg-degan</i>. Setelah mengucap salam, saya tidak langsung menuju ruangan altar. Ada dua jemaat yang sedang berdoa. Saya menanti dengan sabar sembari melihat informasi yang terpasang di dinding. Mengambil gambar di dalam kapel ini hukumnya haram. Saya pun mematuhi aturan tersebut dengan taat. Setelah kedua jemaat tersebut berlalu, saya berusaha menyeret kaki menuju ruangan altar. Hanya ada enam orang saja yang berada di ruangan itu yaitu dua orang suster yang sedang membaca <i>Alkitab</i>, seorang <b>Romo</b> dan <i>bruder </i>yang tersenyum hangat, <b>Melek</b>, dan saya.<br />
<br />
<b>Romo</b> tersebut mempersilakan saya mengambil lilin yang ada di rak. Sementara Melek sudah mengambil lilin, membakarnya, dan mulai berdoa, memejamkan mata penuh dengan ketakziman, menghadap figur <b>Bunda Maria</b> yang ada di altar. Terus terang saya merasa kebingungan lagi seperti kebingungan saya sewaktu mengunjungi makam <b>Rasul Yohanes</b>.<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/03/menziarahi-yohanes.html" target="_blank">Menziarahi Yohanes</a></b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnT8E2-suWNyydM06ZltNJ6eqRayDD1UA7Yeapd7BfhlMWxyhsRzH3ZQslRfzkl0SN9sRLtZ0ldq2976pHaG9YzUz1wGXzQxDT49fTHWdWhoaYjz9MA9-34OI61zGZFDCLaVB5nCbWGic/s1600/IMG_8500.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnT8E2-suWNyydM06ZltNJ6eqRayDD1UA7Yeapd7BfhlMWxyhsRzH3ZQslRfzkl0SN9sRLtZ0ldq2976pHaG9YzUz1wGXzQxDT49fTHWdWhoaYjz9MA9-34OI61zGZFDCLaVB5nCbWGic/s400/IMG_8500.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bersama Keluarga <b>Melek Çetinel</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pertama, bingung (lebih tepatnya bertanya-tanya) tentang <i>mahzab</i> apa yang dianut oleh Melek. Kedua, saya bingung (lebih pas dibilang canggung) karena seumur hidup belum pernah diajarkan atau mengerjakan laku doa sembari membakar lilin dan menghadap sosok yang 'berwujud' seperti ini.<br />
<br />
Sepertinya <b>Romo</b> memahami kecanggungan saya dan menyilakan saya untuk tidak perlu membakar lilin dan bisa berdoa di luar bangunan kapel. Hati saya menjadi lebih tenang. Setenang ruangan kapel ini. Saya hanya mengerjakan <i>laku hening </i>sejenak tanpa memejamkan mata di depan altar. Setelahnya, Melek mengajak saya menuju tempat lilin di luar kapel, tak jauh dari pintu keluar.<br />
<br />
Saya baru tahu setelah diberi penjelasan sedikit oleh Melek. Ritual berziarah ke <b>Panaya Kapulu</b> (bagi umat Katolik) diawali dengan membakar lilin, berdoa di depan altar, menempatkan lilin ke tempat lilin-lilin menyala di luar kapel, membasuh muka dan minum dengan air suci di pancuran yang bersumber dari mata air di belakang kapel, dan terakhir (jika dianggap perlu) menuliskan harapan dan doa di <b>Tembok Pengharapan</b> (<i><b>Wishing Wall</b></i>).<br />
<br />
Berada di luar kapel, saya menyempatkan diri untuk membasuh muka dengan air suci yang ada di pancuran. Airnya dingin. Konon, seperti juga di <b>Indonesia</b>, air suci ini dipercaya dapat membuat awet muda dan tolak balak berbagai macam penyakit. Para peziarah biasanya membawa botol minum atau jerigen kecil untuk diisi dengan air suci ini sebagai oleh-oleh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisVhLklFn9re4QyOqAAv-XSz5B0Oh02P_CnVdXS0h9-BurhMx08qBZWSykhkulU-WKxoxMOvccAUszuqWNvndEpcj05ygKxks_r0levCUJye2LvFOMCyRBL4wUsZdawmI3FvdomIDQ72E/s1600/DSCF5321.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisVhLklFn9re4QyOqAAv-XSz5B0Oh02P_CnVdXS0h9-BurhMx08qBZWSykhkulU-WKxoxMOvccAUszuqWNvndEpcj05ygKxks_r0levCUJye2LvFOMCyRBL4wUsZdawmI3FvdomIDQ72E/s400/DSCF5321.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Azimat <i><b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/01/sendirian-di-uchisar-castle.html" target="_blank">nazar boncugu</a></b></i> (mata setan) bergambar <b>Maria</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah membasuh muka dan merasa belia sebagaimana dikira oleh ibunya Melek, tak lupa saya berdoa sejenak, mengirimkan <i>Alfatehah</i> kepada almarhumah <b>Siti Maryam</b>, sang ibunda dari <b>Isa Almasih As </b>sebelum menuju <b>Tembok Pengharapan</b>.<br />
<br />
Tembok ini mengingatkan saya pada perkawinan antara <b>Tembok Ratapan</b> di <b>Yerusalem </b>dan <i>ritual</i> <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2015/08/mistisisme-motitoi.html" target="_blank">Gantung Batu</a></b> di <b>Pulau Satonda</b>, <b>Nusa Tenggara Barat</b>. Para peziarah menuliskan doa dan harapannya di dalam secarik kertas dan ditempelkan di dinding batu.<br />
<br />
Matahari tak lagi terik. Sinarnya sudah lebih condong ke barat. Saya dan keluarga Melek bergegas meninggalkan kapel. Kami mampir sejenak ke toko suvenir. Sekadar melihat-lihat saja. Kami kembali ke pusat kota <b>Selçuk </b>dan berpisah di perempatan dekat terminal. Setelah mengucapkan terima kasih banyak atas tumpangan dan ajakan berpesiar hari itu, saya pun kembali ke hotel.<br />
<br />
Dengan langkah ringan melintasi deretan pohon jeruk di kanan kiri jalan, saya mengucap <i>hamdallah</i> atas berkat hari itu. Saya berbisik dalam hati, semoga teman-teman saya (tidak hanya yang beragama Katolik) mempunyai kesempatan untuk berziarah ke kota ini. Karena menurut saya, (ini menjadi prinsip sekaligus pengingat diri), kita bisa jadi berbeda dalam iman, tapi seharusnya <i>sih</i> ya, mempunyai kewajiban dan kepentingan yang sama dalam merawat cinta kasih kepada sesama. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com51tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-3663788917754763672020-05-09T11:11:00.000+07:002020-06-12T09:26:45.090+07:00Ekspedisi Alkahfi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzU3i-gk5Lxuf4VunL4cSDxOcGb7K6WVPkiHFsY0FgZYF1N6qTIxCm9rzGKYbGKWUkDS0BmuzbK7sTZ0Qd_ESwYfBHXfvIFonS1bi6cQ-UdZheT5mWDvkbNqMF-4j41f_4XZKOzGHbkfo/s1600/DSCF5250.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzU3i-gk5Lxuf4VunL4cSDxOcGb7K6WVPkiHFsY0FgZYF1N6qTIxCm9rzGKYbGKWUkDS0BmuzbK7sTZ0Qd_ESwYfBHXfvIFonS1bi6cQ-UdZheT5mWDvkbNqMF-4j41f_4XZKOzGHbkfo/s400/DSCF5250.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Persimpangan Jalan Menuju Lokasi <b>Alkahfi</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Hampir setiap hari Jumat, saya menerima pesan pendek yang isinya mengingatkan untuk memperbanyak amalan ibadah dan anjuran untuk membaca <b>Surat Alkahfi</b>. Surat ke-18 dalam <b>Alquran</b> ini termasuk dalam surah <b><i>Makkiyah</i></b>. Terdiri dari 110 ayat.<br />
<br />
Salah satu isinya mengisahkan tentang tujuh pemuda beriman dan seekor anjing yang tertidur lelap di dalam gua selama 309 tahun. Syahdan, mereka bersembunyi dan terkurung di dalam gua karena berusaha mempertahankan <i>aqidah </i>untuk beriman kepada Allah dan menolak memuja dewa-dewa dalam kepercayaan Pagan yang banyak dianut oleh penduduk setempat kala itu.<br />
<br />
<a name='more'></a>Saat saya masih anak-anak, kisah ini begitu populer. Sering disampaikan sebagai kisah religi dalam sesi <i>tausiyah</i> sore di madrasah oleh Pak Ustad. <i>Khatib</i> salat Jumat pun kerap mengutipnya sebagai bagian dari <i>khotbah</i>. Banyak orang tua juga menjadikan kisah ini sebagai bagian dari dongeng sebelum tidur. Selain <b>Aladdin</b>, inilah kisah favorit saya yang berasal dari negeri gurun di <b>Semenanjung Persia</b>. Setelah beranjak remaja dan duduk di bangku SMA, saya baru tahu bahwa kisah <b>Alkahfi</b> juga diceritakan di dalam <b>Injil</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgekGgZzXpmYuQUjzrXQroVGVwec9ByeGFRPO7ILWV0rxZpH2wYZGcpcvLRRIAO8yXVKeU963-_A-uT5vJC4Wrsp6U32nRd3Ck0KO0xyCrx0Q3J4dDpwhkRU4WMonB4ZIkDzFAn5UmykB8/s1600/DSCF5238.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgekGgZzXpmYuQUjzrXQroVGVwec9ByeGFRPO7ILWV0rxZpH2wYZGcpcvLRRIAO8yXVKeU963-_A-uT5vJC4Wrsp6U32nRd3Ck0KO0xyCrx0Q3J4dDpwhkRU4WMonB4ZIkDzFAn5UmykB8/s400/DSCF5238.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kompleks <b>Alkahfi</b> dilihat dari atas :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ratusan purnama berselang, hati saya mendadak <i>deg-degan</i> saat diberi tahu bahwa gua (yang dipercaya sebagai lokasi kisah <b><i>Ashabul Kahfi</i></b>) tersebut benar-benar ada dan masih bisa disaksikan hingga sekarang.<br />
<br />
Kata petugas di pintu keluar <b>Gerbang Magnesia</b> kompleks kota tua <b>Efesus</b>, "<i>Just go stright on until you find the first head quarters. And then turn left. Follow the path. The cave is on the left side. Don't forget to read the sign. It's about fifteen minutes walks</i>."<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/04/menembus-gerbang-efesus.html" target="_blank">Menembus Gerbang Efesus</a></b>.<br />
<br />
Senangnya. Setelah berhari-hari mendapat nukilan informasi dengan menebak-nebak maksud dari pemberi informasi karena disampaikan dalam bahasa <b>Turki</b> yang baru saya mengerti sebagian kecil saja, akhirnya saya mendapat info yang cukup jelas dari petugas loket yang lancar berbahasa Inggris.<br />
<br />
Saya pun berujar, "<i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13.2px;">Teşekkür ederim (terima kasih),</i><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 13.2px;">"</span> sembari beranjak menuju arah yang ditunjuk. Berhubung ini bukan destinasi populer, tidak ada angkutan umum yang melewati lokasi <b>Alkahfi</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLzW-9C_d5ZnV7HkueEKEiTtE7hyphenhyphenEe3aTgPVe8tHCkSQcbMwb39xP29VdlELzO0S6MT4tkf6fApBdsctoc4RInn9S0O4jie_-n8ML5hPMLpXBsHO-dzx8zDgYqKI-aPW-UMfw-Z2OCTa4/s1600/DSCF5226.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLzW-9C_d5ZnV7HkueEKEiTtE7hyphenhyphenEe3aTgPVe8tHCkSQcbMwb39xP29VdlELzO0S6MT4tkf6fApBdsctoc4RInn9S0O4jie_-n8ML5hPMLpXBsHO-dzx8zDgYqKI-aPW-UMfw-Z2OCTa4/s400/DSCF5226.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Gerbang Alkahfi</b> 🍁🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Jalannya sudah beraspal mulus. Sesekali ada mobil yang melintas. Saya berusaha menghentikannya, barangkali ada yang bersedia memberi tumpangan. Ternyata nihil. Mungkin <i>hitchhike</i> tidak populer di kota kecil ini. Saya kembali berjalan seorang diri. Matahari cukup terik siang itu, meski udara lumayan sejuk. Bunga-bunga <i>daisy</i> bermekaran di sepanjang jalan. Pohon-pohon jeruk juga mulai berbunga. Bentuknya menyerupai mekarnya sakura kalau dilihat dari kejauhan.<br />
<br />
Setelah kurang lebih 25 menit berjalan (karena harus banyak foto dan menghentikan mobil sepanjang jalan) sampailah saya pada sebuah resto kecil pinggir jalan. Mungkin satu-satunya resto di tempat sepi ini. Saya bertanya pada salah satu keluarga yang sedang menikmati minuman soda di beranda resto tersebut.<br />
<br />
"<i>Excuse me, whould you mind to show me, where's the location of Grotto of The Seven Sleepers, please?</i>"<br />
<br />
"<i>Overthere</i>," kata anak perempuan keluarga tersebut sambil menunjuk plang yang tertempel di sebuah pohon tak jauh lokasi kami berbincang.<br />
<br />
"<i style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13.2px;">Teşekkür ederim," </i><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 13.2px;">kata saya.</span><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4KqtGq7PdhW_bFEa4dIaCle7Uf32YGDoGdz9a77FRlquJv2BVqsh70YXqA3-eq71p-ZTNMtM7vNXAXwtduVtjwp2XKuGlSHcMxIwBm8QirLkynPRc6M6aVcyPYRh5CFtA69J8G2zUSRY/s1600/DSCF5227.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4KqtGq7PdhW_bFEa4dIaCle7Uf32YGDoGdz9a77FRlquJv2BVqsh70YXqA3-eq71p-ZTNMtM7vNXAXwtduVtjwp2XKuGlSHcMxIwBm8QirLkynPRc6M6aVcyPYRh5CFtA69J8G2zUSRY/s400/DSCF5227.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Celah, seperti Liang :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya pun segera menyusuri jalan setapak yang ditunjuk oleh anak perempuan tadi. Ternyata lokasi <i><b>Ashabul Kahfi</b></i> ini ada di bukit halaman belakang resto. Tempatnya memang sepi. Siang itu, hanya saya pengunjungnya. Gerbangnya berbentuk lengkung. Bahannya terbuat dari tumpukan kepingan batu. Fasadnya mengingatkan saya pada tembok belakang <b>Leaky Cauldron</b> di film <b>Harry Potter and The Sorcerer's Stone</b> yang meliuk-liuk setelah diketuk dengan payung <b>Hagrid</b>.<br />
<br />
Tidak ada tiket masuk. Biasaya gerbang ini dikerangkeng dengan pagar besi. Pengunjung tidak diperkenankan masuk ke dalam. Saya hanya bisa mengintip saja dari celah di antara kerangkeng tadi. Seorang juru kunci tampak mengamati gerak-gerik saya. Beliau mendekati saya dan tampak berbicara dalam bahasa <b>Turki </b>yang tak saya mengerti.<br />
<br />
Lalu, tiba-tiba ada satu keluarga <b>Turki</b> yang datang berkunjung. Sang <b>Juru Kunci</b> tampak mengikuti langkah keluarga <b>Turki</b> tersebut. Terjadi dialog di antara mereka, saya hanya mengikuti saja di belakang sembari mencuri dengar penjelasan dari <b>Juru Kunci</b>, kalau-kalau saja saya mengerti.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5FbaSXSqj232Mp2NU2KvUwHXSW4mFccndyxSmQcW8qd3t_yyjZ4qrUr8o0uwG0elTkDo2w0AClSBlIn3nWizwh0U46tdD-wOLBZaLg3HGy87d-Ve1HcsheMo59wfuDuY-YeoO2d4azVU/s1600/DSCF5229.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5FbaSXSqj232Mp2NU2KvUwHXSW4mFccndyxSmQcW8qd3t_yyjZ4qrUr8o0uwG0elTkDo2w0AClSBlIn3nWizwh0U46tdD-wOLBZaLg3HGy87d-Ve1HcsheMo59wfuDuY-YeoO2d4azVU/s400/DSCF5229.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Celah, seperti Lubang Kremasi :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat keluarga <b>Turki</b> beranjak pergi, saya kembali ke depan gerbang, berusaha mengamati lebih detil tentang gua ini. Saya tadi sempat menangkap bahwa sisi dinding yang berlubang itu dijadikan tempat tidur oleh salah satu pemuda dalam kisah <b>Alkahfi</b>. Sayang sekali saya tidak bisa masuk ke dalam.<br />
<br />
<b>Sang Juru Kunci</b> datang lagi, kali ini berusaha mengajak saya ngobrol sembari memberi penjelasan tentang lokasi-lokasi di dalam gua. Sembari ngobrol patah-patah campuran bahasa Turki dan isyarat, kami berkenalan. Namanya <b>Pak Ilmaz</b>. Beliau sudah lama menjadi juru kunci tempat ini dan tinggal bersama istrinya di sebuah rumah di belakang resto kecil yang saya lewati tadi.<br />
<br />
Sembari ngobrol, gembok yang mengunci gerbang gua dibuka, tapi saya masih tidak boleh masuk. Saya minta izin untuk difotokan. Sebagai kenang-kenangan. Saya bilang kalau saya berasal dari <b>Indonesia</b>. Lalu entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba gerbang itu dibuka. Saya dipersilakan untuk mengambil gambar di dalam gua secepatnya dan beliau akan mengambilkan saya gambar di depan gua.<br />
<br />
Mengikuti instruksi, saya segera bergerak cepat. Masuk ke dalam gua sampai ke bagian paling dalam, memotret apa saja yang sekiranya saya temui, dan segera keluar dari gua. <b>Pak Ilmaz</b> masih berjaga di luar pagar. Gila kan ya? Bisa saja, saat saya ada di dalam gua, gerbang itu dikunci, dan saya terjebak di dalam kerangkeng gua. Tapi saya percaya bahwa bapak itu baik. Buktinya, beliau mau menunggu saya dan setelahnya bersedia mengambilkan gambar. Sayang sekali tidak ada plang atau informasi tentang bagian-bagian dari gua ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-eWQgI_nqrWxgTVfn7xWftoIuyR6xfQaZki8-MHF2jbvJY7tOu0IPPXNkMZpyXppx8gEgYQRP_nemJTITBB5869g296FyiUPBQRaTvZL_QLsUvQQStWDj_mEKUET8-pnUZTTLShP0f0E/s1600/LPMY5988.JPEG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-eWQgI_nqrWxgTVfn7xWftoIuyR6xfQaZki8-MHF2jbvJY7tOu0IPPXNkMZpyXppx8gEgYQRP_nemJTITBB5869g296FyiUPBQRaTvZL_QLsUvQQStWDj_mEKUET8-pnUZTTLShP0f0E/s400/LPMY5988.JPEG" width="298" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Di dalam <b>Gua Alkahfi</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Memang, lokasi kejadian kisah <b>Ashabul Kahfi</b> tersebut masih misteri. Banyak negara di kawasan <b>Semenanjung Persia</b> mengklaim bahwa kejadian tersebut berlangsung di sebuah gua yang ada di wilayah negaranya. Totalnya ada 44 buah gua. Bahkan, di wilayah <b>Turki</b> saat ini, ada empat gua yang konon dipercaya sebagai lokasi kejadian kisah <b>Ashabul Kahfi</b>.<br />
<br />
Sebagai orang awam yang <i>dhaif</i> tapi ingin menjejak kisah-kisah dalam <b>Alquran</b>, saya merujuk pada penjelasan Bapak <b>M. Quraish Shihab</b> (iya, beliau ini bapaknya mbak <b>Nana Mata Najwa</b> itu lho 😍🙈) dalam <b>Tafsir Al-Mishbah</b>. Berhubung lokasi dan waktu kejadian kisah <b>Ashabul Kahfi</b> tersebut tidak dijelaskan, sekiranya ada lima gua yang ciri-cirinya mendekati deskripsi gua dalam <b>Surat Alkahfi</b>.<br />
<br />
Kelima gua tersebut adalah gua di <b><a href="https://adiedoes.blogspot.com/2020/04/menembus-gerbang-efesus.html" target="_blank">Efesus</a></b> yang sedang saya datangi ini, gua di <b>Qasium</b> (Kota <b>Ash-Shalihiyyah</b>, dekat <b>Damaskus</b>, <b>Suriah</b>), gua <b>Al-Batra</b> di <b>Palestina</b>, gua di wilayah <b>Skandinavia</b> (<b>Eropa Utara</b>), dan <b>Gua Rajib</b> di <b>Amman</b>, <b>Yordania</b>.<br />
<br />
Dari lima gua tersebut, menurut saya hanya dua yang paling mendekati deskripsi sesuai dalam <b>Surat Alkahfi</b>. Saya sampai bolak-balik membaca surat ini dan membaca terjemahannya, mencari catatan perjalanan yang sekiranya mendeskripsikan keadaan gua seperti dijelaskan dalam <b>Surat Alkahfi</b>. Dua gua tersebut adalah gua di <b>Efesus</b> ini dan <b>Gua Rajib</b> di <b>Amman</b>, <b>Yordania</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEihzVEBWdEN0Rg9mZfRNkK155bS4vX-Q4oxUOHVi8ljAZcAYT1KSEXaLmmtTZY1bXK-7OITbocX-yTFKO4QlGZvQIJ8f9Qr8El2wk6lJJSggPgxHsBmnXABCnU7EJ6F7heLK3DxEHubo/s1600/DSCF5233.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEihzVEBWdEN0Rg9mZfRNkK155bS4vX-Q4oxUOHVi8ljAZcAYT1KSEXaLmmtTZY1bXK-7OITbocX-yTFKO4QlGZvQIJ8f9Qr8El2wk6lJJSggPgxHsBmnXABCnU7EJ6F7heLK3DxEHubo/s400/DSCF5233.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mirip Deretan Kavling Liang Lahat :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski tidak dijelaskan di <b>Alquran</b> dan tafsir, ada kisah di <b>Efesus</b> yang merujuk pada sosok tujuh pemuda yang dikisahkan dalam <b>Surat Alkahfi</b>. Ketujuh pemuda ini yaitu <b>Maximilian</b>, <b>Jamblichus</b>, <b>Martin</b>, <b>John</b>, <b>Dyonisius</b>, <b>Constantine</b>, dan seorang gembala bernama <b>Antonius</b>. Mereka menolak untuk menyembah patung-patung yang berasal dari kepercayaan <b>Pagan </b>dan tetap berpegang teguh pada keimanannya kepada <b>Allah</b> berdasarkan pada ajaran dalam <b>Injil</b> yang disampaikan oleh <b>Nabi Isa As</b>.<br />
<br />
Sikap mereka yang berbeda dengan kepercayaan penguasa <b>Efesus</b> kala itu menyebabkan ketujuhnya menjadi buronan tentara <b>Efesus</b> yang diperintah oleh <b>Gubernur Daqyanus</b>. Meski kisahnya terdengar sama, namun, deskripsi guanya tidak seperti yang dijelaskan dalam <b>Alquran</b>. Sekali lagi, berhubung saya bukan arkeolog, saya tidak bisa mengatakan bahwa kisah ini tidak berlangsung di <b>Gua Alkahfi</b> di <b>Efesus</b> ini. Tapi, saya tidak melihat adanya bekas rumah ibadah di atas reruntuhan gua ini.<br />
<br />
Mungkin saya salah, tapi melihat ruang dalamnya, saya menduga bahwa ini bagian dari reruntuhan kota, tempat warga <b>Efesus</b> yang meninggal disemayamkan. Karena relik-relik yang terlihat berupa sorkofagus, kavling liang, dan celah di dinding yang cocok untuk tempat mengebumikan jenazah, bukan layaknya gua lapang kosong tempat untuk tinggal atau bersembunyi.<br />
<br />
Sedangkan, <b>Gua Rajib</b> di <b>Amman</b>, <b>Yordania</b>, dari deskripsi yang saya baca tentang lokasi gua dan lingkungan sekitarnya, lebih mendekati deskripsi yang dikisahkan dalam <b>Alquran</b>. Guanya memiliki satu pintu dan di atasnya pernah ada tempat ibadah. Hipotesis bego-begoan saya, mungkin pemudanya memang benar berasal dari <b>Efesus</b> seperti yang saya jelaskan di atas, tapi lokasi kejadiannya ada di <b>Gua Rajib</b>, <b>Amman</b>, <b>Yordania</b>. <i>Wallahu a'lam bishawab</i>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyAO9a4ch7zpZ9G4CDWAOlr9xItitcHuSGCr2akHwJcz-4eHbXiz0i71JJY1GRej9dPMYa_WwMLE3ze6xlUYZyaX65hNQtSxxbjarzt0FxApixwxIVms1uOdqP9oenKS6qBLsoBV_pbVM/s1600/DSCF5237.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyAO9a4ch7zpZ9G4CDWAOlr9xItitcHuSGCr2akHwJcz-4eHbXiz0i71JJY1GRej9dPMYa_WwMLE3ze6xlUYZyaX65hNQtSxxbjarzt0FxApixwxIVms1uOdqP9oenKS6qBLsoBV_pbVM/s400/DSCF5237.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kota <b>Selçuk</b> dilihat dari <b>Bukit Alkahfi</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di tengah kegalauan pikiran tentang lokasi kejadian kisah <b>Ashabul Kahfi</b>, saya diajak <b>Pak Ilmaz</b> menuju ke atas gua. Kondisi 'atap' gua ini penuh kepingan batu yang terserak. Lubang-lubang menganga di banyak titik sehingga sulit untuk mengidentifikasi apakah di atas gua ini pernah ada bangunan tempat ibadah. Di kejauhan, <b>Kota Selçuk</b> menghampar seperti karpet putih yang menyelimuti bukit. Padat juga ternyata. Bangunan gedung dan perumahan berjejalan, dikepung oleh hamparan sawah dan kebun buah. Meski demikian, entah mengapa saya merasa ritme kota ini bergerak layaknya siput. Kota yang sepertinya nyaman untuk menghabiskan masa pensiun.<br />
<br />
Berhubung matahari mulai condong ke barat, <b>Pak Ilmaz</b> minta izin untuk kembali ke rumah. Saya pun segera pamit juga. Kami berjalan beriringan. Saya tidak mampir ke rumah <b>Pak Ilmaz</b>. Setelah mengucapkan terima kasih dan salam perpisahan, saya melanjutkan perjalanan. Sembari melangkah, pikiran saya masih berputar tentang kisah <b>Alkahfi</b>. Saya masih penasaran dengan lokasi lain yang sekiranya merujuk pada kisah tersebut. Untuk itu saya menamai perjalanan pencarian lokasi kejadiaan kisah tujuh pemuda dan anjingnya yang tertidur di dalam gua dan menjadi dongeng pengantar tidur saya waktu kecil dulu ini sebagai <b>Ekspedisi Alkahfi</b>. Dan dalam perjalanan meninggalkan rumah <b>Pak Ilmaz</b>, negara yang terlintas dalam benak saya untuk perjalanan pencarian berikutnya adalah <b>Yordania</b>. Saya berdoa semoga kesempatan itu segera tiba. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com50tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-75462358840892190952020-04-25T12:39:00.000+07:002020-06-01T15:50:00.477+07:00Pengabdi Artemis<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq0ZjWWMRVewmA5FKvRq1EhOdEKNFRtAy8GhfMLWLDjPJ9d3UpsE5uuj2tpDWgSANUuM0Kfm5jq1PTBoxardrXsPSfASz-OJC0QTpWiM3AstqOc9jS5FNpesMRvIPTc4tR8cpvoJ1I0no/s1600/DSCF5071.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjq0ZjWWMRVewmA5FKvRq1EhOdEKNFRtAy8GhfMLWLDjPJ9d3UpsE5uuj2tpDWgSANUuM0Kfm5jq1PTBoxardrXsPSfASz-OJC0QTpWiM3AstqOc9jS5FNpesMRvIPTc4tR8cpvoJ1I0no/s400/DSCF5071.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kucing Penjaga di Jalan menuju <b>The Great Theater</b> :</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kota tua <b>Efesus</b> yang teronggok di episentrum wilayah <b>Selçuk </b>merekah menjadi magnet utama destinasi wisata di kawasan barat daya <b>Anatolia</b>. Situs-situs uzur berkoloni membuat liga dan sanggup bertahan hingga saat ini. Saya bertamu di suatu siang yang terik tanpa prasangka apapun. Bahkan, saya tidak begitu memerhatikan adanya kamera CCTV yang terpasang di setiap sudut yang bertujuan untuk mengawasi gerak-gerik pengunjung.<br />
<br />
Saya menikmati suasana kota tua ini. Bagai terlempar kembali ke masa kejayaan bangsa <b>Romawi</b> berabad silam, saya menyusuri jalan-jalannya yang dilapisi pualam dengan penuh keceriaan seorang remaja yang akan berjumpa dengan artis idolanya.<br />
<br />
<a name='more'></a>Sebagai bangunan paling mencolok di kompleks kota yang mulai dibangun pada era <b>Helenistik</b> ini, <b>The Great Theater</b> seakan membius siapa saja untuk segera menjejaknya sesaat setelah menatapnya dari kejauhan. Ibarat jatuh cinta pada pandangan pertama, saya pun seperti digiring untuk segera menyambangi teater ini meski sedang dijubeli pengunjung.<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/04/menembus-gerbang-efesus.html" target="_blank">Menembus Gerbang Efesus</a></b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkWtMI6oPvRv_oa2iN6AH4K3guPM3N1hL4zLuaJFtOTLEORgbcMwlfzIPO-Gvx8ArFYgek6YoiIFg290ZLCeYNpbtAQCID9_ZMHkMx6236G3Nl50aTFrU4878rgJfvpMnaa4u3R7A3bZA/s1600/IMG_8412.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkWtMI6oPvRv_oa2iN6AH4K3guPM3N1hL4zLuaJFtOTLEORgbcMwlfzIPO-Gvx8ArFYgek6YoiIFg290ZLCeYNpbtAQCID9_ZMHkMx6236G3Nl50aTFrU4878rgJfvpMnaa4u3R7A3bZA/s400/IMG_8412.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pengintai <b>The Great Theater</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Namun, ketika akan menyusuri jalan setapak menuju <b>The Great Theater</b>, langkah saya tertahan. Dengan mata sedikit sayu, seekor kucing berwarna krem seperti menyambut kedatangan saya. Dia tidak mengeong atau berlarian merendengi langkah saya. Yang dilakukannya hanya menyipitkan mata saat saya lewat. Seperti seorang ibu kost galak yang memergoki penghuni kostnya pulang larut, pandangan matanya seolah sedang mengguyur sinar X untuk menyelidiki gerak-gerik saya, mencari-cari potensi keonaran yang mungkin bisa saya perbuat.<br />
<br />
Saya pun melangkah ringan melewatinya, sembari menyapa riang seperti kebiasaan kalau bertemu satwa jelita begini di jalanan, "<i>Puuuusshh</i>."<br />
<br />
Meski cuaca lumayan terik, pengunjung tetap semangat mendaki undakan <b>The Great Theater</b>. Saya pun tak mau ketinggalan. Melangkah ke sana ke mari untuk mencari sudut foto agar tidak banyak kelihatan siluet manusia. Namun lagi-lagi, langkah saya sejenak terhenti. Seekor kucing dengan motif bulu <i>belang telon</i> (tiga warna: hitam, putih, krem), dengan muka malas-malasan menatap saya. Seolah ingin berkata, "Apa sih sebenarnya yang mau kamu cari di tempat seperti ini?"<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2gbo8LLvCpo5A_0dcRm0izkkkIGlcIfWP0rBHobNZv45QVJtwg95l-hC5pKdXhy8isOJurIRtisdpRJOJ0sv534yEArFO5hsyZTRPUCPa9kQdXfHr1XrmNkC9yQTSOkAPT3_tl28-OLc/s1600/IMG_8406.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2gbo8LLvCpo5A_0dcRm0izkkkIGlcIfWP0rBHobNZv45QVJtwg95l-hC5pKdXhy8isOJurIRtisdpRJOJ0sv534yEArFO5hsyZTRPUCPa9kQdXfHr1XrmNkC9yQTSOkAPT3_tl28-OLc/s400/IMG_8406.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Si Cuek di Depan <b>Perpustakaan Celcus</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sampai di sini, saya tidak merasa sedang diawasi atau bagaimana. Saya menyapanya dengan ramah seperti biasa saya lakukan dan melambai pamit saat menuju <b>Jalan Marble </b>untuk melanjutkan perjalanan ke situs berikutnya.<br />
<br />
Siang beranjak dan rombongan bus-bus gemuk tak hentinya menumpahkan penumpang di gerbang masuk, membuat jalanan kian sesak dan saya harus mengatur siasat agar mendapatkan foto yang saya inginkan. <b>Perpustakaan Celcus </b>yang monumental dan ikonis tentu saja menjadi sasaran pengunjung untuk mengabadikan fasadnya. Meski bangunan hasil restorasi <b>Austrian Archeological Institute</b> ini baru selesai dilansir tahun 1970 dan hanya memajang replikanya saja, daya tariknya tak kalah dengan <b>The Great Theater</b>. Bahkan, gambar pilar-pilarnya yang jangkung inilah yang kerap menghiasi situs dan brosur pariwisata tentang <b>Efesus</b>.<br />
<br />
Beranjak dari <b>Perpustakaan Celcus</b>, kembali saya 'dihadang' oleh malaikat lucu berbulu belang hitam dan krem. Ekspresinya sungguh cuek. Sombong dan sengak sekali seperti <b>Rangga</b> di film <b>Ada Apa dengan Cinta?</b> saat akan diwawancara sebagai pemenang lomba menulis puisi. Saat saya dekati, dia berbaring manja menikmati terik matahari sembari membuang muka. Sungguh <i>ngeselin</i> sekali.<br />
<br />
Beralih di <b>Jalan Curetes </b>yang dulu disebut-sebut sebagai jalurnya para pendeta, saya merasa 'diintai' oleh seekor makhluk manis berbulu hitam putih di depan <b>Kuil Hadrian</b>. Empat kali langkah saya seperti dicegat oleh makhluk-makhluk manis nan cuek ini. Saya tidak melihat pengunjung lain menaruh perhatian serupa kepada mereka. Dalam diam, pikiran saya tiba-tiba melayang pada dua dongeng yang kerap diceritakan oleh ayah saya sebagai pengantar tidur waktu kecil dulu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaFA-hCNU5hYj41O0iqSM0x0xVGGQJG7IttyueUvg2WzjG3KdVjyOkGFd29yemWOYKCA9tT-AlUD6XzpnX7mjXLi41KWSZXjO4-PLKJ-7sI7-BkYU2ZffrTeDIalH4Lx9PP998hLZbhW0/s1600/DSCF5150.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaFA-hCNU5hYj41O0iqSM0x0xVGGQJG7IttyueUvg2WzjG3KdVjyOkGFd29yemWOYKCA9tT-AlUD6XzpnX7mjXLi41KWSZXjO4-PLKJ-7sI7-BkYU2ZffrTeDIalH4Lx9PP998hLZbhW0/s400/DSCF5150.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Si Manis di <b>Jalan</b> <b>Curetes</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pertama, kisah tentang balapan lari antara kancil dengan siput. Si kancil yang lincah harus menyerah kalah pada siput yang cerdik karena di setiap sudut kancil berlari, selalu sudah ada siput yang merayap di depannya. Saya merasa seperti si kancil. Menganggap diri lincah berpindah tempat ke sana ke mari, namun tetap terintimidasi dengan pengawasan ketat dari malaikat-malaikat mungil nan menggemaskan ini saat melewatinya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Kedua, saya merasa kucing-kucing ini merupakan kucing jelmaan. Legenda selamanya akan hidup dan terus dihidupi oleh masyarakat di sekitar legenda tersebut dipercaya pernah ada.<br />
<br />
Seperti halnya kisah-kisah di tanah <b>Jawa</b>. Banyak situs sejarah bertarikh sepuh menyimpan kisah tentang raja bijaksana di kerajaan yang makmur. Saat raja tersebut mangkat, pengikut setianya akan selalu menjaga petilasan kerajaan tadi agar terawat hingga kini. Namun, wujud dari pengikut setia ini biasanya berubah. Legenda setempat bercerita tentang sosok monyet, ikan, anjing, atau binatang lain yang kerap dipercaya sebagai reinkarnasi dari para pengikut setia Sang Raja.<br />
<br />
Di <b>Efesus</b>, kucing-kucing lucu nan misterius seperti yang saya temui di sepanjang jalan ini dipercaya sebagai pengikut setia <b>Dewi Artemis</b>. Namun, pengikut yang tidak diakui. Syahdan, di masa lalu <b>Efesus</b> mempunyai magnet yang membuatnya menjadi kota besar dan tujuan para peziarah. Hal itu berkat keberadaan <b>Kuil Artemis</b>, salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG6-NPJN_plN6bxFadgGdsQPPgND6NrRhbbtMFqiTHpQFpmwzMZOqtdani0A6DNrtQCKHep4opBiww4URtuBjCLnIv6fpLLPOP0NjuJTJ_DN9cKk8AS9BpWW1VdCd5Rqsdm4mmEihZ2-0/s1600/IMG_8442.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjG6-NPJN_plN6bxFadgGdsQPPgND6NrRhbbtMFqiTHpQFpmwzMZOqtdani0A6DNrtQCKHep4opBiww4URtuBjCLnIv6fpLLPOP0NjuJTJ_DN9cKk8AS9BpWW1VdCd5Rqsdm4mmEihZ2-0/s400/IMG_8442.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: 'Satpam' di Pintu Keluar :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di dalam kuil tersebut, <b>Dewi Artemis</b> dipuja-puji, diagungkan, dianggap mendatangkan keberkahan, kesuburan, dan kemakmuran. <b>Dewi Yunani</b> ini dikenal juga sebagai <b>Dewi Pemburu</b>. Kerap digambarkan sebagai sosok putri cantik bersenjatakan busur dan anak panah. Hewan liar kerap disandingkan dengannya.<br />
<br />
Dari artefak yang tersimpan di <b>Museum Efesus</b>, <b>Selçuk</b>, <b>Dewi Artemis</b> digambarkan sebagai seorang ratu dengan banyak <i>scrota</i> (korban banteng testis). Hewan-hewan yang kerap diidentikkan dengan kegiatan berburu, terukir unik di sekujur perawakannya. Sebut saja singa, macan tutul, kijang, dan anjing.<br />
<br />
Yang membuat saya penasaran, mengapa tidak ada kucing? Bukankah kucing sering diidentikkan juga dengan <b>Artemis</b>. Bahkan, cerita rekaan <b>Sailor Moon </b>pun mengadopsi nama <b>Artemis</b> untuk menamai salah satu karakter kucingnya. Jika, hanya singa, macan tutul, kijang, dan anjing yang menjadi relief di arca <b>Artemis</b>, saya tidak melihat keempatnya berkeliaran di antara puing. Paling tidak, yang sangat mungkin, saya hanya bertemu seekor anjing saja di <b><i>Upper Gate</i></b>. Hanya satu. Itu pun anjingnya sedang tidur. Tak seperti kucing-kucing ini, yang keberadaannya hampir tersebar di setiap sudut. Sungguh misterius.<br />
<br />
Matahari berangsur lingsir ke barat. Saya menyeret langkah menuju pintu keluar. Pengunjung semakin sesak. Titik-titik fotogenik dalam kota tua dijejali dengan turis-turis bersenjatakan tongkat swafoto, berjubel layaknya pasar tumpah. Sesaat sebelum menuju pintu keluar, saya kembali dicegat oleh beberapa ekor kucing berbulu lembut ini. Saya pun tak kuasa untuk tidak berhenti sejenak dan menyapanya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPjOxN-QaFVLH6CL_-m3O33RaAZN0n3OX7l3X73AcTgDROi7RlQFx3hfgeEYbdbz5k9Kn29tqC6NuE7Kqbb3K-Ym7XP_OBxIBAk3sXXGlWQTzItn5uwkpArmEIUzxVfmyMV_akHF0EYTY/s1600/IMG_8444.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPjOxN-QaFVLH6CL_-m3O33RaAZN0n3OX7l3X73AcTgDROi7RlQFx3hfgeEYbdbz5k9Kn29tqC6NuE7Kqbb3K-Ym7XP_OBxIBAk3sXXGlWQTzItn5uwkpArmEIUzxVfmyMV_akHF0EYTY/s400/IMG_8444.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Dua Sejoli: Tetap Sinis kepada Semua Pengunjung :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Semuanya memasang sikap dan ekspresi yang sama: cuek. Bahkan beberapa menampakkan sorot mata sinis yang menyebalkan. Saya menyempatkan untuk membelai tubuhnya dan mengajak mereka ngobrol. Reaksinya tidak berubah banyak: hanya menggeliat seperlunya, membuang muka, dan memasang sorot mata sinis.<br />
<br />
Saya meninggalkan gerbang <b>Efesus</b> dengan sederet pertanyaan menggantung di kepala. Dari manakah kucing-kucing ini berasal? Dilihat dari rasnya, sepertinya bukan khas <b>Turki</b>. Lebih terlihat seperti kucing kampung dari <b>Indonesia</b>. Melihat sorot matanya yang mengantuk di siang hari, apa yang dilakukan oleh kucing-kucing ini saat malam tiba? Sayang sekali tidak ada tur malam di <b>Efesus</b> layaknya uji nyali di <b>Indonesia</b>. Jadi saya tidak punya pengalaman untuk mengetahui penampakan kucing-kucing ini saat malam tiba.<br />
<br />
Mendadak saya teringat sesuatu. Langkah saya tiba-tiba tertahan. Saya baru sadar. Motif bulu kucing-kucing tersebut mengingatkan saya pada kucing-kucing peliharaan nenek. Sama persis. Ingatan yang membuat bulu kuduk saya berdiri dan mendorong kaki saya untuk cepat-cepat meninggalkan kota tua <b>Efesus </b>saat itu juga. <i>Alfatihah</i> untuk almarhumah nenek berikut kucing-kucingnya yang setia. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com39tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-59109152065320010142020-04-11T11:00:00.000+07:002020-05-28T16:40:26.808+07:00Menembus Gerbang Efesus<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAIcTGi-P4kwpxOTSVhRwZR0QDVtPgex-mIjEd3iw4vDk45W1UVSJATmCvWrj9Ix64jzMDZt105ckm5gcPd1DaS8G103KOky9aHcQ_uoq2OQ76JJ3GwWRQq0k99RSEOomlrcBs6uO3POI/s1600/DSCF5091.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAIcTGi-P4kwpxOTSVhRwZR0QDVtPgex-mIjEd3iw4vDk45W1UVSJATmCvWrj9Ix64jzMDZt105ckm5gcPd1DaS8G103KOky9aHcQ_uoq2OQ76JJ3GwWRQq0k99RSEOomlrcBs6uO3POI/s400/DSCF5091.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Panggung untuk menikmati <i><b>Lower Agora</b></i> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pagi berjalan merayap di<b> Selçuk</b>. Suasananya yang tenang dengan hawa sejuk musim semi seperti menuntun siapa saja untuk menikmati momen tanpa diburu ketergesa-gesaan. Toko-toko dan jalanan sepertinya baru benar-benar hidup setelah embun angkat kaki digusah mentari. Saya merasa, mungkin beginilah suasana kota yang cocok untuk melewatkan hari saat pensiun tiba.<br />
<br />
Setelah mandi dan sarapan seadanya, saya istirahat sebentar. Hawa yang sejuk dan suasana yang tenang membuat saya betah berlama-lama duduk di samping jendela kamar hotel, memandang bukit <b>Bulbul</b> yang hijau di kejauhan, sambil sesekali terhibur dengan seliweran burung-burung liar di seantero kota.<br />
<br />
<a name='more'></a>Menjelang tengah hari, saya beranjak menuju <b>Selçuk </b><i>otogar </i>untuk mengunjungi <b>Kota Tua Efesus</b>. Sudah banyak turis independen yang menunggu <i>dolmus </i>(angkot) di sana. Jika dilihat dari <b>Bukit Ayasoluk</b> tempat reruntuhan <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/03/menziarahi-yohanes.html" target="_blank">Basilika Saint John</a> </b>berada, <b>Efesus</b> ini sebenarnya dekat. Naik <i>dolmus</i> pun hanya perlu waktu sekitar sepuluh menit.<br />
<i><br /></i>
<b>Baca juga</b>: <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/03/menziarahi-yohanes.html" target="_blank"><b>Menziarahi Yohanes</b></a><br />
<br />
Namun demi menghemat tenaga, saya memilih naik <i>dolmus</i> saja. Tarifnya ₺3,5 (sekitar 9 ribu rupiah). Para penumpang akan diantar menuju <b><i>Lower Gate</i></b> (Gerbang Bawah). Tempatnya juga tidak terlalu sesak. Maklum, bus besar yang mengangkut anggota tur biasanya akan menumpahkan rombongan turis di <b><i>Upper Gate</i></b> (Gerbang Atas). Saya menebus tiket seharga ₺60 untuk menembusnya.<br />
<br />
Meski rutenya lebih 'menantang', sepertinya saya akan tetap lebih memilih memulainya dari <b><i>Lower Gate</i></b>. Melalui gerbang ini, kita akan disambut dengan jalan setapak berbatu rapi dengan deretan pohon pinus yang berbaris tinggi menjulang. Rasanya seperti diarahkan menuju labirin tersembunyi tempat lokasi nan misterius menanti.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv-FxmjsNCmUg9pQ6Pl2hxjCQr8umcLWVxRAJYKDTLqW4UvH5IaBp_2MKudEaaqBJVyMv9FaMPsnGeUtuNRM9Y9wImb0I7MI0gQov9VKfCfjFsdGEsEBWTTejnSdasV-c3PCoqb8pr4EY/s1600/DSCF5061.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv-FxmjsNCmUg9pQ6Pl2hxjCQr8umcLWVxRAJYKDTLqW4UvH5IaBp_2MKudEaaqBJVyMv9FaMPsnGeUtuNRM9Y9wImb0I7MI0gQov9VKfCfjFsdGEsEBWTTejnSdasV-c3PCoqb8pr4EY/s400/DSCF5061.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Jalan Masuk melalui <b>Lower Gate</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di ujung jalan, hati saya berdesir. Pandangan saya terperangah menatap sesuatu yang ada di depan mata. Reruntuhan bongkahan batu berserakan di mana-mana. Pilar-pilar tinggi berdiri mematung seperti menyangga angkasa. Fasadnya sungguh gigantis hingga sanggup mengundang decak kagum.<br />
<br />
Awalnya, <b>Efesus</b> merupakan kota tua <b>Yunani</b>. Kota ini menjadi salah satu dari dua belas kota anggota <b>Liga Ionia</b> di masa <b>Yunani</b> <b>Klasik</b>. Setelah dikuasai <b>Romawi</b>, <b>Efesus </b>berkembang dan dijejali sekitar 250.000 jiwa hingga menjadikannya sebagai kota terbesar kedua di dunia setelah <b>Roma</b>.<br />
<br />
Mungkin, pada zaman itu, orang tertarik untuk berkunjung dan menetap di <b>Efesus </b>karena keberadaan <b>Kuil Artemis</b>. Kuil ini selesai dibangun sekitar tahun 550 SM dan dinobatkan sebagai salah satu dalam daftar elit dari tujuh keajaiban dunia kuno. Saya membayangkan kuil tersebut megahnya seperti gereja <b>Vatikan</b>. Tapi ternyata, keberadaannya hanya tinggal sebuah pilar menjulang di tanah lapang dengan bongkahan batu marmer terserak tak beraturan.<br />
<br />
Beruntung, kala itu <b>Kaisar Konstantin I</b> mengambil langkah konstruktif dengan membangun kembali hampir seluruh kota dan mendirikan tempat-tempat mandi untuk umum yang baru. Meski sempat digunjang gempa dan beberapa kali direkonstruksi hingga zaman milenial saat ini, reruntuhan <b>Kota Tua Efeses</b> masih sanggup menyuguhkan aura kemegahan dari masa silam. Ke situlah saya mulai menyusuri bagian-bagian kotanya secara perlahan dengan berjalan kaki. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYB7Sr4Su6y7BM1OLJ_T4Cr0ySvx6AtvZKJhNLnTxipS0h_ppZraYZ6lt9lFORqQsXQ7XP0NwMeobCdbz5jXCsi9285hqBRSdZdsweFHOccVFjcZeu45SMYLDJDftKyyiHcfVr_m4nzRo/s1600/DSCF5080.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYB7Sr4Su6y7BM1OLJ_T4Cr0ySvx6AtvZKJhNLnTxipS0h_ppZraYZ6lt9lFORqQsXQ7XP0NwMeobCdbz5jXCsi9285hqBRSdZdsweFHOccVFjcZeu45SMYLDJDftKyyiHcfVr_m4nzRo/s400/DSCF5080.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Great Theater</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebagai bagian termegah dan sangat mencuri perhatian, saya langsung mampir menuju <b>Great Theater</b>. Berhubung masih pagi dan belum banyak pengunjung, saya segera menuju ke puncak tertinggi deretan tempat duduk untuk menikmati kemegahan teater ini dari ketinggian. Dibangun pada abad ke-3 SM dengan bersandar pada bukit <b>Panayir</b>, <b>Great Theater </b>sanggup menampung hingga 25.000 penonton. Teater terbesar di seantero <b>Anatolia</b> ini dibangun pada periode <b>Helenistik</b> atas prakarsa <b>Lysimachos. </b>Dahulu, bangunan ini kerap digunakan untuk menggelar pertunjukan musik dan drama, diskusi agama, politik, dan filosofi, serta pertarungan gladiator.<br />
<br />
Dari posisi berdiri di ketinggian 18 meter ini, selain leluasa menyaksikan seluruh penjuru teater, saya bisa memandang dengan jelas jalan <b>Harbor </b>yang lurus menuju pelabuhan. Jadi, posisi ini juga sekaligas sebagai menara pengawas kalau tiba-tiba ada kapal, tamu, atau bahkan musuh yang datang.<br />
<br />
Meski <b>Efesus</b> termasyur sebagai kota <b>Romawi</b>, tapi bangunan teater ini masih memegang teguh pakem bangunan <b>Yunani</b>. Ciri khasnya, bangunan teater <b>Yunani </b>selalu bersandar pada bukit. Sedangkan bangunan teater <b>Romawi</b> fasadnya seperti <b>Coloseum Roma</b>, konstruksi yang diadopsi oleh semua stadion modern masa kini.<br />
<br />
<b>Great Theater Efesus</b> diatur sedemikian rupa dengan perhitungan presisi sehingga suara bisa menggema dan bisa terdengar hingga kursi paling belakang. Bayangkan zaman dahulu belum ada teknologi <i>sound system</i>, namun dengan desain bangunan seperti ini, suara orang yang ada di panggung akan terdengar jelas ke seluruh penjuru teater.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9zUmYCYTasR20wBYKoXF6c3ysqnhzuqQ1Q7pL0nTWb5tE26BOAxFqoiK0y3c5o3uzRXYetm9susagBG3vpDYoxFoQSluulr2tGB0lxYf12jbNirUmXkUPLqzI_iIXbREbXQIQb6G28go/s1600/DSCF5096.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh9zUmYCYTasR20wBYKoXF6c3ysqnhzuqQ1Q7pL0nTWb5tE26BOAxFqoiK0y3c5o3uzRXYetm9susagBG3vpDYoxFoQSluulr2tGB0lxYf12jbNirUmXkUPLqzI_iIXbREbXQIQb6G28go/s400/DSCF5096.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Perpustakaan Celcus</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski berudara sejuk, ternyata matahari lumayan menyengat pagi itu. Saya berjalan melalui <b>Jalan Marble</b> menuju <b>Perpustakaan Celcus</b>. Konon pada saat agama <b>Kristiani</b> berkembang di wilayah <b>Selçuk</b>, jalan ini kerap dipersamakan dengan <b>Jalan Dolorosa</b> di <b>Yerusalem</b>, tempat <b>Yesus</b> menggeret kayu salib karena dianggap 'sakral'. Bahkan, saya baru tahu bahwa kata <b>Efesus</b> sendiri termaktub dalam <b>Injil Perjanjian Baru</b>.<br />
<br />
Yang membuat kaget, di antara kerumunan pengunjung <b>Efesus</b>, tiba-tiba saya mendengar suara, "<i>Diamo </i><i>disik ta lah</i>, nanti tak ambilkan<i> gambare</i>, biar bagus <i>tur instagramable ngono lho</i>." Ternyata rombongan tur turis <b>Indonesia</b> yang isinya <i>cicik-cicik</i> dari <b>Malang</b> dan <b>Surabaya</b>. Saya menyapanya sebentar dan mulai menjelajah perpustakan ini.<br />
<br />
Beruntung, saat saya datang, lokasinya sedang sepi. Saya harus berkali-kali melafalkan <i>alhamdulillah</i> karena sebagai tempat yang paling sering <i>nampang</i> di selebaran dan situs promosi tentang wisata <b>Efesus</b>, perpustakaan ini mendadak sepi saat saya datang. Tidak berjubel seperti biasanya. Saya jadi leluasa mengambil gambar tanpa ada gangguan berarti.<br />
<br />
<b>Perpustakan Celcus</b> ini merupakan bangunan favorit saya di seantero kompleks <b>Efesus</b>. Bukan hanya karena fasadnya yang mengingatkan saya pada kota tua <b>Petra</b> di <b>Yordania</b>, tapi juga karena pilar-pilarnya yang jangkung seolah mengirimkan pesan untuk merawat dan memegang teguh ilmu pengetahuan. Saya membayangkan, di masa lampau bangunan ini dipenuhi dengan ribuan perkamen yang menyimpan informasi dan ilmu pengetahuan. Dengan jumlah koleksi mencapai 12.000 gulungan perkamen, perpustakaan ini disebut-sebut sebagai perpustakaan terbesar ketiga setelah <b>Alexandria</b> dan <b>Pergamum</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVXNWKnXjsvvZBaTzClT8ZP7MkK74ez7ViEqAmAkZadl2iS8v_w8sCQskyHssox0eBbueZy8OWtC2816h14q6Z3ghvtnCu8wBIFtEDrFl3MFez-aS2WlOabp6Vy-v38xYe8_N9Cr-ADWU/s1600/DSCF5143.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVXNWKnXjsvvZBaTzClT8ZP7MkK74ez7ViEqAmAkZadl2iS8v_w8sCQskyHssox0eBbueZy8OWtC2816h14q6Z3ghvtnCu8wBIFtEDrFl3MFez-aS2WlOabp6Vy-v38xYe8_N9Cr-ADWU/s400/DSCF5143.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Temple of Hadrian </b>:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Perpustakaan ini dibangun tahun 117 M sebagai bentuk penghormatan kepada <b>Gaius Julius Celcus Polemaeanus</b>. Makamnya ada di bawah pintu masuk utama. Empat patung dewi-dewi Yunani menghiasi dinding depan sebagai perlambang yaitu <b>Sophia</b> yang melambangkan kebajikan, <b>Episteme</b> yang melambangkan pengetahuan, <b>Ennoia</b> yang melambangkan kecerdasan, dan <b>Arete</b> yang melambangkan keberanian.<br />
<br />
Meski terlihat uzur dan sanggup melawan zaman, sejatinya bangunan <b>Perpustakan Celcus</b> ini merupakan hasil rekonstruksi yang dilakukan oleh <b>Austrian Archeological Institute </b>pada tahun 1970. Terbilang muda untuk ukuran situs peninggalan <b>Romawi</b> yang sudah eksis berbilang abad. Keempat patung yang menghiasi dinding itu merupakan replika. Patung aslinya diboyong ke <b>Wina</b>, <b>Austria</b> dan disimpan di dalam <b>Museum Ephesus </b>sejak tahun 1910.<br />
<br />
Beranjak pada <i>etape</i> terakhir jalur wisata <b>Efesus</b> ini, saya melangkah menuju <b>Jalan Curetes</b>. Bagi saya, jalan ini sungguh kaya dengan situs uzur yang menarik untuk disinggahi satu persatu. Meski jalurnya menanjak, saya sampai rela bolak-balik agar tidak terlewat satu sudut pun. Konon, sesuai namanya, jalan ini merupakan jalur suci untuk pendeta. Makanya di kanan kirinya dirimbuni dengan bangunan kuil untuk pemujaan.<br />
<br />
Bangunan-bangunan tersebut antara lain <b>Kuil Hadrian </b>(gerbangnya dihias kepala <b>Medusa</b>, tokoh dalam legenda <b>Yunani</b> berwujud wanita berambut ular dengan tatapan yang sanggup membuat orang menjadi batu), <b>Prytaneion </b>(kuil untuk menghormati <b>Dewi Hestia</b>, saudara perempuan <b>Zeus</b> dan <b>Hera</b>), <b>Kuil Domitian</b>, <b>Yamaç Evleri</b> (rumah bangsawan di sisi bukit), dan <b>Odeion </b>(teater yang lebih kecil, dibangun oleh <b>Publius Vedius Antonius</b> dan istrinya yaitu <b>Flavia Papiana</b>, berfungsi untuk tempat konser serta sidang senat).<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMVmlpsB2lJzFRBjvjEY_Kpb6q_-dt3BRikgtCAMGxFf82iGGG69rzq9upu0jCKu3W_AXCZQobu3rYbtCamqjB6JCf1fdxNYK9w8h15yJ-WOmqKjYsoiK0yaeVQWNbdiKK5OQ2z1BTnqA/s1600/DSCF5202.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMVmlpsB2lJzFRBjvjEY_Kpb6q_-dt3BRikgtCAMGxFf82iGGG69rzq9upu0jCKu3W_AXCZQobu3rYbtCamqjB6JCf1fdxNYK9w8h15yJ-WOmqKjYsoiK0yaeVQWNbdiKK5OQ2z1BTnqA/s400/DSCF5202.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Artefak <b>Dewi Nike</b> atau <b>Dewi Kemenangan</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Yang paling menarik adalah keberadaan <b>Latriana</b>. Bangunan ini sejatinya merupakan toilet umum di masa lampau. Jika menonton serial seperti <b>Spartacus</b> dan sejenisnya, kerap digambarkan masyarakat <b>Yunani</b> di masa lampau mandi di toilet umum tanpa merasa risih ya memang adanya begitu. Karena toiletnya memang tanpa partisi dan bisa jadi campur antara laki-laki dan perempuan.<br />
<br />
Saat menyusuri <b>Jalan Curetes</b> ini, saya mendapati sebuah artefak yang dipercaya sebagai representasi <b>Dewi Nike</b> atau <b>Dewi Kemenangan</b>. Patungnya bisa dikatakan tidak presisi dan memang seperti itu bentuknya di mana-mana. Seperti bersandar pada palang batu lain agar bisa terlihat seimbang dan tegak lurus.<br />
<br />
Sebuah jenama peralatan olahraga mengadopsi nama <b>Dewi Yunani</b> ini dan menerjemahkannya ke dalam logo yang menyerupai tongkat golf miring. Saya akhirnya mengenali muasal nama dan logo tersebut dari kota tua <b>Efesus </b>ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7AGRQAH-7akxH9FLeJGDP15D3baUeYwpLd7ciqoEeSUasMAwG8RY1p4dvaw2wUGL5rNREDGUFZ7D2X8D7bFN9WIRVXtPHe9PPQj07JJWEv_prxOPp_tk7UL8Gm8YXBWTu4QCoj-KeC04/s1600/DSCF5205.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7AGRQAH-7akxH9FLeJGDP15D3baUeYwpLd7ciqoEeSUasMAwG8RY1p4dvaw2wUGL5rNREDGUFZ7D2X8D7bFN9WIRVXtPHe9PPQj07JJWEv_prxOPp_tk7UL8Gm8YXBWTu4QCoj-KeC04/s400/DSCF5205.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: 12.8px;">.: <b>Monumen </b></span><b>Memmius</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya duduk sejenak di undak-undakan <b>Odeion</b>. Ternyata, <b>Kota Tua Efesus</b> ini luas sekali. Menjelajahinya dari ujung ke ujung tentu memerlukan stamina dan sedikit rasa keingintahuan akan kemegahan masa lalu agar tidak merasa bosan. Sebagai orang <b>Indonesia</b> yang mengagumi <b>Borobudur</b>, <b>Prambanan</b>, dan candi-candi lainnya, saya sudah tidak terlalu takjub tentang bagaimana orang zaman dulu sanggup mengangkut batu-batu gigantik dan menyusunnya menjadi sebuah kota saat melihat <b>Efesus</b>.<br />
<br />
Yang saya takjub justru bagaimana kegigihan pemerintah dan orang-orang di sini yang tetap semangat untuk merekonstruksi sesuatu yang sudah hancur lebur menjadi bentuk minimalis yang bisa dinikmati untuk mengabadikan kejayaan masa lalu. Siang semakin terik. Saya mendaki <b>Odeion</b>. Di kejauhan, tempat <b><i>Upper Gate </i></b>berada, puluhan bus sedang riuh menumpahkan penumpangnya yang siap menyerbu <b>Efesus</b> dengan tongkat-tongkat swafoto dan gurauan berisik yang mengusik keheningan.<br />
<br />
Saya buru-buru turun dari undakan batu dan sebisa mungkin berjalan cepat menuju <b>Jalan Curetes </b>untuk menghindari kerumunan dan mengakhiri tur ini. Keputusan ceroboh untuk mengingkari suasana <b>Selçuk </b>yang kalem dan bersahaja, yang seyogyanya dinikmati dengan santai dan tidak buru-buru. Saat keluar gerbang di <i><b>Lower Gate</b></i>, saya menyadari bahwa kartu <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/02/menjejak-konya-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank">Konya</a></b> yang sedianya saya koleksi, telah raib dari saku celana. Barang yang tidak terlalu bernilai sih, tapi kehilangannya, seperti mengisyaratkan untuk belajar merelakan dan menghidupi kenangan akan kunjungan menembus keping waktu menyelami <b>Kota Tua Efesus</b>. []<br />
<br />
<b>Baca juga</b>: <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/02/menjejak-konya-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank"><b>Menjejak Konya dalam Sekejap Mata</b></a>Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com37tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-9642703986096794252020-03-29T16:39:00.000+07:002020-04-12T21:58:10.123+07:00Isa Bey dalam Pusaran Reinkarnasi<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCsyAqGsNGYJYkhQNsNO-1Tk1WrZVFLd9xYkMLCqw766oCxYDg0WbaeSJdVADwc8NHqJaWSjg3TI8NyU_vE9oRa_9ICGDzPVy-6qcVTWBRQ0RgFINiEpY_rSG7w00Ab6b8pVMprmdbEYs/s1600/DSCF5053.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCsyAqGsNGYJYkhQNsNO-1Tk1WrZVFLd9xYkMLCqw766oCxYDg0WbaeSJdVADwc8NHqJaWSjg3TI8NyU_vE9oRa_9ICGDzPVy-6qcVTWBRQ0RgFINiEpY_rSG7w00Ab6b8pVMprmdbEYs/s400/DSCF5053.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Ahlan wa sahlan</i>, Isa Bey :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Sesaat setelah keluar dari gerbang reruntuhan <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/03/menziarahi-yohanes.html" target="_blank">Saint John Basilica</a></b>, saya berjalan kembali ke arah <b>Selçük </b><i>otogar. </i>Niat hati ingin mampir ke bank lokal untuk menukar uang lira dan membeli roti simit (roti khas Turki) untuk sarapan. Maklum, persediaan lira saya menipis. Saya sengaja hanya membawa dolar saja. Saya tukar di bank lokal supaya mendapat nilai tukar yang lumayan daripada di <i>money changer</i>.<br />
<br />
Namun sebelum berjalan terlalu jauh, saya membaca papan penunjuk jalan. Di gang yang saya lalui, menurut informasi tersebut, ada dua situs bersejarah. Satunya berupa gereja, satu lagi berupa masjid. Saya pikir satunya lagi berupa kastil yang baru saja saya datangi. Saya menerka dalam hati, mungkin bangunan seperti bongkahan kubus yang saya lihat dari ketinggian kastil tadi masjidnya. Saya pun bertanya ke seorang penjual cenderamata tentang keberadaan mesjid tadi.<br />
<br />
<a name='more'></a>"<i>Just go on. </i><b>Isa Bey</b><i> is in the right side. Not far</i>," jawabnya.<br />
<br />
Saya menyusuri jalanan berdebu ini seorang diri. Mungkin karena lokasinya agak masuk ke dalam, jadi belum banyak lalu lalang kendaraan selain satu-dua mobil orang lokal yang tinggal di dekat situ. Kontur jalannya menurun. Jadi, saya yang masih menggendong tas ransel cukup terbantu dengan ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaYtuuas_rmdR8RecI0TK0Ag7Qw3UiSpsAGmuYwJMEwwIOCFbJLXbhmW8npzD5Nmw2yOCUETVmPIoo09Ox6lKw9T8rS7PfL1UuiXLnJWHiiB5LemXcWJrpBsVLFL5FCjur-4hDz9bgw1c/s1600/DSCF5032.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaYtuuas_rmdR8RecI0TK0Ag7Qw3UiSpsAGmuYwJMEwwIOCFbJLXbhmW8npzD5Nmw2yOCUETVmPIoo09Ox6lKw9T8rS7PfL1UuiXLnJWHiiB5LemXcWJrpBsVLFL5FCjur-4hDz9bgw1c/s400/DSCF5032.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Seperti Sebuah Kubus yang 'Ditanam' :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah jalan kaki lima menit dari tukang cenderamata, saya sampai di sebuah bangunan serupa kubus yang seperti melesak ke dalam tanah. Dindingnya mengingatkan saya pada <b>Tembok Ratapan</b> di <b>Yerusalem</b>.<b> </b>Tidak ada pagar pembatas yang memisahkan bangunan dengan jalan. Beberapa bagian jalan dibuat lebih luas. Mungkin untuk mengakomodasi tempat parkir bus-bus wisata.<br />
<br />
Tapi pagi itu, <b>Isa Bey</b> masih sepi. Hanya ada pedagang cenderamata yang sedang duduk-duduk menikmati <i>çay</i> (teh) paginya. Matahari sudah merekah. Langit begitu cerah. Namun begitu, suhu sejuk di <b>Selçük </b>membuat saya tidak banyak berkeringat meski dibebat dengan baju tebal dan syal.<br />
<br />
Untuk menuju bagian dalam masjid, pengunjung harus mendaki anak tangga menuju semacam gerbang utama. Saya pikir harus lepas sepatu dulu. Begitu saya lihat ada orang yang baru saja keluar dari masjid dengan sepatu lengkap, saya pun memberanikan diri untuk masuk tanpa melepas alas kaki.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo0HipjftXq-obWTJOD42J2y-vv1zSzwd9CL1avTtnT01u4cXjEgGZlr52sNGEsbVTS3_xZ6ysDmz4BQmXt3uMulxPXrhcCSSdtS0DMaUtf9e3I0ucyyFtng1sgQmSA0EYHYL4AtaoiiQ/s1600/DSCF5035.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo0HipjftXq-obWTJOD42J2y-vv1zSzwd9CL1avTtnT01u4cXjEgGZlr52sNGEsbVTS3_xZ6ysDmz4BQmXt3uMulxPXrhcCSSdtS0DMaUtf9e3I0ucyyFtng1sgQmSA0EYHYL4AtaoiiQ/s400/DSCF5035.JPG" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Penduduk Setempat sedang Menikmati <span style="font-size: small;"><i>çay </i>(teh)</span><span style="font-size: 12.8px;"> :.</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ternyata begitu masuk pintu gerbang tadi, saya tidak serta merta masuk bangunan utama masjid, tapi ke sebuah halaman. Jadi, pintu gerbang tadi seolah menjadi pagar sekaligus dinding pelindung untuk bagian utama masjid.<br />
<br />
Di bagian dalam masjid juga sepi. Mungkin karena masih pagi, belum ada peziarah yang berkunjung. Hanya ada ada beberapa tukang yang sedang mengerjakan perbaikan menara.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Masjid <b>Isa Bey</b> ini dibangun tahun 1374 atas perintah <b>Emir of Aydin </b>dan disebut-sebut sebagai masjid tertua di seantero <b>Turki</b>. Arsiteknya berasal dari <b>Suriah</b> bernama <b>Ali bin al Mushimish-Damishki</b>. Yang menarik, sebagian bahan bangunan masjid ini berasal dari reruntuhan kota tua <b>Ephesus</b>, <b>Kuil Arthemis</b>, dan <b>Saint John Basilica</b>. Jadi, balok-balok batu ini seolah hanya berubah formasi saja, bereinkarnasi membentuk konstruksi baru sesuai dengan zamannya, dari dinding sebuah kuil, menjadi gereja, dan kemudian menjadi masjid ini.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKLx7IY-biGMarR8jTal7Yo3SMQeLWjqx498JFWas24_pCDcvMmoPYji8cZZBSNVbS03U9nTkadg_Eg2pNilDq8THTQ9iquCS3MXdUZxfdYuDjtA7J6iuF9PggWjLn4G0LF_cCnTcgCVM/s1600/DSCF5036.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKLx7IY-biGMarR8jTal7Yo3SMQeLWjqx498JFWas24_pCDcvMmoPYji8cZZBSNVbS03U9nTkadg_Eg2pNilDq8THTQ9iquCS3MXdUZxfdYuDjtA7J6iuF9PggWjLn4G0LF_cCnTcgCVM/s400/DSCF5036.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Gerbang Masuk Bagian Luar :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya masuk ke dalam bagian utama masjid. Untuk ukuran masjid tertua, interiornya terkesan sederhana. Ada dua kubah dengan ukuran berbeda yang menjadi tudung bagian atap. Lingkaranya berwarna pirus dan biru yang menunjukkan karakteristik gaya <b>Ottoman</b>. Atapnya sendiri sengaja dibuat miring di kedua sisi, mengadopsi model atap <b>Kuil Arthemis</b>.<br />
<br />
Dahulu, masjid <b>Isa Bey</b> memiliki dua minaret. Dua gempa dahsyat yang terjadi tahun 1653 dan 1668 membuat minaret tersebut runtuh. Salah satu rusak total dan satunya lagi masih dipertahankan hingga sekarang. Tahun 1975, masjid ini juga pernah direstorasi sehingga dapat digunakan seperti sedia kala. Tapi karena memang karena usia, saat ini, satu minaret yang tersisa sedang diperbaiki kembali untuk membuatnya menjadi semakin kokoh.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNUEYKxhydyIp3sp5T8Pv6ZVZ4fSyjRqp6wO6JlKl9JlzNib46X0lt-jRMsgK0bj2O9zku6fS-lv3Tgc3cOUqHBI39KcXVZx9z24j3Xwgt4FCtMu_1qPvfYlJMevcrwsjnOT01rMXXix0/s1600/DSCF5044.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNUEYKxhydyIp3sp5T8Pv6ZVZ4fSyjRqp6wO6JlKl9JlzNib46X0lt-jRMsgK0bj2O9zku6fS-lv3Tgc3cOUqHBI39KcXVZx9z24j3Xwgt4FCtMu_1qPvfYlJMevcrwsjnOT01rMXXix0/s400/DSCF5044.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bagian Dalam <b>Isa Bey</b>. Tampak Sederhana Sekali :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya sebenarnya ingin salat dhuha sejenak di masjid ini. Tapi, seperti yang saya pernah tulis di postingan tentang <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/02/menjejak-konya-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank">perjalanan di <b>Kota</b> <b>Konya</b></a>, masjid di Turki ini kurang 'ramah' untuk pengunjung dari luar. Maksudnya, tidak ada kamar mandi atau minimal toilet untuk bebersih. Mungkin karena memang ditujukan bagi penduduk lokal yang sudah berwudhu atau bebersih dari rumah. Dan salah satunya karena hal itu, saya pun mengurungkan niat dan menggantinya nanti saat sudah di penginapan.<br />
<br />
Saya pun beranjak keluar dari ruangan utama masjid. Jika dilihat dari luar, masjid ini sebenarnya lumayan megah, tapi ternyata tempat salatnya hanya setengahnya saja. Setengahnya lagi berupa taman. Sebagai episentrum, sebuah pancuran untuk tempat wudhu dibangun. Namun tetap saja, saya tidak menemukan adanya toilet. Entah ke mana orang-orang ini kalau akan berkemih?<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNcY3BXLAxPLBAb2l7G7-tHZ1nmnHHpooNi9ix_Y0xSEF1dc2yrHmFWjNZutEc49zgn-levEdokibb9faSpOOGUCB9bTBzbGNp8NVyPUNNWXLxHgGwPjs5P9XEMV8HcVZIU0wXWiJnr_U/s1600/DSCF5050.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNcY3BXLAxPLBAb2l7G7-tHZ1nmnHHpooNi9ix_Y0xSEF1dc2yrHmFWjNZutEc49zgn-levEdokibb9faSpOOGUCB9bTBzbGNp8NVyPUNNWXLxHgGwPjs5P9XEMV8HcVZIU0wXWiJnr_U/s400/DSCF5050.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kumpulan Nisan yang Menjadi Artefak :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Karena tidak terlalu luas, saya dengan mudah menjangkau seluruh sudut masjid. Di bagian kanan pintu keluar tempat salat, tampak sebuah 'beranda' yang lantainya dilapisi marmer. Di dindingnya bersandar berderet-deret sebuah prasasti semacam batu nisan dari zaman dulu.<br />
<br />
Bentuknya mengingatkan saya pada nisan-nisan kuno penguasa kerajaan <b>Samudra Pasai</b> di <b>Aceh</b> dan nisan pada kerajaan-kerajaan <b>Melayu</b> di <b>Sumatra</b>. Mungkin, model tersebut dipengaruhi oleh gaya nisan-nisan dari <b>Persia</b> saat terjadi penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para pedagang dahulu kala.<br />
<br />
Di sudut lain di sekeliling taman tampak bekas-bekas pilar bangunan kuil atau gereja ditempatkan sebagai penghias. Mungkin karena masih ada bagian yang sedang direstorasi jadinya keindahan masjid ini belum keluar auranya secara sempurna. Bahkan, suara bor kayu atau semacam mesin pemotong besi yang berdengung membuat keheningan suasana masjid menjadi agak terusik.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4zK6ZJjR-YvGUyJCLEUJcM2POoHdB71iMrB8a3Te-JcQUpK-QKjKcb3KDB33C_jSOhROUYBDPXuddbUASEHyfKGgjWmTEIrPi5ZivzNb3DwR8jez3_XmuYugmC5fB5YakWumfy1-VKBw/s1600/DSCF5047.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4zK6ZJjR-YvGUyJCLEUJcM2POoHdB71iMrB8a3Te-JcQUpK-QKjKcb3KDB33C_jSOhROUYBDPXuddbUASEHyfKGgjWmTEIrPi5ZivzNb3DwR8jez3_XmuYugmC5fB5YakWumfy1-VKBw/s400/DSCF5047.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Taman Bagian Dalam Masjid :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Melihat saya mondar-mandir seorang diri, salah seorang tukang dengan ramah menghampiri saya, menanyakan apakah saya perlu bantuan, dan bersedia membantu jika diminta untuk mengambilkan gambar. Tentu saja tawaran tersebut saya sambut dengan senang hati. Meski tidak banyak latar menarik untuk berfoto, saya pun meminta satu-dua kali jepretan saja sebagai kenang-kenangan.<br />
<br />
Setelah mengucapkan terima kasih, saya pun pamit untuk keluar dari masjid. Saat melangkah dari gerbang utama masjid, saya merasa pagi di <b>Selçük </b>sepertinya merayap laksana kura-kura. Meski kelihatannya sudah lama untuk keliling gereja, kastil, dan masjid, waktu seperti berhenti sejenak untuk beranjak. Tak mau kehilangan banyak kesempatan, saya pun segera melangkah kembali ke kota, memesan penginapan, dan segera mandi. Suatu hal yang sepertinya agak susah untuk dilakukan di masjid seantero <b>Turki</b>. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com39tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-70379085612309245882020-03-07T14:37:00.000+07:002020-04-05T16:09:30.615+07:00Menziarahi Yohanes<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqMk5POnSyFeRE2a4-HXtk-XN1Dso9ExCMjkxw8wZ_i25IeboE4asKZ5tjnDi8vweTO8v7fOsODWSoHZpperAMorw1HIhc6cuM1vFIAe7fwhZmOl815RcOyToKewJR2kKDtEqGt_5nPKs/s1600/DSCF4934.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqMk5POnSyFeRE2a4-HXtk-XN1Dso9ExCMjkxw8wZ_i25IeboE4asKZ5tjnDi8vweTO8v7fOsODWSoHZpperAMorw1HIhc6cuM1vFIAe7fwhZmOl815RcOyToKewJR2kKDtEqGt_5nPKs/s400/DSCF4934.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Selamat Datang di Reruntuhan <b>Gereja St. John</b> 🍁 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Langit masih gelap saat bus yang saya tumpangi berhenti di <b>Izmir</b> <i>Otogar</i>. Saya terbangun dengan geragapan. Maklum, saya hanya sempat memajamkan mata sejenak. Angin dingin menembus kulit saya yang sudah dibebat tiga lapis kain. Benar-benar membuat gigil.<br />
<br />
Saya pun langsung menuju bagian informasi, menanyakan apakah operator bus ini menyediakan <i>suttle</i> gratis menuju <b>Selcuk</b>, tujuan saya berikutnya. Jawabannya nihil. Saya hanya dijawab dengan kalimat singkat sambil ditunjukkan arah menuju terminal utama.<br />
<br />
<i>"Servis otobűsű yok. Orada</i>", katanya.<br />
<br />
<a name='more'></a>Dibekap suhu 6⁰C, saya melangkah gontai menuju terminal utama untuk mencari angkutan menuju <b>Selcuk</b>. Setelah bertanya ke bagian informasi terminal, saya diantarkan ke sebuah peron tempat menunggu <i>dolmus</i> (semacam angkot di <b>Turki</b>) jurusan <b>Selcuk</b>. Berhubung masih gelap dan adzan Subuh juga belum berkumandang, saya harus rela menunggu selama 45 menit sampai <i>dolmus</i> pertama jurusan <b>Selcuk</b> beroperasi. <br />
<br />
Hanya ada dua penumpang saja dari terminal. Saya dan seorang bapak paruh baya. Sepertinya penduduk lokal. <i>Dolmus</i> berangkat dalam tenang. Meski begitu, saya tidak serta merta bisa melanjutkan tidur. Padahal mata seperti diganduli barbel.<br />
<br />
Sebenarnya, <b>Selcuk</b> bisa ditempuh selama 45 menit saja dari <b>Izmir</b> <i>Otogar. </i>Namun, seperti halnya angkot di kita yang doyan ngetem, <i>dolmus</i> pun juga akan berhenti di beberapa titik untuk mengangkut penumpang. Kebanyakan penumpangnya merupakan komuter yang bekerja pergi-pulang <b>Izmir</b>-<b>Selcuk</b>. Jadi, di dalam <i>dolmus</i> yang kecil itu, saya bagaikan gembel dekil di antara penumpang yang rapi jali. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgohMKkCHWgQVfgmOkLwT_OH0YSjJ7_TTiI4CjGDa5esd5EjGO6siewUjdNq41Kk8nKrZoG9FR0_9-izhlLUVjsY-FMafn42HWPjP55NIMZcuROLpdLeDC-RokSwY9OoNapMpLb98wFnlU/s1600/DSCF4954.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgohMKkCHWgQVfgmOkLwT_OH0YSjJ7_TTiI4CjGDa5esd5EjGO6siewUjdNq41Kk8nKrZoG9FR0_9-izhlLUVjsY-FMafn42HWPjP55NIMZcuROLpdLeDC-RokSwY9OoNapMpLb98wFnlU/s400/DSCF4954.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Reruntuhan gereja dengan latar <b>Benteng Ayasoluk</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat <i>dolmus</i> memasuki wilayah <b>Selcuk</b>, hal pertama yang mencuri perhatian saya adalah sebuah benteng yang berdiri kokoh di atas bukit. Posisinya ada di sebelah kiri jalan. Saya bisa melihatnya dengan jelas. Fasadnya persis seperti benteng-benteng tua dalam kisah <b>King Arthur</b>. Dalam hati saya berpikir, saya harus mampir ke benteng itu nanti. Tak tahunya, <b>Selcuk</b> <i>Otogar</i> memang tak jauh dari situ.<br />
<br />
Berhubung masih pagi dan saya pikir terlalu dini untuk bisa <i>check in</i> ke penginapan, saya pun jalan kaki menuju ke arah benteng. Matahari sudah merekah dan jalanan mulai ramai dengan lalu lalang kendaraan. Saya menjadi pengunjung pertama kompleks reruntuhan benteng ini. <br />
<br />
Maksud hati mengunjungi benteng, ternyata reruntuhan ini dulunya merupakan sebuah kompleks gereja. Gerbangnya megah sekali, persis seperti gerbang kompleks perumahan di sekitaran <b>Jakarta</b> yang mengadopsi arsitektur <b>Romawi</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEWiqJgNOqy9VBENB83n_kRJKHoVExskDGaYXzu8xPr_McYQdSc1nul0HRNcWQMfTVWdHxm89sloawMMEHgo1VTnbj6ofJccbPcn03kpyD8Hj1J_flDORYQqhCvgLfA2TaftqxM7vHFaE/s1600/DSCF4938.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEWiqJgNOqy9VBENB83n_kRJKHoVExskDGaYXzu8xPr_McYQdSc1nul0HRNcWQMfTVWdHxm89sloawMMEHgo1VTnbj6ofJccbPcn03kpyD8Hj1J_flDORYQqhCvgLfA2TaftqxM7vHFaE/s400/DSCF4938.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pilar-Pilar Gereja St. John 🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pada abad ke-5 Masehi, Kaisar <b>Justinan</b> yang berkuasa saat itu, selain membangun <b>Hagia Sophia</b> di <b>Istanbul</b> juga memerintahkan untuk membangun <b>Saint John Basilika</b> di <b>Selcuk</b>. Lokasi ini konon dipercaya sebagai tempat <b>John The Apostole</b> (<b>Rasul Yohanes</b>), salah satu dari 12 rasul <b>Yesus</b> disemayamkan. Sang Kaisar menggagas pembangunan gereja ini sebagai bentuk penghormatan kepada sosok <b>Yohanes</b> yang dianggap suci dalam ajaran Kristiani.<br />
<br />
Kisah yang dipercaya, <b>Rasul Yohanes</b> datang dua kali ke <b>Efesus</b> (nama wilayah <b>Selcuk</b> kala itu). Pertama di tahun 37-48 Masehi yaitu saat mengantar <b>Bunda Maria</b> selepas <b>Yesus</b> wafat. Yang kedua di tahun 95 Masehi yaitu saat <b>Sang Rasul</b> merasa sudah saatnya untuk menuliskan <b>Injil </b>atas ajaran <b>Yesus</b> yang diamanahkan kepadanya. <b>Yohanes</b> memilih bukit <b>Ayasoluk</b> ini sebagai tempatnya untuk 'mengasingkan diri' hingga akhir hayatnya. <br />
<br />
<b>Kaisar Yustinian</b> membangun <b>Saint John Basilika</b> menggunakan bahan dari reruntuhan kota kuno <b>Efesus</b> dan <b>Kuil Artemis</b>. Balok-balok batunya terlihat rapi sekali pahatannya. Beberapa dinding dan pilarnya masih berdiri tegak, menguarkan sisa-sisa kejayaan masa silam.<br />
<br />
Saya berjalan menuju arah benteng sesuai tujuan semula. Di bawah sebuah pohon rindang, dibekap oleh puing reruntuhan gereja, tampak sebuah maket replika yang menggambarkan bagaimana megahnya <b>Saint John Basilika</b> kala itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisra3yph9IMSm4W98wsZUyxCFE1fQojd9IwmK5OuUXDoe0XqcvPRsVcPO2NO0_RRSg_nOvlaN1cgCtHGMcjqZMqZfISXTz_VZUqHcp7-IWatiNWfOFCitYA8GyIJk1xufOp6QbY7atTvU/s1600/DSCF4976.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisra3yph9IMSm4W98wsZUyxCFE1fQojd9IwmK5OuUXDoe0XqcvPRsVcPO2NO0_RRSg_nOvlaN1cgCtHGMcjqZMqZfISXTz_VZUqHcp7-IWatiNWfOFCitYA8GyIJk1xufOp6QbY7atTvU/s400/DSCF4976.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bagian Dalam <b>Benteng Ayasoluk</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung masih pagi, saya lagi-lagi menjadi pengunjung pertama <b>Benteng Ayasoluk</b> ini. Seorang petugas bergegas membukakan gerbang saat melihat saya datang. Saya merasa seperti seorang pangeran saja. Berharap melihat hal-hal megah di dalam benteng, saya hanya menyaksikan reruntuhan batu saja di dalamnya. Dinding benteng ini memang terawat sangat baik, namun di dalamnya hanya berisi bongkahan batu yang berserakan. Harapan untuk melihat kastil dengan aula megah dan singgasana kerajaan ala kisah <b>King Arthur</b> menguap sudah.<br />
<br />
Saya menuju ke arah barat benteng. Tempat ini sungguh hening sekali. Angin berhembus tipis. Burung gereja berkicau mengepakkan sayapnya. Jauh di atas sana, seekor elang melayang ringan mengintai mangsa. Matahari perlahan minyibak <b>Kota Selcuk</b> yang terlihat lamat-lamat di kejauhan. Menguapkan embun yang membekap seluruh kota dengan suasana sejuk yang menenteramkan jiwa.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjruJZSMJLyXfbqpLE24y1NoJqZzEKr0fKC2OtSxnP8CSeraTEoCKaFLn3PmWTSBlqy64nnk3A7R6Sw8a-Da1evSq3a9LzOZGRV8OwlJpfGGR4L720Y253lTZ3pUMv_3QVM2bP0V6Lu0L8/s1600/DSCF4982.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjruJZSMJLyXfbqpLE24y1NoJqZzEKr0fKC2OtSxnP8CSeraTEoCKaFLn3PmWTSBlqy64nnk3A7R6Sw8a-Da1evSq3a9LzOZGRV8OwlJpfGGR4L720Y253lTZ3pUMv_3QVM2bP0V6Lu0L8/s400/DSCF4982.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kota <b>Selcuk</b> dilihat dari Atas <b>Benteng Ayasoluk </b>:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung sendirian, saya tidak berlama-lama berada di dalam benteng. Saya berjalan kembali ke arah reruntuhan gereja dan memutar rute untuk melihat sisi lain kompleks ini. Bongkahan batu yang terlihat seperti bekas dinding dan patahan pilar dijajar dengan rapi memagari sebuah taman berumput hijau. Sebuah pohon yang mengingatkan saya pada <b>Dedalu Perkasa</b> dalam kisah <b>Harry Potter dan Tahanan Azkaban</b> menjadi episentrum taman hijau tersebut. Ranting-rantingnya yang menjentik gersang siap menyambut musim semi yang hangat.<br />
<br />
Sampai detik itu, saya masih takjub dan bersyukur, belum ada pengunjung selain saya. Kompleks ini benar-benar seperti sebuah reruntuhan yang dilupakan seperti dulu pernah terjadi di abad ke-18.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Q3jFZLIhsUz6QrE9fPYSa1jZyLqL61fZReqXOgd8cn5rQy5hrV8w1gP03VRwc2_qnQhgfZT6brx6Kw5IxxKXqZpVQH2qvRukk4jlj60JoE_ThYq6oGgbFrCC-EACfNJuNy3r0PMeK-s/s1600/DSCF5010.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Q3jFZLIhsUz6QrE9fPYSa1jZyLqL61fZReqXOgd8cn5rQy5hrV8w1gP03VRwc2_qnQhgfZT6brx6Kw5IxxKXqZpVQH2qvRukk4jlj60JoE_ThYq6oGgbFrCC-EACfNJuNy3r0PMeK-s/s400/DSCF5010.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Reruntuhan<b> Saint John Basilica</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya kembali melalui reruntuhan yang dulunya merupakan aula utama basilika. Sebelumnya, saya melewatkan jalur ini dan mencoba mencari detil lain yang mungkin luput saya amati. Saya membayangkan, jika gereja ini masih terawat hingga sekarang sebagaimana <b>Hagia Sophia</b>, tentu akan menjadi salah satu gereja megah yang ramai dikunjungi jemaat. Pilarnya menjulang. Ada bagian lengkungan pada dinding yang menjadi pemisah antarruang dalam gereja.<br />
<br />
Saya melangkah masuk ke area dalam reruntuhan tersebut. Tepat di tengah reruntuhan, menghampar dalam lapisan marmer putih, dengan empat pilar bulat bercokol di setiap sudutnya yang mungkin dulunya merupakan penyangga atap, sebuah nisan sederhana disematkan sebagai penanda keberadaan <b>Rasul Yohanes</b> disemayamkan. <br />
<br />
Terus terang, sebagai muslim saya agak bingung bagaimana harus 'bersikap'. Saya hanya hening sesaat, memerhatikan nisan tersebut dalam diam, dan memusatkan pikiran untuk mengingat Allah sembari menunduk hormat kepada orang yang disemayamkan di makam ini yang dipercaya merupakan orang suci yang dekat sekali dengan <b>Yesus</b>, sang <b>Almasih</b> dalam ajaran <b>Islam</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs_rEKwpfZeMlvpGlco-uyjwlSdSkVMYYG1TU4Vs6H11GZVYikIlhy9zSz-UiZWGZd4yRuxObD9GHIWtPjtxBtzSQElrDNAQ5oR2OZQ_AHe4Os6bn0GrJdaxjibO5JKr6fT9S7f3Wq1OU/s1600/DSCF5021.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjs_rEKwpfZeMlvpGlco-uyjwlSdSkVMYYG1TU4Vs6H11GZVYikIlhy9zSz-UiZWGZd4yRuxObD9GHIWtPjtxBtzSQElrDNAQ5oR2OZQ_AHe4Os6bn0GrJdaxjibO5JKr6fT9S7f3Wq1OU/s400/DSCF5021.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Nisan Makam <b>St. John</b> (<b>Rasul Yohanes</b>) :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya akhirnya mengucap pamit dalam hati dan meninggalkan makam sama heningnya saat saya datang. Dalam perjalanan ke arah pintu keluar, banyak pertanyaan berkecamuk dalam hati saya. Jika makam tersebut dipercaya sebagai makam <b>Rasul Yohanes</b>, kok jarang sekali orang berziarah ke makam ini? Kok tidak ada karangan bunga? Apakah itu benar makam <b>Rasul Yohanes</b>? Bukankah makam orang suci selalu ramai diziarahi?<br />
<br />
Mungkin saya tidak tahu. Atau mungkin memang keberadaan makam <b>Rasul Yohanes</b> tersebut dilupakan sebagaimana keberadaan gereja megah yang pernah bercokol di atasnya. Saat saya melangkah keluar dari gerbang, sederet pertanyaan tersebut perlahan menguap sejenak seperti kabut, digantikan dengan keceriaan yang merekah untuk mengunjungi tempat lainnya yang menyimpan sejarah masa lalu dalam pelukan <b>Kota Selcuk</b> yang sejuk. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com32tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-5214588640968784222020-02-29T11:11:00.000+07:002020-03-18T11:22:04.713+07:00Menjejak Konya dalam Sekejap Mata<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIbT_ggPj0lUyrQEt0OAwgYAwUXep8zGAmdFXwFdi6X5YOSsmLvQh53QnzCmkyIuutajYj6UbFYKVRxFaVRD6_XfDcY-r6NHm8wzHuCEMNipSt9EeiVgLvs2D6Sr4JQyooVLvioUc7_gY/s1600/DSCF4871.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIbT_ggPj0lUyrQEt0OAwgYAwUXep8zGAmdFXwFdi6X5YOSsmLvQh53QnzCmkyIuutajYj6UbFYKVRxFaVRD6_XfDcY-r6NHm8wzHuCEMNipSt9EeiVgLvs2D6Sr4JQyooVLvioUc7_gY/s400/DSCF4871.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menara-Menara Mini di Museum Mevlana 🌿🍁:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>Traveling</i> tanpa rencana perjalanan yang jelas memang penuh tantangan. Saya sadar dengan konsekuensinya. Saya harus disiplin, cermat dalam mengatur waktu serta biaya, dan bisa mengambil keputusan dalam waktu singkat. Hal seperti ini sudah saya perhitungkan sejak mendarat di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/teroka-cappadocia.html" target="_blank"><b>Istanbul</b> </a>dalam rangkaian <i><b>#TurkeyTrip</b></i> ini. <br />
<br />
Saat kembali ke <b>Göreme </b><i>Otogar </i>dari <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/sendirian-di-uchisar-castle.html" target="_blank"><b>Uchisar Castle</b></a>, saya segera menuju agen tiket untuk menuju kota berikutnya. Saya dihadapkan pada dua pilihan: <b>Selcuk</b> atau <b>Konya</b>. <b>Selcuk</b> sudah lama ada dalam <i>bucket list</i> kunjungan saya karena adanya kota kuno <b>Ephesus</b> dan situs sejarah lainnya. Sementara itu, saya baru mendengar kota <b>Konya</b> pada hari terakhir di <b>Göreme </b>dalam sebuah obrolan ringan di ruang resepsionis penginapan. <br />
<br />
<a name='more'></a>Tapi, entah mengapa, saya seperti harus mampir ke kota ini, meski sejenak. Ditempuh dalam waktu sekitar empat jam dari <b>Göreme</b>, saya sadar diri bahwa mungkin tak banyak yang akan saya lihat. Saya sampai di terminal <b>Konya</b> saat matahari sudah condong ke barat. Sebelum keluar terminal, saya segera memesan tiket tujuan <b>Izmir</b> agar dapat melanjutkan perjalanan menuju <b>Selcuk</b> besok pagi.<br />
<br />
Sungguh perjalanan yang penuh perjudian dengan waktu dan keefektifan dalam menikmati ritme perjalanan itu sendiri. Beruntung, saya mendapatkan bantuan yang banyak sekali dari penduduk lokal. Saya diberikan diskon khusus untuk tiket bus, diantarkan oleh orang yang sama sekali tidak kenal ke tempat pemberhentian <i>dolmus</i> menuju <b>Museum Mevlana</b>, dan 'dititipkan' oleh orang tersebut kepada Pak Supir <i>dolmus </i>agar yang bersangkutan menurunkan saya tepat di depan museum dengan tarif <i>dolmus</i> sama dengan orang lokal.<br />
<br />
Meski begitu, saya dengan jahilnya bertanya ke beberapa orang yang berbeda hanya untuk mendengarkan mereka ngomong "<b>Mevlana</b>" dengan dialek lokal mereka yang khas. 😋 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitBulRpe-_QrDuJm16DZXKtFc7AbT57KI_NPeW_H-8QzgUR7eWQAw5nfoi9q0ZjOSzJ7dOpBscsUMZNzn3TW3CG1YsekGmWv8UA9JL1QKhkNa2bQGeXgmLwyHI59ZnH2fglc5irr6oHPo/s400/DSCF4866.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menjejak Konya 🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b>Konya</b> disebut-sebut sebagai salah satu kota tertua di dunia. Kota ini eksis sejak zaman perunggu akhir yaitu sekitar 3000 tahun sebelum Masehi. Menjadi penghuni awal kota yang sekarang menjadi kota terbesar di <b>Central Anatolia</b> ini, kaum <b>Hittites</b> menyebutnya dengan <b>Kuwanna</b>. Sejak saat itu, <b>Konya</b> secara bergantian dikuasai oleh bangsa <b>Persia</b>, <b>Iskanderum</b> (pengikut <b>Iskandar Agung</b>), <b>Romawi</b>, <b>Byzantium</b>, <b>Seljuk</b>, dan <b>Turki Ustmani</b>.<br />
<br />
Kota ini mengalamai masa keemasannya saat dikuasi oleh <b>Bani Seljuk</b>. Saat itu, <b>Konya</b> dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Maka tak ayal, saat ini banyak sekali peninggalan bangunan kuno berarsitektur <b>Seljuk</b> yang masih terawat dengan baik.<br />
<br />
<i>Dolmus</i> yang saya tumpangi berhenti di seberang masjid <b>Selemiye</b>. Seteleh mengucapkan terima kasih kepada Pak Supir dan para penumpang yang sudah membantu, saya segera menuju pelataran masjid yang berbagi ruang dengan <b>Museum Mevlana</b>. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtIjXd7Yy4Hec2BeUUQT8CNKIJO94LhMXeHkD7J7uu1M-gfYGBCy34lzrSL7jhWwQtH1qrwXJ_K5OEdCZ9wUeG11Rf0k4SACi4CDpOruUUpucL19LTyk1aOe5p1krIhBrXeg-Bg5KKz2I/s1600/DSCF4846.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtIjXd7Yy4Hec2BeUUQT8CNKIJO94LhMXeHkD7J7uu1M-gfYGBCy34lzrSL7jhWwQtH1qrwXJ_K5OEdCZ9wUeG11Rf0k4SACi4CDpOruUUpucL19LTyk1aOe5p1krIhBrXeg-Bg5KKz2I/s400/DSCF4846.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Masjid Selimiye, Ikon Kota Konya :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Seperti dugaan saya, museum sudah tutup. Saya menyempatkan diri untuk salat Asar terlebih dahulu. Tempat wudhu masjid di <b>Turki</b> kebanyakan tempatnya agak terpisah dengan bangunan masjid. Tempat wudhu masjid <b>Selemiye</b> ini terletak di seberang pintu masuk. Isinya berupa pancuran saja. Tidak ada toilet. Jika ingin ke toilet sebelum wudhu, maka pengunjung bisa menggunakan toilet museum yang letaknya agak memutar dari lokasi tempat wudhu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Inilah salah satu 'keunikan' hampir seluruh masjid di <b>Turki</b>. Rata-rata pengunjung masjid berasal dari lingkungan sekitar. Mereka datang ke masjid sudah dalam keadaan berwudhu. Pendatang yang akan salat biasanya akan sedikit kesulitan menemukan toilet. Apalagi kalau panggilan alam sudah mendesak. Saya pernah sampai harus minta izin untuk menggunakan toilet di sebuah toko dekat masjid gara-gara ini. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Masjid <b>Selemiye</b> dibangun tahun 1558 oleh <b>Sultan Selim II. </b>Kubahnya besar sekali, diapit dengan dua menara yang tinggi menjulang. Fasadnya mirip sekali dengan bangunan <b>Museum</b> <b>Mevlana</b> di sebelahnya. Interiornya dihiasi dengan lukisan kaligrafi yang memanjakan mata. Selesai salat, saya pun berkeliling lingkungan masjid dan sedikit menengok bagian dalam museum dari celah-celah dinding. <b> </b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_T3Qs5co_xPGNVJo3Lbk0szA31jbqDmyx1-Esrm_dzl38zCRmIz4_Fu9LzKwa9Vm2VhOlgP830ss4wnGBVlYrA9C1Wp4r8PeVjt-mCwW0Xo7z231kgW6jJyeo7va0kMh3M93tgyxCE34/s1600/DSCF4859.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_T3Qs5co_xPGNVJo3Lbk0szA31jbqDmyx1-Esrm_dzl38zCRmIz4_Fu9LzKwa9Vm2VhOlgP830ss4wnGBVlYrA9C1Wp4r8PeVjt-mCwW0Xo7z231kgW6jJyeo7va0kMh3M93tgyxCE34/s400/DSCF4859.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Trem di Kota Konya :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Bangunan <b>Museum Mevlana</b> ini awalnya merupakan asrama untuk para pengikut <b>Tarekat Mevlevi</b>. Didirikan oleh <b>Jalaludin Rumi</b> pada abad ke-13. Selain sebagai museum, halaman bangunan ini juga dijejali dengan makam. Bahkan, ada satu makam yang sengaja tidak dipindahkan lokasinya dari trotoar di samping museum. Saya akhirnya tersadar mengapa ada dorongan begitu kuat untuk sejenak bertandang ke <b>Konya</b>. Itu karena <b>Rumi</b>. Nama ini terngiang-ngiang di kepala karena ingat saya pernah melihat orang menari berputar seperti sedang trans.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Nah, saya baru tahu tarian itu bernama <i>darwis </i>(<i>whirling dervishes</i>). Tarian ini merupakan salah satu ritual dalam <b>Tarekat Mevlevi</b> di mana orang yang sedang menari dan trans, dalam gerakan memutar badan secara cepat dalam satu poros, konon akan merasakan pengalaman spiritual dengan klimaks. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<b>Tarekat Mevlevi</b> dibubarkan oleh <b>Kemal Ataturk </b>pada Desember 1925 dan tarian <i>darwis</i> yang merupakan sebuah ritual, saat ini seperti 'hanya' menjadi sebuah atraksi wisata saja. Mengetahui hal ini, saya jadi teringat dengan tari-tari tradisional di <b>Bali</b> yang beberapa dikemas dan dipersingkat durasinya 'hanya' untuk atraksi wisata. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQNsHGtBxscJz2xSrz4PnRXzKG48t2JonIU4qYuAFuK_WjyvSVZoxFeVe_gWQ48zZ6n-RiHjH8FfM5K28uKgVfSaF8VIcMDRise4PgJthZdokOZW-a6r2WRQkP7okKb-7Z_UnkAWri2Fo/s1600/DSCF4890.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQNsHGtBxscJz2xSrz4PnRXzKG48t2JonIU4qYuAFuK_WjyvSVZoxFeVe_gWQ48zZ6n-RiHjH8FfM5K28uKgVfSaF8VIcMDRise4PgJthZdokOZW-a6r2WRQkP7okKb-7Z_UnkAWri2Fo/s400/DSCF4890.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Gang di Konya :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya menyeberang jalan, melintasi jalur trem, menuju ke sebuah kampung kecil di sekitar masjid. Kampungnya rapi sekali. Toko-toko berderet dibelah dengan jalanan berlapis <i>cobblestone</i>. Mereka menjual aneka kebutuhan pokok, permen, buah-buahan, manisan, rempah, baklava, cokelat, aneka keramik, dan kerajinan. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Para penduduk setempat dan pemilik toko memerhatikan langkah saya. Mungkin karena penampilan saya agak berbeda. Beberapa yang kelewat ramah akan menyapa dengan, "Hello <b>Malaysia</b>."</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya pun iseng dan menjawab balik, "<i>Merhaba</i>, <i>Endonezya'dan geliyorum</i>." </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Di luar dugaan, mereka pada langsung tertarik dan mendatangi saya untuk mengajak ngobrol lebih lanjut. Berhubung nerocosnya dalam bahasa <b>Turki</b>, sementara bahasa <b>Turki</b> saya masih terbatas, maka kalau bingung, saya akan mengucap kalimat andalan, "<i>Türkçe konuşamıyorum.</i>" 😜</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Tapi yang tidak ketinggalan adalah banyak yang minta foto. Entah mengapa, rasanya memang banyak orang <b>Turki</b> yang ngefans dengan orang <b>Indonesia</b>. Saya pun dengan senang hati berfoto bersama mereka. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHZZ1RK6FyKk5sggMfexH44g50X-1TtLZxuX-Bl4wPXXrNNlW407EmwE-ShmuiJ3ZZGZINemvo_vy___oPeuQWz91fu-Jod-T9Iunf6JyDU3l-ybaBd6kLOJLpbdQRwoydfj-i0ndAOAs/s1600/DSCF4884.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHZZ1RK6FyKk5sggMfexH44g50X-1TtLZxuX-Bl4wPXXrNNlW407EmwE-ShmuiJ3ZZGZINemvo_vy___oPeuQWz91fu-Jod-T9Iunf6JyDU3l-ybaBd6kLOJLpbdQRwoydfj-i0ndAOAs/s400/DSCF4884.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Tumpukan Kenari di Salah Satu Kedai Rempah di Konya :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Hari sudah beranjak sore namun langit masih cerah. Bendera <b>Turki</b> melambai-lambai di tengah jalan. Saya pun melanjutkan perjalanan ke sudut lain di kawasan ikonis <b>Konya</b>. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Ada beberapa masjid yang berdekatan dengan masjid <b>Selemiye</b>, di antaranya yaitu <b>Iplikci</b> dan <b>Alaedin</b>. Keadaannya sama. Saya agak kesulitan menemukan tempat wudhu dan tidak melihat adanya toilet. Konsep masjid di sini sepertinya memang murni sebagai tempat ibadah saja. Sedang masalah <i>taharah</i> atau bersuci bisa dilakukan di rumah. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Selain itu, yang harus diwaspadai oleh pengunjung adalah keberadaan pengemis. Kebanyakan masih anak-anak dan sejauh yang saya temui, seringnya imigran dari negara konflik. <b>Turki</b> memang agak 'terbuka' memberikan suaka bagi mereka yang negerinya sedang konflik. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya sampai terkaget-kaget waktu pertama kali tahu beberapa orang yang menjadi pengemis itu merupakan imigran. Anehnya, mereka bisa beberapa bahasa dan sudah 'terlatih' untuk menjadi pengemis. Dan seperti pepatah ada gula ada semut, begitu satu diberi, maka setelah itu rombongannya akan datang dari arah tak terduga untuk meminta 'jatah' dengan jumlah yang sama. Sungguh tidak membuat nyaman untuk turis dengan dana terbatas seperti saya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya perhatikan, orang lokalnya malah cenderung cuek karena mereka sudah paham keseharian di <b>Konya</b>. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGl-5LnhRb0pIT0hDavJqUo8iB4YwWOh9YD1euBkTOEHP7OYqqlfDMKHkX1D0bQYo4R3klaHNyEJ_0eh-aVpOjjSeKJk9s7a14ox1DAOPUOClNY-JhalmTYybXvKiktT6z44p9nGgfpK8/s1600/DSCF4909.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGl-5LnhRb0pIT0hDavJqUo8iB4YwWOh9YD1euBkTOEHP7OYqqlfDMKHkX1D0bQYo4R3klaHNyEJ_0eh-aVpOjjSeKJk9s7a14ox1DAOPUOClNY-JhalmTYybXvKiktT6z44p9nGgfpK8/s400/DSCF4909.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bendera Negara Turki yang Berkibar di Salah Satu Jalan Menuju Masjid Selemiye :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya melanjutkan perjalanan mengelilingi kota selepas salat Magrib. Saya susuri saja jalanan mengikuti jalur trem menuju <b>Alaedin Hill</b>. Jika capek atau tidak tahu mau ngapain lagi, saya tinggal naik trem untuk kembali menuju <b>Konya </b><i>Otogar</i>. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya melewati sebuah bangunan bercahaya redup. Bercat cokelat gelap, fasad gedung ini tampak kaku. Saya seperti sedang berada di Kantor Polisi Rusia. Ternyata gedung ini kantor <b>Gubernur Konya</b>. Pantas saja punya tanah yang agak lapang dan ada tiang bendera. Seorang penjaga mempersilakan saya memotret gedung ini dari kejauhan karena sudah tutup. Jika ingin berkunjung, saya dipersilakan untuk kembali keesokan harinya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Berhubung hari semakin gelap, saya segera bergegas untuk menuju <b>Alaedin Hill</b>. Saya mampir sejenak ke toko olahraga untuk melihatan sepatu lari dan beberapa kaos. Tapi ternyata produknya tidak jauh berbeda dengan yang dijual di <b>Jakarta</b>. Yang membuat saya harus benar-benar mengakhiri perjalanan saya di <b>Konya</b> adalah hujan deras yang datang tiba-tiba. Saya harus merelakan untuk tidak jadi ke <b>Alaedin Hill</b> dan cukup melihatnya sekilas saja nanti dari dalam trem.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGNQcn6IlFAgEE_2z4mZ68qt8lQbWMLGCDmEH4wxD9PUnM6Sea8tiq6FlFXhyNQIbE5kxnxI1AiA9jEBU29kckB6IlZI9FWCj2S2t86uDd_ON8NeP46gnmy_LtSNx3Hj91LOP4cPu1DME/s1600/DSCF4914.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGNQcn6IlFAgEE_2z4mZ68qt8lQbWMLGCDmEH4wxD9PUnM6Sea8tiq6FlFXhyNQIbE5kxnxI1AiA9jEBU29kckB6IlZI9FWCj2S2t86uDd_ON8NeP46gnmy_LtSNx3Hj91LOP4cPu1DME/s400/DSCF4914.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kantor Gubernur Konya :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya membeli <b>Konya</b> <i>card</i> seharga 5 TL untuk bisa naik trem. Terus terang, saat berada di dalam trem, saya sempat kangen dengan rumah. Saat suasana hujan deras begini, rasanya nikmat sekali kalau berdiam diri di rumah sambil makan mie kuah hangat. Sementara saat ini, saya sendirian dan kedinginan, berada ribuan kilometer dari kasur hangat di rumah, berusaha melanjutkan perjalanan ini hingga selesai. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Pikiran terakhir yang menenangkan sekaligus melecutkan semangat adalah bahwa keesokan harinya saya akan menjelajahi tempat yang lebih kuno lagi dalam peradaban dan termaktub dalam kisah-kisah para Nabi. Saya pun meninggalkan <b>Konya</b> dengan dada menghangat sambil memandangi bayangan muka diri yang sedang tersenyum melalui pantulan kaca trem. [] </div>
Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-68241868893267436702020-01-30T11:51:00.000+07:002020-03-06T10:37:57.038+07:00Sendirian di Uchisar Castle <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTQ70aOOd2MjDuRzBvEL4PRN_aCtxdmAI1GSExPCvFGCwu55TClYxlG4_hRbXLSphoi6TyDbVWUZ07kR2wuEab6750mqtVp7XvR0CGeA0rOsy95AgzcnuNNtjVGsVfI-322xsAsF7Ahac/s1600/DSCF4802.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTQ70aOOd2MjDuRzBvEL4PRN_aCtxdmAI1GSExPCvFGCwu55TClYxlG4_hRbXLSphoi6TyDbVWUZ07kR2wuEab6750mqtVp7XvR0CGeA0rOsy95AgzcnuNNtjVGsVfI-322xsAsF7Ahac/s400/DSCF4802.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kastil Batu Karang Uchisar 🍁🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sewaktu berada di bukit belakang penginapan untuk menikmati panorama <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/teroka-cappadocia.html" target="_blank">Cappadocia</a> </b>dengan balon udara yang melayang-layang di langitnya, saya melihat sebongkah batu karang raksasa yang menyembul di kejauhan. Fasadnya terlihat seperti sebuah keraton. Bernuansa gelap dan terkesan misterius.<br />
<br />
Saya bertanya kepada seorang kawan-baru dari <b>Suriname</b> tentang keberadaan bongkahan batu raksasa tersebut.<br />
<br />
"<i>That's <b>Uchisar Castle</b></i>, <i>the highest point of <b>Cappadocia</b></i>. <i>You should go there if you have more time. Very beautiful and magical</i>," katanya.<br />
<br />
Terhipnotis dengan kata <i>magical</i> dan kesan misterius yang ditimbulkannya, saya pun tergoda untuk mampir sebentar. Apalagi setelah Erme, resepsionis penginapan mengompori.<br />
<br />
<a name='more'></a>"<i>Yes, you should go there. You can reach the castle from <b>Göreme</b> Otogar</i>. <i>It's only 10 minutes ride by dolmus</i>," selorohnya.<br />
<br />
Setelah <i>check out</i> dari penginapan, saya pun segera menuju <b>Uchisar Castle</b>. Saya diturunkan di sebuah perempatan sepi sebuah perumahan dalam jalur <b>Göreme-Nevsehir</b>. Hanya sebuah plang sederhana yang menunjukkan bahwa saya tidak salah tempat. <br />
<br />
Bersama dengan seorang ibu-ibu <b>Turki</b>, saya berjalan menyusuri sebuah gang yang mengarah ke bongkahan batu karang <b>Uchisar</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDY0Ot2QaAci-Q2HE8a2eKi24KbCsJMaKLxbWeevRgDlzrxv-KbfRc8rsTbX-ZUVoFrVYLEznqD9PS8I9fP6rPt7TGOgiv9XCbgcLpYqrhG1nOFmzOnfeVwVO7CfYdRoWVYzTQUOP7rIM/s1600/DSCF4794.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDY0Ot2QaAci-Q2HE8a2eKi24KbCsJMaKLxbWeevRgDlzrxv-KbfRc8rsTbX-ZUVoFrVYLEznqD9PS8I9fP6rPt7TGOgiv9XCbgcLpYqrhG1nOFmzOnfeVwVO7CfYdRoWVYzTQUOP7rIM/s400/DSCF4794.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Sisa-Sisa Benteng Pertahanan Menyatu dengan Rumah Penduduk. Sepi Sekali :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Entah karena hari itu sudah hari kerja atau bagaimana, yang jelas, perumahan itu sepi sekali. Seperti tak berpenghuni. Saya sampai deg-degan kalau sampai ibu-ibu <b>Turki</b> tadi merupakan bagian dari gembong penculik. Tapi pikiran itu segera saya tepis. Saya berjalan agak jauh di belakang, kembali menyusuri gang tersebut, dan berpedoman pada puncak kastil yang menjulang. <br />
<br />
Ternyata, jalan yang saya tempuh bermuara di sebuah halaman belakang rumah penduduk, tepat di sisi seberang kastil.<br />
<br />
Saya mengenali 'gaya' orang <b>Turki</b> banget di sini. Orang <b>Turki</b> karena bangganya terhadap negaranya sampai-sampai selalu menempatkan bendera negaranya di mana pun. Di halaman rumah. Di belakang rumah. Di dekat tempat memajang suvenir. Bahkan di puncak kastil pun ada bendera <b>Turki</b>.<br />
<br />
Selain bendera, orang <b>Turki</b> juga masih percaya azimat yang biasanya berbentuk mata. Manik-manik biru yang dapat berupa gantungan kunci, kalung, gelang atau pajangan lain ini namanya <i><b>nazar boncugu</b></i> atau mata setan. Dengan memajang atau menggantung <i><b>nazar boncugu </b></i>di depan rumah atau di suatu tempat, mereka percaya akan terlindungi nasib buruk atau penolak balak. Tiba-tiba, saya jadi ingat dengan mozaik di dalam gereja-gereja gua di <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/bertamu-ke-rumah-flintstones.html" target="_blank">Göreme Open Air Museum</a> </b>yang kehilangan mata akibat kepercayaan ini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioPjZFss5xhV0WUYAwF517gZki95KVqjCusdHlyDG4vNvhlFb9pkWfrvu1AMbfUaViPxjEMZc2aEmx9ewC0gczD0RAprk5-6AwPJgCHMg_AUdY80p1D-ExYU0DJiX3Srprcb7CBUMabFE/s1600/DSCF4779.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioPjZFss5xhV0WUYAwF517gZki95KVqjCusdHlyDG4vNvhlFb9pkWfrvu1AMbfUaViPxjEMZc2aEmx9ewC0gczD0RAprk5-6AwPJgCHMg_AUdY80p1D-ExYU0DJiX3Srprcb7CBUMabFE/s400/DSCF4779.JPG" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bendera Turki di Mana-Mana :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung hanya memiliki waktu satu jam saja, saya segera menuju pada bangunan batu karang raksasa yang disebut sebagai <b>Uchisar Castle</b> ini. Begitu berada di dekatnya, saya kembali dibuat tercengang. Betapa orang-orang zaman dahulu begitu telaten memahat batu sebesar itu menjadi sebuah benteng perlindungan. <br />
<br />
Saya tidak menghitung berapa banyak ruangan di dalamnya. Tangga-tangga mungil menghubungkan ruangan yang satu dan lainnya. Konon, di perut kastil ini terdapat terowongan yang menembus tempat lain di <b>Cappadocia</b> dengan jarak puluhan kilometer. Penemuan paling mutakhir dilakukan oleh para arkelog yang menyebutkan ada terowongan rahasia dari <b>Uchisar Castle</b> ke sungai dekatnya. Berhubung daerah ini sedang kering, saya agak kesulitan menemukan lokasi sungai tersebut.<br />
<br />
Beberapa ruangan tampak lembab dan berbau kotoran kelelawar. Beberapa yang lain dihuni sekawanan merpati untuk berteduh. <br />
<br />
Zaman dahulu, kastil ini pernah digunakan sebagai benteng pertahanan tentara <b>Byzantium</b> dari serangan prajurit <b>Khalifah Usmaniyah</b>. Posisinya memang berada di ketinggian. Dari salah satu ruangannya, saya bisa menyaksikan hamparan lembah <b>Cappadocia</b> dan puncak <b>Gunung Erciyes</b>. Yang menarik, meski dari luar kelihatannya mempunyai banyak ceruk gua, namun pintu masuk dan keluar kastil ini hanya satu. Daun pintunya dibuat dari batu sehingga tidak mudah ditembus musuh. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7v0_a29CDNLA3LG-A0Yc3gvwFlB2O53cn0omL5VTgQKZ0Jb2jf57_X3jjCwoCF7BiMyUcBedpRPRr-5-8GVhb5ZI84DRAfSRA9y44oFQIOoWiiCg2A-S95OQszTkvOTK7X28n-jT_Sk/s1600/DSCF4792.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiv7v0_a29CDNLA3LG-A0Yc3gvwFlB2O53cn0omL5VTgQKZ0Jb2jf57_X3jjCwoCF7BiMyUcBedpRPRr-5-8GVhb5ZI84DRAfSRA9y44oFQIOoWiiCg2A-S95OQszTkvOTK7X28n-jT_Sk/s400/DSCF4792.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Salah Satu Ruangan di Kastil Uchisar 🍁🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tiba-tiba, saya merasa seperti pangeran yang sedang disekap di dalam rumah mewah seorang diri. Tak ada pengunjung lain dan tak tampak ada kehidupan selain saya.<br />
<br />
Dari kejauhan, saya bisa melihat bahwa kebanyakan turis hanya mengagumi kastil ini dari kejauhan. Mereka diturunkan di pinggir jalan dengan tanah agak lapang di seberang kastil. Dataran tersebut dipenuhi dengan semak dan jalan setapak yang memungkinkan seseorang menapak kastil dari jalan lain selain jalan yang saya lewati tadi. <br />
<br />
Saya jadi terbayang dengan masa perang zaman dulu. Dengan posisi di ketinggian seperti ini seharusnya lebih mudah untuk mengawasi pengintai dan penyusup. Bahkan, konon tentara <b>Byzantium</b> merupakan pengguna pertama sandi-sandi cahaya matahari yang dipantulkan dari cermin. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vmwR02YyC8VjThVaX3ELdeeppvAJ3eN-CqwyYaJyLWgCdUkvsN69rp1CYhcxWMRU1DFq8w1DxjYmD5zD5ilOveoudFSZxoLobfKYC_PHhKxUjgDovvGwRRLDe-XH9ji1D76D4C9jlok/s1600/DSCF4804.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9vmwR02YyC8VjThVaX3ELdeeppvAJ3eN-CqwyYaJyLWgCdUkvsN69rp1CYhcxWMRU1DFq8w1DxjYmD5zD5ilOveoudFSZxoLobfKYC_PHhKxUjgDovvGwRRLDe-XH9ji1D76D4C9jlok/s400/DSCF4804.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Cenderamata Khas <b>Göreme</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya pun segera melangkah keluar. Sedikit merinding dengan auranya. Saya berkeliling sebentar ke sisi lain kastil dan 'menemukan' kembali bentuk aneh batu-batu di <b>Cappadocia</b> yang disebut sebagai <b>Pigeon Valley</b> dari kejauhan. Cantik sekali.<br />
<br />
Sepertinya keajaiban bentuk batu-batu ini tidak ada habisnya. Ada saja yang membuat saya tercengang. Saya kembali ke area di depan pintu masuk kastil dan terlihat sudah ada dua ekor unta yang digunakan untuk mengangkut turis keliling kompleks kastil.<br />
<br />
Tentu, saya tidak akan naik unta tersebut. Meski mampu membayarnya, saya tidak sampai hati menaiki hewan-hewan ini. Rasanya kok kasihan saja. Meski ada yang bilang unik dan lucu, saya memang agak anti dengan penggunaan hewan dalam mengangkut turis begini. Titik dan tidak mau didebat.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMug-XKuTafl15gFTbcsDk4sHxRNgdVofx9d7F-s8avn5f9REX3wQ_tbaGH0xVfwHTDFp6X_hjfH73F9UyqGbIFF_YQHhPQViasoSIk_gmVfsywaIeXlX_gNSpFc8-1OXMI7e9-afRohQ/s1600/DSCF4822.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMug-XKuTafl15gFTbcsDk4sHxRNgdVofx9d7F-s8avn5f9REX3wQ_tbaGH0xVfwHTDFp6X_hjfH73F9UyqGbIFF_YQHhPQViasoSIk_gmVfsywaIeXlX_gNSpFc8-1OXMI7e9-afRohQ/s400/DSCF4822.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Unta Tunggangan di Depan Kastil :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya lebih tertarik dengan suvenir yang dipajang di depan toko-toko di sekitar kastil. Bentuknya unik dan mengingatkan saya pada tokoh kartun <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/bertamu-ke-rumah-flintstones.html" target="_blank"><b>Flintstones</b></a>. Berhubung perjalanan saya masih panjang dan membuat aturan ketat pada diri sendiri untuk tidak membeli sesuatu yang memakan bagasi di tas, saya tidak membeli suvenir-suvenir lucu tadi. Hanya memotret beberapa yang saya anggap unik saja. <br />
<br />
Untung langit cerah. Bahkan, matahari mulai terik. Angin berhembus sepoi. Saya jadi penasaran bagaimana suasana kastil ini saat malam. Seberapa seramkah suasananya dibandingkan saat siang hari? Apakah kastil ini juga digunakan untuk ajang uji nyali? Beberapa pertanyaan tersebut tiba-tiba saja melintas di kepala saya mengingat orang-orang <b>Turki</b> ternyata juga percaya takhayul.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqDoxVSLd03Rn7eQtoJldfyDDv04MqDWGCyznDhgyjIPIYbTHjAaVgrmX7dQJInmhxhRKSgGYymytl3DkUcWgldMmdjV5_V4cTVGzkhPKajEFjsGbwR8bB3Z98NA4V-wA7yZydZdmSqv8/s1600/IMG_81331.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqDoxVSLd03Rn7eQtoJldfyDDv04MqDWGCyznDhgyjIPIYbTHjAaVgrmX7dQJInmhxhRKSgGYymytl3DkUcWgldMmdjV5_V4cTVGzkhPKajEFjsGbwR8bB3Z98NA4V-wA7yZydZdmSqv8/s400/IMG_81331.jpeg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Jalan Melulu, Sini Peluk Dulu 😋😘 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tak ingin ketinggalan bus menuju kota berikutnya, saya segera beranjak dari kompleks kastil. Kembali melalui jalan sepi sebuah kompleks perumahan dan menumpang <i>dolmus</i> menuju <b>Göreme </b><i>Otogar</i>. Bagi saya yang seorang <b>Indonesia</b>, kastil ini sebenarnya biasa saja. Banyak sekali gua kapur yang lebih indah di nusantara. Yang membuat kastil ini istimewa hanyalah lokasinya yang teronggok di bagian paling tinggi kawasan <b>Cappadocia</b>. Setidaknya, pengunjung bisa sejenak merasakan sensasi menjadi pangeran tampan atau puteri cantik yang dipingit di sebuah kastil di dalam gua. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com41tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-92210388268301563942020-01-26T09:18:00.000+07:002020-01-26T09:18:01.955+07:00Malaikat Penjaga dari Cappadocia<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dW1hbVVQ4pbdWKT_vXZiXi_3TM1zDB9laSXmdk_Udq9dwsQBGB_Xr4UMyc6DbyMlFzaansReV97WkrG1Ze1ZKi-u8VbjmvsI-8BzxN-bcxUkHlWedj58V8vqNGrmthyphenhyphenoUkq4G-BxBvs/s1600/DSCF4708+-+1.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1126" data-original-width="1600" height="281" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9dW1hbVVQ4pbdWKT_vXZiXi_3TM1zDB9laSXmdk_Udq9dwsQBGB_Xr4UMyc6DbyMlFzaansReV97WkrG1Ze1ZKi-u8VbjmvsI-8BzxN-bcxUkHlWedj58V8vqNGrmthyphenhyphenoUkq4G-BxBvs/s400/DSCF4708+-+1.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Malaikat Penjaga yang Manis Sekali 😍🐕 :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Sebelum berangkat liburan ke <b>Turki</b> beberapa waktu lalu, saya kerap dinasihati oleh beberapa kawan.<br />
<br />
"Kalau <i>lo</i> mau <i>jogging</i> pagi di <b>Goreme </b>nanti hati-hati ya. Anjingnya <i>guedhe-gedhe</i>. Galak lagi. Suka gonggongin orang." Begitu kata mereka.<br />
<br />
Dulu, saya memang takut sekali dengan anjing. Lebih tepatnya, trauma. Saya sudah pernah menuliskannya di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/01/jogging-dan-anjing.html" target="_blank">sini</a>. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, saya pelan-pelan berusaha untuk bersikap biasa saja saat bertemu dengan anjing.<br />
<br />
<a name='more'></a>Dua tahun terakhir, sejak sering main ke <b>Bali </b>dan <b>Nusa Tenggara</b> yang memang banyak anjing liarnya, saya mulai beradaptasi dengan kehadiran mereka. Bahkan di saat mendadak sekalipun, saya berusaha tetap tenang dan tidak gugup. Saya juga sudah menuliskan serangkaian pengalaman tersebut di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/12/terapi-cynophobia.html" target="_blank">sini</a>. <br />
<br />
Saat <i>dolmus</i> (sejenis angkot di kita tapi ukurannya lebih besar) yang mengantar saya dari <b>Urgup</b> menuju <b>Goreme</b> berhenti di pertigaan <b>Desa Goreme</b>, hawa dingin langsung menyergap saya dari segala penjuru. Tak jauh dari titik di mana saya turun dari <i>dolmus</i>, dua ekor anjing tampak riang bercengkerama.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoSJqgbPsPvv6kWKQUWkk0g5ThlGiP4GWEC_DokVBaWIMayE4fX6AJ9lbc_Y3WI0rbL6JY6sYZo-EbQPcitJGTyPDKNaOnYMXQTtPJI6wt-GoMlS8HloiC3y09w3QXp5ZhnZw3JphNKnQ/s1600/DSCF4653.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoSJqgbPsPvv6kWKQUWkk0g5ThlGiP4GWEC_DokVBaWIMayE4fX6AJ9lbc_Y3WI0rbL6JY6sYZo-EbQPcitJGTyPDKNaOnYMXQTtPJI6wt-GoMlS8HloiC3y09w3QXp5ZhnZw3JphNKnQ/s400/DSCF4653.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Dua Ekor 'Preman Kampung' yang Sedang Bercengkerama di Jalanan <b>Goreme</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Persis seperti deskripsi yang diceritakan kawan saya, anjing-anjing di sini memang ukurannya besar. Konon beratnya rata-rata bisa mencapai 50-65 kg. Dari penduduk setempat saya tahu jenis anjing-anjing ini adalah anjing gembala <b>Anatolia</b>. Bulunya halus, berwarna belang putih dan krem.<br />
<br />
Saya tak begitu memedulikan keberadaan mereka dan berjalan tenang menuju ke arah penginapan yang direkomendasikan oleh seorang kawan-baru saat berjumpa di dalam <i>dolmus</i>. Saya tak sadar kalau langkah saya diikuti oleh seekor anjing. Saya hanya menganggapnya sebagai anjing liar saja yang banyak berkeliaran di seantero desa.<br />
<br />
Setelah beristirahat sejenak, saya jalan-jalan ke seantero kawasan <b>Taman Nasional Goreme</b>. Padang gersang luas yang tercipta dari endapan lahar jutaan tahun ini dirimbuni dengan banyak gua dan bantukan batu-batu unik.<br />
<br />
Saat mengunjungi <b>Goreme Open Air Museum</b>, saya sempat melihat ada
seekor anjing manis yang jalan-jalan sendirian. Berusaha merendengi saya
di antara kerumuman pengunjung. Saya yang masih penasaran dengan betapa
spektakulernya alam <b>Cappadocia</b> ini, tak begitu menaruh perhatian khusus pada anjing ini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgezjaKndmgeQma7LRuHSY0hl3me2l5ibU-Of3QXKTaTiV2rEVcpK-Dh-_2l5lR_UeRjK7z1NzGrrGXDPVtUSOj4U0sk6JmqsOdBYkSFoTIzTn07r-rPNgwlIxjJeaOguTUSPNqJPEbvRM/s1600/DSCF4457.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgezjaKndmgeQma7LRuHSY0hl3me2l5ibU-Of3QXKTaTiV2rEVcpK-Dh-_2l5lR_UeRjK7z1NzGrrGXDPVtUSOj4U0sk6JmqsOdBYkSFoTIzTn07r-rPNgwlIxjJeaOguTUSPNqJPEbvRM/s400/DSCF4457.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Seekor Anjing Sedang Mengamati Lembah di Sekitar <b>Goreme Open Air Museum</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya melihat-lihat gua yang digunakan sebagai gereja dan tempat persembunyian penganut Kristen zaman awal. Begitu asyiknya mengelilingi gua batu dan gereja kuno dalam tanah, saya sampai lupa dengan keberadaan anjing tersebut hingga saya kembali lagi ke penginapan sore harinya. <br />
<br />
Keesokan harinya, saya berencana untuk menikmati panorama <b>Cappadocia</b> dari atas bukit di belakang penginapan. Suhu <b>Goreme</b> di pagi hari bisa drop hingga 0 derajat Celcius. Saya yang biasa lari pagi tanpa memakai kaos, pagi itu merasa kedinginan luar biasa saat keluar kamar penginapan tanpa kaos dan memutuskan kembali untuk memakai baju berlapis dan jaket tebal, lengkap dengan penutup kepala dan sarung tangan. Begini ternyata rasanya berada di dalam kulkas. <br />
<br />
Bersama dengan seorang kawan-baru dari <b>Suriname</b>, saya berjalan pelan-pelan melewati gang sempit. Terkurung dalam kegelapan malam, di salah satu gang sempit saya dikagetkan dengan keberadaan anjing penunggu rumah mewah yang kaget juga dengan keberadaan saya. Saya memang sedang tersesat saat itu. Banyaknya jalan kecil yang memutar membuat saya terkurung layaknya di dalam labirin.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdqZEKcSruwaY44WFbbL3VoGFTrYl9TS1kYv1D3bktZ9fyWKvAr5YUn7gbXsTDUHaJqtCOyM_lTmzdUQa43t6U8s-oYAvPuSxwQlFS_xK-IuZ-w2OLc9ZbecyD01vUoCWijNVLHahtzmc/s1600/DSCF4705.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdqZEKcSruwaY44WFbbL3VoGFTrYl9TS1kYv1D3bktZ9fyWKvAr5YUn7gbXsTDUHaJqtCOyM_lTmzdUQa43t6U8s-oYAvPuSxwQlFS_xK-IuZ-w2OLc9ZbecyD01vUoCWijNVLHahtzmc/s400/DSCF4705.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Desa Goreme</b> dilihat dari ketinggian :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Anjing itu ukurannya besar sekali. Bulunya keabu-abuan. Dia menggonggong begitu keras hingga membuat bulu kuduk saya berdiri. Detak jantung saya bergerak sangat cepat. <br />
<br />
"<i>Keep calm my friend</i>. <i>Stay cool</i>," kata teman saya, berusaha meredakan rasa panik yang muncul tiba-tiba.<br />
<br />
Dan secara misterius pula, entah dari mana datangnya, seekor anjing datang dan berusaha 'melawan' atau menenangkan anjing galak tadi, seolah membela saya. Anjing tersebut seperti beradu gonggongan selama beberapa saat hingga akhirnya si anjing galak mengendor dan mulai berbalik arah. Saya yang mulai sedikit tenang mulai mencari-cari rumah yang sekiranya bisa dipakai untuk 'berlindung' atau sekadar menanyakan arah yang benar menuju puncak kepada penghuninya. <br />
<br />
Tapi kawan saya berujar, "<i>Let's follow this dog</i>. <i>I'm sure he's going to the right path.</i>" Saya tak tahu kawan-baru ini dapat <i>insting</i> dari mana untuk mengikuti langkah si anjing. Saya hanya ikut saja. <br />
<br />
Dan benar saja. Mengikuti langkahnya perlahan-lahan dari belakang, saya menemukan jalan tembus kecil di samping sebuah penginapan yang menuju ke arah puncak. Si anjing ini ternyata juga berjalan menuju ke tempat yang ingin saya tuju.<br />
<br />
Sudah ada beberapa pengunjung yang menunggu atraksi balon udara. Tempat ini memang paling OK untuk melihat <b>Desa Goreme</b> dari ketinggian. Melihat pemandangan yang begitu spektakuler tersaji di depan mata, semua orang seolah secara refleks langsung berusaha mengabadikan keindahan tersebut dalam gawai masing-masing. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbkv-vmJceyf-txhsRWCOvkZRK5lIzXzi34wVFZivA5TGvtRYGdsAcMd3zgJlP3heyMGfjpkN1EK_LY2jcM3oDEaEeCloNgDPml2NmKOUyT6Y2KMjRlD4lHhZEpw04at35h1LYtiIDYso/s1600/2EF1635D-90C8-41C5-ACB2-A1A1F75EBC561.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="991" data-original-width="750" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbkv-vmJceyf-txhsRWCOvkZRK5lIzXzi34wVFZivA5TGvtRYGdsAcMd3zgJlP3heyMGfjpkN1EK_LY2jcM3oDEaEeCloNgDPml2NmKOUyT6Y2KMjRlD4lHhZEpw04at35h1LYtiIDYso/s400/2EF1635D-90C8-41C5-ACB2-A1A1F75EBC561.jpeg" width="302" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Ngobrol Ceria Bersama Kesayangan 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya pun ikut motret ke sana ke mari hingga terpisah posisi dengan kawan-baru tadi. Begitu tiba saatnya satu persatu balon udara mengangkasa di langit <b>Cappadocia</b>, semua orang tampak sibuk dengan dunianya masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut.<br />
<br />
Saya lagi-lagi tak menyadarinya. Tiba-tiba saja, ada dua ekor anjing dengan ukuran yang luar bisa besar berusaha mengejar dan menggonggongi saya. Yang satu berwarna putih dengan sedikit bulu halus kehitaman dan satu lagi berwarna abu-abu kumal. Saya kembali deg-degan. Kali ini tidak ada teman <b>Suriname</b> di dekat saya dan pengunjung lain juga berada agak jauh dari posisi saya. Saya baru sadar telah berjalan agak jauh dari kerumuman pengunjung demi mendapatkan gambar dari sudut yang tidak banyak diambil oleh pengunjung lain. <br />
<br />
Di saat kepanikan melanda, tiba-tiba datang anjing baik hati penunjuk jalan tadi. Dia berlari kencang dari salah satu sisi bukit dan menghadang dua anjing 'galak' yang berusaha menyapa saya ini. Mereka saling menggonggong hingga bergulat dan saling berguling. Saya sampai ketakutan dibuatnya. Takut kalau-kalau si anjing baik hati ini terluka.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSSDOkUFGxjOb9tbI7gqIvxpDyORxc-1eMStzeS4EIw_cc8UuysjJ_v-j2a9JkQxh0lbs6USYR-kuoCakAsqMIVBHujm2lmD2EbUsnCv5xVJHnxWRwPtDCKP9qAqZMmuJqJRhCnHJdsw8/s1600/DSCF4695.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSSDOkUFGxjOb9tbI7gqIvxpDyORxc-1eMStzeS4EIw_cc8UuysjJ_v-j2a9JkQxh0lbs6USYR-kuoCakAsqMIVBHujm2lmD2EbUsnCv5xVJHnxWRwPtDCKP9qAqZMmuJqJRhCnHJdsw8/s400/DSCF4695.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Anjing liar yang berusaha 'menyapa' saya di atas bukit <b>Desa Goreme</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya amati terus tingkah anjing-anjing tersebut hingga saya melewatkan sebuah momen keranjang dengan balon raksasa melintas di ngarai sisi sebelah saya berdiri. Belakangan, saya baru sadar bahwa itu adalah bentuk canda gurauan anjing dengan kawanannya. Mereka tidak ada yang terluka sama sekali. Setelah berguling-guling, menggonggong lagi beberapa kali, dan berguling-guling lagi, akhirnya mereka membubarkan diri dan berlari ke arah yang berbeda. Sungguh labil sekali. Dan sungguh membuat saya jadi deg-degan dibuatnya.<br />
<br />
Yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa anjing ini seperti begitu protektif (atau bahkan posesif) dengan keberadaan saya? Saya tahu ada beberapa kawan pernah bilang bahwa anjing itu hewan yang paling setia. Tapi kan, itu karena kawan-kawan saya yang merawat dan menyayangi mereka setiap hari. Nah ini? Saya tidak ada ikatan emosional apa-apa sebelumnya dengan anjing ini. Bahkan, sejauh yang saya ingat, tidak pernah berinteraksi secara langsung sebelumnya.<br />
<br />
Saya hanya melihatnya sekali saat pertama kali sampai di <b>Desa Goreme</b>. Melihatnya lagi saat sedang berada di <b>Goreme Open Air Museum</b>. Tapi, saya hanya melihatnya dari kejauhan. Tidak dalam jarak dekat sekali. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAYN3GoywB4_6mMFEbTH2pBzmdYQmcZ6Hxb4xFCRjEI4kH5p1fh-8nYSL-fsuGDLXLviQYiK79OkKIX03wDU17qT2GbBHU8V6QiAGmQsLS-7pzW6QGe26IFtrN15At3u8Pm7dffFADxSo/s1600/F7CCA1CF-81AD-469E-8F9B-CFE6D56840A21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1225" data-original-width="1600" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAYN3GoywB4_6mMFEbTH2pBzmdYQmcZ6Hxb4xFCRjEI4kH5p1fh-8nYSL-fsuGDLXLviQYiK79OkKIX03wDU17qT2GbBHU8V6QiAGmQsLS-7pzW6QGe26IFtrN15At3u8Pm7dffFADxSo/s400/F7CCA1CF-81AD-469E-8F9B-CFE6D56840A21.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menikmati Atraksi Balon Udara di Belakang Rumah Nenek 😋😘 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung matahari mulai terbit dan balon-balon mulai beterbangan di sisi bukit yang lain, saya duduk santai di sisi bukit yang menghadap kota. Ada perasaan tenang di sana. Aktivitas warga mulai bergeliat dan lampu-lampu kota mulai padam. Anjing baik hati tadi ikut duduk di samping saya, menikmati panorama <b>Cappadocia</b> dengan balon-balon udara menghiasi angkasa.<br />
<br />
Diam-diam, kawan saya dari <b>Suriname</b> mengabadikan momen indah ini dari belakang. Menurutnya, persahabatan misterius antara saya dan anjing ini manis sekali. Seperti ada sahabat setia yang diam-diam menyimpan rasa kagum sekaligus berusaha melindungi. Kuping saya menghangat. Hidung saya kembang kempis mendengarnya. Apapun sebutannya, saya merasa bahwa anjing ini merupakan salah satu malaikat penjaga yang ditugaskan untuk mengawasi dan melindungi saya selama di <b>Cappadocia</b>. Saya bahagia dan tak merasa bosan untuk terus mengingatnya. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com12tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-8048391370978928112020-01-19T10:08:00.000+07:002020-01-21T07:23:54.245+07:00Balon Raksasa di Langit Cappadocia<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI2ICKK3AZwcXWtWRhbB7-OxCoFJx2zKLCHRQy6opiIzrTjLCSNRbRr-tBxbkoKAL0znwKOaQQqE3z00OAhyg3-MT-jye1L2nYzl-EdrZ3_-iI3noms8BFOVAvLaiBiMgH4f6iZhbRw_Y/s1600/DSCF4721.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI2ICKK3AZwcXWtWRhbB7-OxCoFJx2zKLCHRQy6opiIzrTjLCSNRbRr-tBxbkoKAL0znwKOaQQqE3z00OAhyg3-MT-jye1L2nYzl-EdrZ3_-iI3noms8BFOVAvLaiBiMgH4f6iZhbRw_Y/s400/DSCF4721.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Up In The Air</i> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b>Cappadocia</b> yang menghampar di jantung <b>Anatolia</b>, <b>Turki </b>kerap dijadikan rujukan untuk wisata balon udara. Meski bukan satu-satunya, tapi balon udara <b>Cappadocia</b> hampir selalu dijadikan <i>bucket list </i>oleh kebanyakan pejalan dari seluruh dunia saat mengunjungi <b>Turki</b>. Saya saja sampai bosan ditanya orang-orang di bus saat menuju <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/teroka-cappadocia.html" target="_blank"><b>Desa Göreme</b></a>.<br />
<br />
"Mau naik balon udara ya," duga mereka.<br />
<br />
Begitu populernya wisata balon udara ini sampai-sampai setiap penginapan pun sepertinya bisa mengurus pendaftaran paket wisatanya. Harganya bervariasi, tergantung kapasitas keranjang dan jumlah peserta yang ikut. Berkisar antara US $140-$200. Jumlah yang cukup 'mahal' jika dibandingkan dengan keseluruhan biaya yang saya keluarkan untuk <b>#TurkeyTrip</b> ini.<br />
<br />
<a name='more'></a>"Sepadan kok dengan pengalaman yang didapat. Kamu bisa lihat betapa meriahnya balon udara di <b>Cappadocia</b>. Kalau cuaca cerah, bisa jadi sampai 200 balon yang mengangkasa," kata Emre, resepsionis tempat saya tinggal selama di <b>Göreme</b>. <b> </b> <br />
<br />
Berhubung hanya 'mampir' saja di <b>Göreme </b>dan tidak tinggal lama, saya sengaja tidak mendaftar untuk ikut tur balon udara. Sebagai gantinya, saya akan menikmati panorama <b>Cappadocia</b> dan atraksi balon udara dari bukit di belakang penginapan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYxcuZJN4Z5CzUPFyMfj0IMpmYaW5BRyZyq6R0FjSH6h45zDWU2PYXelDqWJvQ23QbCyNxtc8cowwj1-ljJP_yvm2goJLPQwjXN0S-fM_Xgb-6ZyN0JYD_gJi9NgG62uB7HFGKaov3gx0/s1600/DSCF4672.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYxcuZJN4Z5CzUPFyMfj0IMpmYaW5BRyZyq6R0FjSH6h45zDWU2PYXelDqWJvQ23QbCyNxtc8cowwj1-ljJP_yvm2goJLPQwjXN0S-fM_Xgb-6ZyN0JYD_gJi9NgG62uB7HFGKaov3gx0/s400/DSCF4672.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: 'Bandara' Balon Udara :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Demi tidak mau melewatkan atraksi 'spektakuler' balon udara, saya sudah bangun sejak pukul 04.00 pagi waktu <b>Göreme</b>. Saya keluar kamar untuk melihat cuaca. Langit tampak cerah. Bintang bertaburan di seantero langit berpadu dengan kerlip lampu-lampu di penjuru desa.<br />
<br />
Namun, suhu pagi itu begitu dingin membuat gigil. Gila. 0 derajat Celcius. Pengalaman pertama dibekap suhu kulkas di kawasan terbuka. Saya segera kembali ke kamar yang memang dilengkapi dengan pemanas ruangan. Untuk menghangatkan badan, saya mandi air panas. Setelah salat subuh, bersama kawan dari <b>Suriname</b> yang menginap di sebelah kamar, saya berangkat menuju bukit di belakang penginapan.<br />
<br />
Meski lokasinya persis di belakang penginapan, saya harus memutar melewati jalan melingkar dan berliku untuk sampai ke puncak bukit. Jalurnya berupa jalan setapak yang melewati kompleks rumah-rumah batu <b>Desa</b> <b>Göreme</b>. Rasanya seperti berada di dalam labirin. Saya sempat tersesat dan dikejutkan oleh keberadaan anjing galak. Untunglah bantuan datang tepat waktu entah dari mana. <b> </b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixTPNMyrxaa0npyC3M2zch0Xll5_g7cX2LKh_3OdZbJUKqp66YOU6dEIScmnHKbxUxWMSDqSQn4AbPmc6CQUNzlzf15SdLdOEZf87BOAqX7YrCBtc6q-Xn10RjSN-JReP9FhAu3HhiL1s/s1600/DSCF4692.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixTPNMyrxaa0npyC3M2zch0Xll5_g7cX2LKh_3OdZbJUKqp66YOU6dEIScmnHKbxUxWMSDqSQn4AbPmc6CQUNzlzf15SdLdOEZf87BOAqX7YrCBtc6q-Xn10RjSN-JReP9FhAu3HhiL1s/s400/DSCF4692.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Balon-Balon Udara Mulai Mengudara :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya 'diselamatkan' oleh seekor anjing baik hati dan dituntun langkahnya menuju jalan tembus lain yang lebih dekat untuk menuju bukit. Begitu sampai di sebuah dataran lapang di atas bukit, sudah banyak pengunjung yang menunggu atraksi balon udara. Untung belum mulai. Langit masih gelap.<br />
<br />
Dari ketinggian, saya bisa melihat jalanan <b>Desa</b> <b>Göreme </b>yang mulai ramai lalu lalang kendaraan pengangkut balon udara. Mereka berhenti di sebuah tanah lapang tak jauh dari lokasi <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/bertamu-ke-rumah-flintstones.html" target="_blank">Göreme Open Air Museum</a>. </b>Dengan jarak yang diatur sedemikian rupa sehingga tetap rapi, satu persatu balon udara mulai mengembang. 'Kompor' pemanas balonnya bersuara keras layaknya kompor gas tukang gorengan. Meski jauh, saya bisa mendengar suaranya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVvmRZbI6bAnugbKIGEehgiKAYFlCTsX9cM6Lp7h_TGhdMrULA8p0Fsa8o_S16hhHBrPFsf7hR6WyDfWZL7ACob_gmetfFNlwV5zE0FGdpy08qwWBVdWIlhSyhyj64XfnvE_u8-njQvY/s1600/DSCF4705.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuVvmRZbI6bAnugbKIGEehgiKAYFlCTsX9cM6Lp7h_TGhdMrULA8p0Fsa8o_S16hhHBrPFsf7hR6WyDfWZL7ACob_gmetfFNlwV5zE0FGdpy08qwWBVdWIlhSyhyj64XfnvE_u8-njQvY/s400/DSCF4705.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Desa Göreme</b> dengan Taburan Balon Udara (1) :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Begitu semburat kemerahan di langit mulai mencuat, satu persatu balon mulai mengudara. Dari prosesnya terbang, saya mengamati balon-balon ini bergerak mulus saat mengangkasa. Dari Emre juga saya tahu bahwa balon-balon ini dipandu oleh seorang pilot balon udara yang bersertifikat. Jadi, mereka memang sudah terlatih untuk menerbangkan dan menurunkan balon di titik yang dituju.<br />
<br />
Tak membutuhkan waktu lama sejak balon-balon tersebut mulai mengudara, langit <b>Cappadocia </b>segera saja ditaburi dengan bola bulat warna-warni dalam berbagai ukuran. Saya memperkirakan jumlahnya lebih dari 100 balon pagi itu saking rekatnya.<br />
<br />
Entah mengapa, tiba-tiba saja saya merasa sedang berada di negeri antah berantah. Kombinasi lanskap yang dijejali batu-batu berbentuk aneh, dipadu dengan warna-warni balon udara dengan berbagai ukuran, panorama yang disajikan begitu ajaib dan mengundang decak kagum. Saya tak henti-hentinya mengucap <i>subhanallah</i> saat menyaksikan panorama ini. Pantas saja orang rela datang jauh-jauh dan membayar mahal untuk menikmati pengalaman ini. Saya yang tidak naik balon saja bisa merasakan keajaiban itu, apalagi yang menikmatinya dari langit <b>Cappadocia</b>. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3qXWWSwf3bc9GrZJ0J9w5ORyoYO3_6SzfWi_c2_80uTOlt10eZL0lvmSCr-58EkTrIMfJLYdqcHkKSQ7pZyHif49WyojBYzeyvTgOHA6OMKDDFwf6Wbkkbu-CWlSWWTQxcIQcf2l4sjo/s1600/image_6483441+%25282%25291.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1038" data-original-width="742" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3qXWWSwf3bc9GrZJ0J9w5ORyoYO3_6SzfWi_c2_80uTOlt10eZL0lvmSCr-58EkTrIMfJLYdqcHkKSQ7pZyHif49WyojBYzeyvTgOHA6OMKDDFwf6Wbkkbu-CWlSWWTQxcIQcf2l4sjo/s400/image_6483441+%25282%25291.jpg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i><b>Wingardium Leviosa</b></i> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Balon-balon ini beterbangan ke sana ke mari di selingkungan <b>Desa</b> <b>Göreme </b>dan sekitarnya. Saya amati arah terbangnya membelakangi matahari terbit. Mungkin biar tidak silau. Dari bukit tempat saya berdiri, balon-balon ini melayang di atas rumah-rumah warga, di hamparan tanah gersang., meliuk-liuk di antara pilar batu, dan mengudara lagi di ketinggian tertentu. Semua tampak menyebar dengan ketinggian terukur. <br />
<br />
Saya tiba-tiba teringat dengan balon-balon udara yang diterbangkan secara amatir di <b>Indonesia</b>. Beberapa diprotes dan dianggap mengganggu lalu lintas udara karena memang tidak berizin, tidak diukur dan dikendalikan proses terbang dan mendaratnya, hanya mengejar euforia terbangnya balon udara saja. Balon tampak bebas saja mengudara sehingga berpotensi mengganggu lalu lintas udara. Begitu berbahayanya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz8NMHhhoK-tr5YMSEV6QQ-qRRmHZIJ9P_t8ZtntByFP3VLcEXfHZ1W4QXDAW5AoIwS7K6ta3J_gWuqjy9d8I7BfhnVvrlccahf3KO3MGavdGHwNL2YW-PM9RYDeDWEOvPcSNPUaw44yA/s1600/DSCF4701.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgz8NMHhhoK-tr5YMSEV6QQ-qRRmHZIJ9P_t8ZtntByFP3VLcEXfHZ1W4QXDAW5AoIwS7K6ta3J_gWuqjy9d8I7BfhnVvrlccahf3KO3MGavdGHwNL2YW-PM9RYDeDWEOvPcSNPUaw44yA/s400/DSCF4701.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Desa</b> <b>Göreme</b> dengan Taburan Balon Udara (2) :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski bergerak dengan lambat, balon-balon udara <b>Cappadocia</b> cepat sekali berubah formasi. Saya sampai harus berlari ke sana ke mari untuk mengambil gambar terbaik agar tidak ketinggalan momen. Beberapa saya nikmati dengan mata telanjang. Beberapa yang lain saya abadikan dengan kamera.<br />
<br />
Keasyikan dalam mengambil gambar balon udara, saya sampai tidak merasa sudah terpisah dari kerumunan pengunjung. Saya berada di ujung sebuah bukit yang menghadap bagian lain dari <b>Desa</b> <b>Göreme</b>. Sendirian. Saya melihat bebatuan yang lebih unik daripada yang sudah saya lihat di <b>Göreme Open Air Museum. </b><br />
<br />
Selain lembah dengan hamparan stepa, pilar-pilar aneh berbentuk alat kelamin pria dalam ukuran superlatif berjejer seperti rudal perang. Saya sampai terbengong dibuat takjub berkali-kali. Lalu tersenyum geli. Betapa alam begitu lembut mengukir batuan menjadi bentuk-bentuk aneh yang mencengangkan. Dan betapa besar kuasa Ilahi membuatnya demikian.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghd65k-uqP-1LrejfnXv9uU5Wg4LsxkvzwetdEXlIGH6BnPiZoqYnQ9fsRf4BRtJgdyYHApiLBcE2unDEM_ZnS-2HWOQEuWIOj71bRd1LmlY-UDsC7OENW_iUo314RhIzcdIqRk8wKJl8/s1600/DSCF4751.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghd65k-uqP-1LrejfnXv9uU5Wg4LsxkvzwetdEXlIGH6BnPiZoqYnQ9fsRf4BRtJgdyYHApiLBcE2unDEM_ZnS-2HWOQEuWIOj71bRd1LmlY-UDsC7OENW_iUo314RhIzcdIqRk8wKJl8/s400/DSCF4751.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Batu-Batu yang Mirip dengan Nganu 😋 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lalu tiba-tiba, entah dari mana datangnya, saya digonggongi oleh dua ekor anjing yang muncul dari semak-semak. Ukurannya besar sekali. Saya sampai kaget dan dibuat berdebar. Mampus deh. Mana jauh pula dari orang-orang kalau harus teriak minta tolong. <br />
<br />
Melihat kepanikan saya, semesta sepertinya begitu cekatan memberikan pertolongan. Seekor anjing baik hati yang tadi menuntun saya menuju bukit, menggonggong dengan keras dan berlari kencang ke arah saya seperti hendak melindungi dari dua anjing galak tadi. Saya pun berusaha tenang. Anjing-anjing ini bergelut seperti bercengkerama dan berkejaran sehingga membuat saya bisa mengendap perlahan untuk kembali menuju kerumunan orang.<br />
<br />
Dalam perjalanan menuju kerumuman, saya kembali 'menemukan' sisi lain <b>Desa</b> <b>Göreme </b>yang sudah dibangun menjadi sebuah kompleks penginapan premium dengan masing-masing kamar dalam satu batu karang. Terlihat privat sekali areanya. Kamar-kamar ini dihubungkan dengan jalan setapak berundak. Tapi, begitu tahu kalau di suatu sudut penginapan premium tadi 'dijaga' oleh anjing galak yang juga menggonggong ke sana ke mari di bawah sana, saya segera melipir menuju kerumunan pengunjung. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7hMCO0NDu0B73mm_5YsBqclCaI59-yAIH_6y4UJlzVmmfL0gwTsmSt4pHvAOeZuQL3KWe-VSOVcNMJDBP63rVlIghd39Z4ZRBemskkgd3b16P1ACrKIso7BM_ZF4d5AeK68a-Sazlf7E/s1600/DSCF4690.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7hMCO0NDu0B73mm_5YsBqclCaI59-yAIH_6y4UJlzVmmfL0gwTsmSt4pHvAOeZuQL3KWe-VSOVcNMJDBP63rVlIghd39Z4ZRBemskkgd3b16P1ACrKIso7BM_ZF4d5AeK68a-Sazlf7E/s400/DSCF4690.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Sudut Lain di Kawasan Sunrise Point <b>Desa Göreme</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Matahari mulai merekah di ufuk timur. Balon-balon udara juga banyak yang sudah mendarat. Atraksi balon udara memang tidak lama. Durasinya sekitar satu hingga satu setengah jam. Saya menikmati beberapa balon udara yang masih melayang di kejauhan dengan duduk-duduk santai di bibir tebing yang menghadap desa. Suasananya sungguh tenang sekali. Tiba-tiba, anjing baik hati tadi bergabung dengan saya, menikmati suasana <b>Desa</b> <b>Göreme </b>yang mulai menggeliat.<br />
<br />
Saya benar-benar dibuat tercengang dengan beberapa kejadian pagi ini. Perasaan seperti campur aduk antara takjub dengan panorama yang sungguh <i>magical</i> dan pengalaman unik yang tidak akan pernah saya lupakan. Perjalanan memang kerap memberikan kejutan, perlahan-lahan mengantarkan kita pada kejadian ajaib, hingga akhirnya mengendap menjadi kenangan tak terlupakan. Untuk itulah, saya pikir, perjalanan-perjalanan ini harus tetap dilakukan. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com28tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-11559078048092873772020-01-12T15:37:00.000+07:002020-01-14T14:15:37.749+07:00Bertamu ke Rumah Flintstones<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI9nuQHr0AdJWCSmm9Aaeercs-WrQuBReQJ_jge9Og2weF6yHpK9qLsIIuudf0V3F9gszDyQXPaIw9T-_cb4F0XaDA_M7AEZAMZzqIY3vWCBOX5HMTQYk3Xae0y2HLuyDDIsUHAHLHqcY/s1600/DSCF4584.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjI9nuQHr0AdJWCSmm9Aaeercs-WrQuBReQJ_jge9Og2weF6yHpK9qLsIIuudf0V3F9gszDyQXPaIw9T-_cb4F0XaDA_M7AEZAMZzqIY3vWCBOX5HMTQYk3Xae0y2HLuyDDIsUHAHLHqcY/s400/DSCF4584.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Welcome Home </i>🍁🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di antara rimbunan pilar aneh yang membentuk kawasan <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2020/01/teroka-cappadocia.html" target="_blank">Cappadocia</a>, </b>kompleks gua di <b>Göreme Open Air Museum </b>disusun oleh batu-batu dengan lanskap yang paling menarik. Lokasinya ada di pinggir jalan raya antara <b>Urgup</b> dan <b>Göreme</b>. Jika tidak ikut tur, kompleks gua kuno ini bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik sepeda dari <b>Desa Göreme</b>.<br />
<br />
Di suatu sore yang cerah, dalam perjalanan mengunjungi <b>Taman Nasional Göreme</b>, saya menyempatkan diri untuk mampir ke museum ini. Sekilas, fasadnya memang sama saja dengan gua-gua batu yang tersebar di seluruh <b>Cappadocia</b>. Tapi di sini, gua-guanya sudah rapi, lebih terawat, dan beberapa jalannya dibuat jalur berundak supaya lebih mudah dilalui.<br />
<br />
<a name='more'></a>Yang membuatnya istimewa, <b>Göreme Open Air Museum</b> merupakan bekas kompleks biara dengan gereja-gereja kuno yang dipahat di dalam perutnya. Saya melangkah masuk diliputi keheningan. Angin bertiup sepoi, menerpa dahan-dahan kering yang melambai. Seekor anjing berlarian ke sana ke mari, asyik bermain untuk menarik perhatian pengunjung yang berbicara dengan berbisik.<br />
<br />
Rupanya, sebagian aturan memasuki rumah ibadah berlaku juga untuk tempat ini. Saya pun dengan tertib mengikutinya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT31fol2uOZwYT78zYonKQwvXXHFrujV-PBVR6It-rnw8XdBtBBrxsJ-L4H9oFPydQhzpwgIwx1c1LnZgNynh7VsFBr2EzFtml_Bg1msXkoccPB12ot2jttkLGx-Eayaq3brt4XbyUXQU/s1600/DSCF4460.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgT31fol2uOZwYT78zYonKQwvXXHFrujV-PBVR6It-rnw8XdBtBBrxsJ-L4H9oFPydQhzpwgIwx1c1LnZgNynh7VsFBr2EzFtml_Bg1msXkoccPB12ot2jttkLGx-Eayaq3brt4XbyUXQU/s400/DSCF4460.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Desa Göreme</b> dilihat dari ketinggian :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebelum memasuki gua-gua, saya terpikir untuk mengikuti langkah anjing tadi. Maklum, sepertinya tak ada yang memerhatikan tingkah anjing tadi selain saya dan seorang perempuan dari <b>Jepang</b>. Anjing ini berlari ke arah semak-semak, seperti akan terjun ke arah jurang. Saya ikuti langkahnya dan saya terhenti di suatu titik. Saya melihat dari kejauhan. Terlihat <b>Desa Göreme</b> membentang layaknya dikepung bebatuan runcing. Sungguh memukau dan mengundang decak kagum. <br />
<br />
Setelah dibantu untuk mengambilkan gambar dengan latar <b>Desa Göreme</b> oleh turis <b>Jepang</b>, saya kembali menyusuri jalur tur ke gua. <br />
<br />
Ceruk-ceruk yang membetuk gua di kompleks <b>Göreme Open Air Museum </b>mengingatkan saya akan tokoh kartun <b>Flinstones</b>. Meski sekarang sudah tidak dihuni lagi, zaman dulu gua-gua ini merupakan sebuah kompleks biara lengkap dengan gereja, kamar, dapur, gudang, dan tempat pemakaman para santo.<br />
<br />
<b></b>
Berhubung jalan sendiri, mencuri dengar penjelasan dari pemandu yang membawa rombongan tur dari <b>Eropa</b>, saya seperti belajar kembali sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan. Di abad ke-4 Masehi, tiga teolog terkenal yaitu <b>Saint Basil The Great</b>, <b>Saint Gregory of Nysaa</b>, dan <b>Saint Gregory of Nazianzus</b> menyebarkan ajaran Kristiani di kawasan <b>Cappadocia</b>. Itulah mengapa nama <b>Cappadocia</b> ada di kitab <b>Injil Perjanjian Baru </b>karena kawasan ini merupakan wilayah penyebaran agama Kristen masa awal.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6nAEDOWN0uXVWsSGqVwWlC4c3P_5g4UcxXdCK355cag5vQNyL50OC_IdTN6MkrU0sv5Qqy3MJ9W185KzY4jlZb-PBFDLe74ebjMjQJKGdsA5hMZQAUwip3aOcrq0pk2pXSCgeB87eqTo/s1600/DSCF4498.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6nAEDOWN0uXVWsSGqVwWlC4c3P_5g4UcxXdCK355cag5vQNyL50OC_IdTN6MkrU0sv5Qqy3MJ9W185KzY4jlZb-PBFDLe74ebjMjQJKGdsA5hMZQAUwip3aOcrq0pk2pXSCgeB87eqTo/s400/DSCF4498.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Serasa di Negeri Dongeng :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Ada lebih dari sepuluh gereja yang tersebar di dalam kompleks <b>Göreme Open Air Museum. </b>Di antaranya yaitu <b>Saint Barbara Church</b>, <b>Apple Church</b> (<b>Elmali</b>), <b>Snake Church</b> (<b>Yilanli</b>), <b>Dark Church </b>(<b>Karanlic Kiriche</b>), <b>Carikli</b> (Sandal) <b>Church</b>, dan <b>Buckle</b> (<b>Tokali</b>) <b>Church</b>. Gereja-gereja tersebut dibangun sekitar tahun 900-1200 Masehi.<br />
<br />
Seperti halnya saat berkunjung ke wisata gua di <b>Indonesia</b>, cara paling mudah untuk 'menikmati' dan mengagumi keunikan setiap gereja yang ada di sini adalah dengan mengikuti petunjuk arah yang disebar di setiap sudut jalur tur. Jalannya sudah dipaving blok, jadi lumayan nyaman untuk jalan kaki. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzQkc4CGhO5k3sXVi0oG90MawFFtY86hY6v6Pk2XUobSVfDCcJHzpFLhHtpGOo6y-J8ePoI5zRzroU1La1UiCgeMki1hjOVRnwTCGXckJFZg06p49h5_u6T6cD193wYpYGQZYRelhgLr4/s1600/DSCF4479.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzQkc4CGhO5k3sXVi0oG90MawFFtY86hY6v6Pk2XUobSVfDCcJHzpFLhHtpGOo6y-J8ePoI5zRzroU1La1UiCgeMki1hjOVRnwTCGXckJFZg06p49h5_u6T6cD193wYpYGQZYRelhgLr4/s400/DSCF4479.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Jalan Menuju ke 'Lubang' Gereja <b>Eumali </b>:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Ukuran gereja dalam gua di <b>Göreme Open Air Museum </b>terbilang sempit mengikuti besaran pilar yang dipahat. Meski tidak ada pendingin udara, memasuki dalam gereja rasanya sejuk sekali. Sirkulasi udara diatur sedemian rupa sehingga penghuni di dalamnya tidak merasa pengap. Saya membayangkan dan mendapatkan secercah jawaban mengapa zaman dahulu orang-orang ini bisa bertahan lama bersembunyi di tempat yang sering ditempa perubahan suhu dan cuaca yang ekstrim seperti di <b>Cappadocia</b>.<br />
<br />
Yang tak membuat bosan, interior gereja di dalam gua-gua ini dilukis dengan <i>fresco</i> berupa mozaik bernuansa ajaran Kristiani. Ada mozaik <b>Yesus Pantokrator</b>, <b>Bunda Maria</b>, dan santo yang menjadi pengikut <b>Yesus</b>. Mozaik ini merupakan beberapa peninggalan gaya <b>Byzantium</b> yang masih terawat hingga sekarang.<br />
<br />
Namun, saya perhatikan mozaik-mozaik unik yang menempel di langit gereja ini kehilangan mata. Hampir semuanya demikian. Ternyata, bukan saya saja yang merasakan kejanggalan tersebut. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmbpYW5MC7wOTgo3sl8TiX5LeER-Bx-winRGpSUwxlGSlQy2KyNTv2LFdBIDHvzvryFMyH3qbGoTgraPSHJp6MPoCt8_08dZylJ5l0OYHVf06Y44AzfgK9M5pdRVTlG7OKdC4_2bAuFk/s1600/DSCF4485.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpmbpYW5MC7wOTgo3sl8TiX5LeER-Bx-winRGpSUwxlGSlQy2KyNTv2LFdBIDHvzvryFMyH3qbGoTgraPSHJp6MPoCt8_08dZylJ5l0OYHVf06Y44AzfgK9M5pdRVTlG7OKdC4_2bAuFk/s400/DSCF4485.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mozaik <b>Yesus Pantokrator</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
"Dulu, masih ada warga lokal yang percaya dengan takhayul. Mereka berusaha menghapus bagian mata setiap mozaik tersebut karena dianggap sebagai simbol 'mata setan' yang kerap membawa sial," kata Pemandu yang menjawab keheranan seorang peserta tur. <br />
<br />
"Tapi, tenang saja. Nanti di dalam <b>The Dark Church</b>, kita dapat menikmati mozaik seperti ini dengan kondisi masih utuh. Mozaik di sana bisa selamat dan terawat hingga sekarang karena sempat tertutup sarang dan kotoran burung. Sungguh, cara Tuhan yang sangat ajaib bukan untuk menjaga salah satu ciptaannya," lanjut Sang Pemandu memberikan penjelasan dengan terperinci.<br />
<br />
Memang tidak semua gereja dilukis sosok suci dalam ajaran Kristiani. Di beberapa dinding, lukisannya hanya berupa simbol salib saja. Saya baru tahu bahwa pemahaman ini mengikuti ajaran dalam agama Islam yang menghindari (atau bahkan melarang) menggambarkan makhluk hidup di dalam rumah ibadah.<br />
<br />
Pemahaman tersebut berkembang pada tahun 725-845 Masehi atau dikenal dengan periode ikonoklastik. Setelah periode tersebut usai, mozaik orang-orang suci mulai menghiasi kembali langit-langit gereja. Bahkan dengan warna yang lebih meriah. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLPBhBqkPjxPjtZstJx0HNsrCD2L3jDrO4HmAeUg2q9zV5l2TuAwD8IGdD082SPvoxU2T_-H5Ayu4E9LtvReIQm-X-FVwnPvCyoalTcYg1aPMpBVD8sdALpmpjqPg1jqZfi-_BocnzxDY/s1600/DSCF4534.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLPBhBqkPjxPjtZstJx0HNsrCD2L3jDrO4HmAeUg2q9zV5l2TuAwD8IGdD082SPvoxU2T_-H5Ayu4E9LtvReIQm-X-FVwnPvCyoalTcYg1aPMpBVD8sdALpmpjqPg1jqZfi-_BocnzxDY/s400/DSCF4534.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pintu-Pintu 'Gua' di Dalam Batu :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Melihat betapa indahnya mozaik-mozaik ini dan begitu terawatnya hingga sekarang, saya tak kuasa untuk mengabadikannya sebagai kenang-kenangan. Sebenarnya, pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil gambar
bagian dalam gereja. Apalagi mozaik yang ada di langit-langitnya.<br />
<br />
"Lampu
blitz bisa merusak kelestarian dari mozaik-mozaik itu," kata Pemandu
memberi penjelasan dengan sabar.<br />
<br />
Berhubung alasannya karena itu, saya
sempatkan mengambil satu-dua foto saja dengan memakai kamera ponsel.
Tentu tanpa lampu blitz. 🙈🙏 (Jangan dicontoh!). Meski pemandunya diam saja, tetap saja saya merasa bersalah. <br />
<br />
Saya berjalan lagi mengikuti alur jalur tur. Gua-gua ini sebenarnya menampilkan hal-hal yang kurang lebih sama. Saya tidak tahu dulunya seperti apa. Dengan banyaknya jumlah gereja di lokasi yang sangat berdekatan, saya asumsikan kompleks ini sebagai kompleks perumahan dengan mushala-mushala yang jemaahnya berasal dari gua-gua yang ada di dekatnya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3kCTNJbk1eprFSFO0pMgL03q3tePHIUX5hUo2dIAkTYEXT611hFB693gSVUBCYUeXX0vPh2zaK9yizHtBbXobeFo6m9Gbuc1rBkOiv3Go7QWKTGnWMH5Gr9Swv5Spy_HUjuM4lvdzlc/s1600/DSCF4469.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjf3kCTNJbk1eprFSFO0pMgL03q3tePHIUX5hUo2dIAkTYEXT611hFB693gSVUBCYUeXX0vPh2zaK9yizHtBbXobeFo6m9Gbuc1rBkOiv3Go7QWKTGnWMH5Gr9Swv5Spy_HUjuM4lvdzlc/s400/DSCF4469.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Makam di Salah Satu Gereja Bawah Tanah :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di salah satu ruangan bawah tanah sebuah gereja, saya melihat ada beberapa liang lahat yang berisi kerangka para santo di masa lalu. Tulang-belulang tersebut dibiarkan seperti aslinya dan dilapisi sebuah kaca dengan penerangan cukup agar tetap terlindungi sekaligus mudah untuk diamati oleh pengunjung. <br />
<br />
Beberapa gua saya jangkau dengan meniti anak tangga. Bahkan, secara bergantian dengan pengunjung lain, saya antri tertib untuk memasuki salah satu ruangan gua paling atas. Meski kemiringan saat mendaki dan turunnya sangat curam, tapi begitu sampai di atas, panorama yang disajikan memang sungguh spektakuler. <b>Desa Göreme </b>membentang indah di kejauhan.<br />
<br />
Saya membayangkan, sebelum ada tangga ini, manusia penghuni gua ini
pastilah orang-orang tangguh yang sudah ditempa untuk menjelajah alam.
Untuk bisa istirahat dan terlindung saja mereka harus membutuhkan tenaga
dan usaha yang keras. Makanya, saya selalu terbayang dengan kehidupan
serupa <b>Flinstones</b> saat menyaksikan sendiri keadaan gua-gua di sini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglG9H2yXNF5So4cnm3oI7Ok7hwLLA4IThqCSBsgAdQL09_cMbSqmWkL02fxYiP-4psh1M8sGz_LZqrVyE7Ii2N-pbqYDKr649sCn599zae7tBz-IIpVA95BTt0uq_89QclkjZTXUAIVXY/s1600/DSCF4523.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglG9H2yXNF5So4cnm3oI7Ok7hwLLA4IThqCSBsgAdQL09_cMbSqmWkL02fxYiP-4psh1M8sGz_LZqrVyE7Ii2N-pbqYDKr649sCn599zae7tBz-IIpVA95BTt0uq_89QclkjZTXUAIVXY/s400/DSCF4523.JPG" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Gua Paling Atas dengan Panorama <b>Desa Göreme </b>:. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dalam perjalanan kembali ke pintu keluar, saya menyaksikan lagi
panorama yang sungguh asing dan aneh. Antara berada di bulan atau di
padang gurun <b>Ababwa</b> dalam kisah <b>Aladdin</b>. Jalan yang
berliku bersisian manis dengan gua-gua yang bermuara di kaki
sebuah bongkahan batu. Bentuknya seperti dalam latar sebuah film
fantasi atau negeri dongeng para peri. Saya berjalan pelan menyusurinya untuk menuju pintu keluar. <br />
<br />
Matahari senja telah bergelayut teduh. Angin tak lagi berhembus sepoi. Di pintu keluar kompleks <b>Göreme Open Air Museum </b>terdapat
sebuah toko suvenir. Pengunjung bisa membeli cenderamata berupa kartu
pos, magnet kulkas, gantungan kunci, dan sebagainya. Saya melewatkan
belanja di toko ini karena ingin belanja oleh-oleh di <b>Desa</b> <b>Göreme </b>saja yang harganya tentu jauh lebih murah.<br />
<br />
Saya justru buru-buru keluar kompleks ini karena ada satu gereja yang lokasinya berada di luar kompleks <b>Göreme Open Air Museum </b>tapi masih dalam satu kesatuan. Pengunjung cukup menunjukkan tiket masuk <b>Göreme Open Air Museum </b>saja. Lokasinya sekitar 300-an meter sebelah kiri pintu keluar. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfJYJJ2E9PvWThg0dXXx0CDCjv3xpUUdH84rHVDvH8VEHxFNor5ifwju0sE3TtS-y04ZFrn0DIbk6R4bDD2KNX3IWUn9OKi150fKMlmBHJJHIh-VQ10GQynXRiOWxNQPDo7qUiyVmKNkQ/s1600/DSCF4556.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfJYJJ2E9PvWThg0dXXx0CDCjv3xpUUdH84rHVDvH8VEHxFNor5ifwju0sE3TtS-y04ZFrn0DIbk6R4bDD2KNX3IWUn9OKi150fKMlmBHJJHIh-VQ10GQynXRiOWxNQPDo7qUiyVmKNkQ/s400/DSCF4556.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Göreme Open Air Museum</b> dari ketinggian. Seperti Latar sebuah Dongeng :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Gereja ini bernama <b>Tokali Kilise</b>, gereja paling besar di kompleks <b>Göreme Open Air Museum. </b>Dibangun
pada abad 9 Masehi dan menurut saya merupakan gereja paling indah di
kompleks museum. Ruangannya terbagi menjadi empat yaitu <b>The Old Church</b>, <b>The Larger New Church</b>, <b>The Paracclesion</b>, dan <b>The Lower Church</b>. Ruangan-ruangan tersebut dibangun dalam rentang waktu yang berbeda. Dari papan informasi, sesuai namanya, ruangan <b>The Old Church</b> merupakan ruangan pertama yang dibangun yaitu pada abad ke-9. <br />
<br />
Yang membuatnya sangat istimewa, dindingnya dilukis dengan mozaik perjalanan <b>Yesus</b> sejak masa kelahiran hingga kebangkitannya. Gereja ini pernah direstorasi tahun 1980-an sehingga keadaannya paling terawat. Sayang sekali pengunjung
tidak diperbolehkan sama sekali mengambil gambar di dalam gereja. Kali
ini saya pun patuh dan tidak mencuri-curi kesempatan. Saya hanya sanggup
merekamnya dalam ingatan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQjFqCBqhmD47swTBm4fKo_XLz4efjtlejJTePHawk1rKyBlrJE4Ks2AG-ZpugwtexS2uP8EjD8YumjIbAvRR7l4dJBK5nzyIj6jb8WjRJHsuxSvzsesptwbIpBR3ox7_moaftS5oza34/s1600/DSCF4582.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQjFqCBqhmD47swTBm4fKo_XLz4efjtlejJTePHawk1rKyBlrJE4Ks2AG-ZpugwtexS2uP8EjD8YumjIbAvRR7l4dJBK5nzyIj6jb8WjRJHsuxSvzsesptwbIpBR3ox7_moaftS5oza34/s400/DSCF4582.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Toko Cenderamata di Kompleks <b>Göreme Open Air Museum </b>:.<br />
<b></b></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya melangkah keluar dari gereja dan kembali menuju <b>Desa Göreme</b>. Jalan sempit di depannya tampak ramai dengan kendaraan pribadi dan bus yang mengangkut wisatawan. Debu dan angin kering mengepul ke udara. Matahari semakin condong ke barat, menimpa warna keemasan pada pilar-pilar gua batu <b>Cappadocia</b>. Saya merasa kembali menjejak bumi setelah seharian seperti diseret melewati lubang waktu menuju negeri dongeng tempat bersemayamnya para peri. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com26tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-39106277328066657642020-01-05T14:37:00.000+07:002020-01-14T11:47:50.449+07:00Teroka Cappadocia <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-lqJoUvx-w5rzqHazZA1Q7QIk4tZzhyc-63lud6LM-BbojNyYfXCYXB7-Eu_RXzKGuA2Z17wceS1qLyWtgnZOViers4L8M5W7_UeHaPR_e2vs54RCJMRmvgICwPvuy7w_WYiO39bzDbk/s1600/DSCF4431.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-lqJoUvx-w5rzqHazZA1Q7QIk4tZzhyc-63lud6LM-BbojNyYfXCYXB7-Eu_RXzKGuA2Z17wceS1qLyWtgnZOViers4L8M5W7_UeHaPR_e2vs54RCJMRmvgICwPvuy7w_WYiO39bzDbk/s400/DSCF4431.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Welcome to <b>The Fairy Chimneys</b> 🌲😻 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Malam menggelayut sendu saat kereta metro melaju kencang mengantarkan saya menuju <b>Istanbul Central Bus Station (<i>Otogar</i>).</b> Perjalanan kali ini memang sungguh impulsif. Saya hanya mengantongi tiket pergi-pulang <b>Jakarta</b>-<b>Istanbul</b>, salinan visa elektronik, dan beberapa lembar dolar <b>Amerika</b>. Tanpa reservasi hotel dan tanpa tujuan yang jelas. <br />
<br />
Tapi begitu mendarat di <b>Istanbul</b> tengah malam, saya memutuskan untuk segera ke terminal bus dan menuju <b>Cappadocia</b>. Saat melakukan perjalanan, saya kerap berjudi dengan waktu. Dan kali ini, kalau sampai tidak ada lagi bus yang berangkat malam ini juga, terpaksa saya akan bermalam di <b>Istanbul </b>saja. Angin dingin membuat saya terkesiap. Suhunya 12 derajat <b>Celcius </b>malam itu. Cukup hangat untuk cuaca yang baru lepas dari musim dingin.<br />
<br />
<a name='more'></a>Seorang lelaki sepuh berusaha menawarkan bantuan tanpa saya minta. Dia berbicara dalam bahasa <b>Turki</b> yang tidak sepenuhnya saya mengerti.<br />
<br />
"<i>Türkcę konuşamıyorum</i>," kata saya, setengah memotong, menjelaskan kebingungan dalam mencerna maksud ucapannya.<br />
<br />
"<i>Oh</i>, <i>I see</i>. <i>Where are you from?</i>," balasnya.<br />
<br />
"<b>Indonesia.</b>" <br />
<br />
"<i>Merhaba my brother</i>. <i>Welcome to </i><b>Istanbul</b>. <i>Come come</i>," lanjutnya, memberikan kode untuk segera mengikutinya.<br />
<br />
Saya menyusuri kios-kios di <b>Istanbul Otogar</b> dalam dekapan udara dingin. Hampir semua kios sudah bersiap menutup pintu. Saya melirik jam tangan. Sepuluh menit menjelang tengah malam. Di sebuah kios terakhir di ujung terminal, tampak sebuah bus besar dengan kios yang bersiap membukukan kas terakhir hari itu.<br />
<br />
"100 lira. <i>The last bus to</i> <b>Kayseri</b>. <i>You can take a dolmus </i>(sejenis angkot)<i> to</i> <b>Goreme</b>."<br />
<br />
"<i>Teşekkür ederim</i>. <i>Memnun oldum</i>," jawab saya, sembari bergegas naik ke dalam bus.<br />
<br />
<b>Selamat Datang di Desa Goreme</b><br />
<br />
Seperti halnya kalau saya menjelaskan rute dan akomodasi yang harus diambil saat <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2017/12/menyapa-kampung-halaman.html" target="_blank">mudik ke kampung halaman</a>, begitu juga perjalanan kali ini. Saya menempuh setidaknya dua kali penerbangan panjang dan empat kali ganti moda transportasi darat untuk mencapai <b>Goreme</b>, desa paling ramai di kawasan <b>Cappadocia</b>.<br />
<br />
Lanskapnya yang ajaib pertama kali saya kenali di layar komputer bertahun-tahun lampau. Dan dalam sekejap, lanskap serupa tersaji di depan mata. Seolah satu persatu mimpi menjadi kenyataan sesaat setelah saya bangun tidur.<br />
<br />
Saya lihat keluar jendela. Deretan stepa khas kawasan subtropis telah berganti dengan pilar-pilar batu dengan lubang layaknya kandang merpati. Kalau tidak lihat ada banyak mobil dan segala makhluk hidup yang melintas di atasnya, saya merasa sedang berada di bulan. <b> </b><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhroYBzsaRvkL5QK-lzyE8tOhjjxksvbe_W-xRjmYDReMbLuf5u5Y5zchdBuQ0wSjFoApGH6Jz24qXZ6eUUI0wuzfeD4m5Gvi8U_zFzeIjWwyhvhr-pDQbKJwR8laVmZmmRKYxnG1dz0io/s1600/DSCF4594.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhroYBzsaRvkL5QK-lzyE8tOhjjxksvbe_W-xRjmYDReMbLuf5u5Y5zchdBuQ0wSjFoApGH6Jz24qXZ6eUUI0wuzfeD4m5Gvi8U_zFzeIjWwyhvhr-pDQbKJwR8laVmZmmRKYxnG1dz0io/s400/DSCF4594.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Jalanan Menuju <b>Desa Goreme</b> 🍂🍁 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Siang yang terik sekaligus penuh anomali. Udara tetap saja dingin. Saya tidak berkeringat meski dibekap tiga lapis baju hangat. Melihat bentukan saya yang berbeda dengan penumpang lain di dalam <i>dolmus</i>, segera saja banyak orang penasaran dan menaruh pandangan menyelidik namun hangat.<br />
<br />
Seperti yang mulai terbiasa saya rasakan, orang <b>Turki</b> ini sungguh ramah. Apalagi saat tahu kalau saya berasal dari <b>Indonesia</b>. Segala informasi diberikan untuk memastikan saya aman dan nyaman sepanjang perjalanan. Mereka juga merekomendasikan beberapa penginapan yang terjangkau dengan <i>budget </i>saya, makanan halal yang bisa saya cicipi, lokasi atm, terminal, dan beberapa objek wisata wajib kunjung selama saya di <b>Goreme</b>.<i> </i> <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu-kDgGZ2CPGsHgSUgKB9FQ0Q0Ff_EtBENjIttrla2s6wufxrsl19izk7zMS0DXGplKpoTr3eC3noFA318cNRVWH-jG7Ohvz_rZ9iTmFXTs8ZJZCvsGQ5Q7ydM250fQM-APpMTrL_kEI0/s1600/DSCF4656.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu-kDgGZ2CPGsHgSUgKB9FQ0Q0Ff_EtBENjIttrla2s6wufxrsl19izk7zMS0DXGplKpoTr3eC3noFA318cNRVWH-jG7Ohvz_rZ9iTmFXTs8ZJZCvsGQ5Q7ydM250fQM-APpMTrL_kEI0/s400/DSCF4656.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Terus Melangkah 🌲🌳 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya diturunkan di sebuah pertigaan pertama setelah memasuki <b>Desa Goreme</b>. Siang itu tampak sepi. Mungkin karena hari <b>Minggu</b>,
pikir saya. Dua ekor anjing dengan ukuran besar tampak bercengkerama di
ujung jalan. Mereka berlari dan berkejaran layaknya merayakan hari
libur yang seharusnya diisi dengan suka cita.<br />
<br />
Ada banyak toko, cafe, restoran, dan penginapan di desa wisata ini. Jalan-jalannya kecil dan berupa paving blok. Hanya jalan utama saja yang berupa jalan aspal. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWkEuxdzWH_lDhnpWRNxGI9kM55OTjcKbfeJ-yAzDNAPXMeYJcuF404_0PouYXhfwOfS1dtltw2vs_IZqyx8iC0oApd-1OTjGd7d40YDN5x47u0WaeTWvVccnxj4t_7KRpWfEWJ6F6ySs/s1600/DSCF4652.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWkEuxdzWH_lDhnpWRNxGI9kM55OTjcKbfeJ-yAzDNAPXMeYJcuF404_0PouYXhfwOfS1dtltw2vs_IZqyx8iC0oApd-1OTjGd7d40YDN5x47u0WaeTWvVccnxj4t_7KRpWfEWJ6F6ySs/s400/DSCF4652.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Deretan Toko dan Restoran di Desa <b>Goreme</b>, <b>Cappadocia</b> 🌳🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung tidak melakukan reservasi sebelumnya, saya mulai melangkah berkeliling desa untuk mencari penginapan dengan harga terjangkau. Ternyata memang sedang tidak banyak wisatawan berkunjung. Banyak penginapan kosong yang masih tersedia. Saya pun memilih sebuah penginapan murah yang direkomendasikan oleh salah satu penumpang dolmus tadi. Meski tidak mewah, setidaknya ada air panas, penghangat ruangan, dan sarapan. Itu sudah lebih dari cukup buat saya. <br />
<br />
<b>Cappadocia di Depan Mata</b><br />
<br />
Lanskap spektakuler <b>Cappadokia </b>yang sering menghiasi layar komputer ini berada di wilayah <b>Anatolia Tengah</b>. Namun di atas peta, tak ada sebutan resmi demikian. Meski termaktub dalam kitab <b>Injil Perjanjian Baru</b>, istilah <b>Cappadocia</b> hanya eksis di kalangan para turis dan agen perjalanan wisata. Bahkan, di loket bus pun tidak ada nama tersebut. Jika ingin ke <b>Cappadocia</b> artinya calon penumpang dapat memilih untuk menuju <b>Goreme</b>, <b>Nevşehir</b>, atau <b>Kayseri</b>. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijaf6n56hujI_CbfvbGcf6pnINJ-iNtm6wGXOX-P2Zs9-_wvgov83XfgM1zW9frsz2qwls33LcHjO0lotHJT39VzRSDp8AqjMGkPfk1oofz4YJRdvPJaP3fXh2VxHc99AckFn5YMQuoD0/s1600/IMG_80931.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijaf6n56hujI_CbfvbGcf6pnINJ-iNtm6wGXOX-P2Zs9-_wvgov83XfgM1zW9frsz2qwls33LcHjO0lotHJT39VzRSDp8AqjMGkPfk1oofz4YJRdvPJaP3fXh2VxHc99AckFn5YMQuoD0/s400/IMG_80931.jpeg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>In the middle of</i> <b>Goreme</b> 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya baru menyadari hal tersebut saat berjalan keliling desa dan menemukan papan penunjuk arah. Istilah <b>Cappadocia</b> memang absen dari pusat informasi resmi.<br />
<br />
Padahal artinya sungguh indah. Kota dengan kuda-kuda yang cantik. Konon, kuda-kuda terbaik yang digunakan dari zaman dulu berasal dari daerah ini. <br />
<br />
Saya berjalan mengikuti arah dari mana saya tadi datang. Dalam perjalanan menuju <b>Goreme</b> tadi, saya sempat melihat beberapa batu unik yang tersebar di suatu padang gersang. Saya ingin kembali ke tempat tersebut untuk menikmati panorama yang terlewat ketika saya berada di dalam <i>dolmus</i>.<br />
<br />
Dalam perjalanan, saya bertemu dengan sekawanan kuda di suatu tempat penggembalaan. Kuda-kuda <b>Cappadocia </b>memang terlihat sehat. Tidak besar seperti kuda <b>Australia</b>, tapi sepertinya memiliki otot liat yang kokoh dipakai untuk berperang. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbai-V5j24d_TfynNqGIlmji5x86FMDX1v0jX8al-pffEuS1ANFh7mT0GiJOZMXveyZydlRW6DxiG_Qtf3lDROmGwkGUNP6xfPeaupGOVs7y7UrzHA8a1jiGp_mNym6GfeaqpQfIBJBM4/s1600/DSCF4637.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbai-V5j24d_TfynNqGIlmji5x86FMDX1v0jX8al-pffEuS1ANFh7mT0GiJOZMXveyZydlRW6DxiG_Qtf3lDROmGwkGUNP6xfPeaupGOVs7y7UrzHA8a1jiGp_mNym6GfeaqpQfIBJBM4/s400/DSCF4637.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Sekawanan Kuda <b>Cappadocia</b> 🐴🌿 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tak jauh dari 'kandang' kuda, padang gersang menghampar luas. Rasa-rasanya, hujan sudah lama tidak mampir di tempat ini. Lanskapnya kering sekali. Debu beterbangan saat motor ATV atau sekawanan kuda melintas. Di baliknya, gerumbul pilar-pilar batu tampak menonjol bagai cendawan di atas gurun.<br />
<br />
Lanskap unik ini terbentuk akibat dari letusan tiga gunung yaitu <b>Erciyes</b>, <b>Hasandag</b>, dan <b>Melendiz</b> jutaan tahun silam. Ditempa cuaca selama ribuan tahun, formasi unik layaknya cerobong asap rumah peri ini pun terbentuk hingga sering disebut sebagai <b>Fairy Chimneys</b>. Karena keunikannya tersebut, kawasan ini didaulat dalam daftar elit <b>Warisan Dunia UNESCO</b> pada tahun 1985. <br />
<br />
Fasadnya dihiasi dengan pahatan lubang-lubang bekas tempat tinggal atau lokasi persembunyian. <br />
<br />
Wilayah ini memang sudah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun silam. Kaum <b>Hittites</b> yang berasal dari <b>Asia Minor</b> (wilayah <b>Suriah</b> saat ini) menjadi pionir yang mendiami kawasan <b>Cappadocia</b> pada tahun 2000-2500 sebelum Masehi. <br />
<br />
Selanjutnya, bangsa <b>Assiria</b> menguasai wilayah ini sekitar tahun 1250 sebelum Masehi sampai kemudian diakuisisi oleh bangsa <b>Persia Kuno</b> sejak abad ke-6 sebelum Masehi hingga sekitar tahun 334 sebelum Masehi. Beberapa abad sesudahnya, <b>Imperium Romawi</b> dengan prajuritnya yang jumawa menjadikan wilayah ini sebagai daerah kekuasaannya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtevmQ5MaYJY_cPoqgZCD-W6jmOco7rlIEd1CEXgXpMdd4FC_vz6dR1pHDO7oNznY5lQtRwfQXKoD4430hdT6lay0dyeGPVku9O5oRZjwDGiKizpyxTs6E7YBenrCY6Uq-8Qsz2YJ6Q8Q/s1600/DSCF4600.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtevmQ5MaYJY_cPoqgZCD-W6jmOco7rlIEd1CEXgXpMdd4FC_vz6dR1pHDO7oNznY5lQtRwfQXKoD4430hdT6lay0dyeGPVku9O5oRZjwDGiKizpyxTs6E7YBenrCY6Uq-8Qsz2YJ6Q8Q/s400/DSCF4600.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Rumah-Rumah Gua pada Sekumpulan Bukit di <b>Cappadocia</b> 🌳🌲🍂 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Menurut kisah yang masih bisa dilihat jejaknya hingga saat ini, penganut <b>Kristen</b> zaman awal menjadikan kawasan <b>Cappadocia </b>sebagai tempat persembunyian mereka. Bebatuan ini memang tampak kokoh. Namun mudah dipahat sehingga kerap dijadikan gua untuk basis pertahanan, tempat persembunyian, rumah, gereja, dan bahkan tempat pemakaman. <br />
<br />
Penganut <b>Kristen</b> zaman awal harus bersembunyi di lokasi demikian karena saat itu kekaisaran<b> Romawi</b> masih menganut kepercayaan pagan dengan konsep banyak dewa sehingga orang-orang <b>Kristen</b> yang mengusung keyakinan akan satu Tuhan dianggap sesat dan harus dibasmi. Itulah mengapa nama <b>Cappadocia</b> ada di dalam kitab <b>Injil Perjanjian Baru</b> karena merupakan bagian dalam perjalanan syiar agama <b>Kristen</b> di masa lalu. <br />
<br />
Saya mendaki beberapa bongkah gundukan batu yang membentuk cerobong asap peri di dekat jalan raya. Bentuknya memang seperti rumah <b>Flinstone</b>, tokoh kartun yang tinggal di gua. Film kartun tersebut suka diputar di televisi saat saya kecil dulu. Ruangannya memang sempit tapi jumlahnya banyak.<br />
<br />
Dalam satu menara batu tersebut bisa dipahat menjadi sekitar tiga hingga lima ruangan. Informasi dari <i>guide</i> yang saya dengarkan saat menjelaskan kepada rombongan turis yang saya lewati, konon masih ada sekitar 50-an kepala keluarga yang masih bertahan tinggal di rumah batu di seluruh penjuru <b>Cappadocia</b>. Jumlah ini tidak termasuk bongkahan batu yang sudah disulap menjadi kamar hotel di <b>Desa Goreme</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijrlVfSzK4yR3STZz5OGFKQZvR1aRjuJGgvyzTtXDwL-VPqOBx52bnd4A2z2gtWIQTxF6brC4nVThV2R3skeBQ7H4UmAN2KKTEHAciVMnBQXD7BReiABzqXcq0vAZE2ow3crnrKT_ChkQ/s1600/DSCF4426.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijrlVfSzK4yR3STZz5OGFKQZvR1aRjuJGgvyzTtXDwL-VPqOBx52bnd4A2z2gtWIQTxF6brC4nVThV2R3skeBQ7H4UmAN2KKTEHAciVMnBQXD7BReiABzqXcq0vAZE2ow3crnrKT_ChkQ/s400/DSCF4426.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Workshop</i> Gerabah di Desa <b>Goreme</b>, <b>Cappadocia</b> 🍂⌛ :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Jejak lain tentang kebudayaan masa lalu yang masih bisa dilacak hingga kini selain keberadaan rumah-rumah gua di penjuru <b>Cappadocia </b>adalah masih lestarinya aktivitas pembuatan tembikar. Posisinya yang begitu strategis di lintasan <b>Jalur Sutera</b> menjadikan <b>Cappadocia </b>tak hanya mewarisi sistem perdagangan, perekonomian, tata kota yang modern, tetapi juga sentra kerajinan<b> </b>warisan masa lalu. Salah satunya adalah tembikar.<br />
<br />
Beberapa <i>workshop</i> pembuatan tembikar masih tersebar di beberapa tempat di pinggir jalan <b>Desa Goreme</b>. Bentuk hasil kerajinannya masih mengadopsi bentuk-bentuk tembikar lama yang kerap ditemukan sebagai artefak kuno peninggalan sejarah masa lalu. Berhubung sudah sore, saya hanya mampir sebentar di sana, melewatkan pembuatan tembikar, dan melayani begitu banyak pengunjung yang tiba-tiba ingin berfoto dengan saya, seorang <b>Indonesia</b> yang <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2019/08/nikmatnya-jalan-jalan-sendiri.html" target="_blank">jalan-jalan sendirian</a> di <b>Cappadocia</b>. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-5626921884355729452019-12-25T10:32:00.000+07:002019-12-30T12:59:41.040+07:00Pentingnya Piknik<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9vXI8K5tkDB8J08nN_Bh6ZJd0OxeC4X778GRm_xtbwhdj3HqIcH75ovPIFzHezZwF-1-oVDETt3kXpwkb8eEbu9Sd2D0FoWsK9I22fjxtX3U2EmNZoZ5SJgUGp7ftTXAp9DE5FaeAPC4/s1600/DSCF0280.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9vXI8K5tkDB8J08nN_Bh6ZJd0OxeC4X778GRm_xtbwhdj3HqIcH75ovPIFzHezZwF-1-oVDETt3kXpwkb8eEbu9Sd2D0FoWsK9I22fjxtX3U2EmNZoZ5SJgUGp7ftTXAp9DE5FaeAPC4/s400/DSCF0280.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Piknik <i>Kuy</i>. Berangkaaat 😜🌲🌴 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tinggal hitungan hari, tahun 2019 akan berakhir. Rasa-rasanya waktu begitu cepat berlalu. Tahun depan sudah tahun baru. Dekade yang baru juga. Betapa kehidupan dibingkai dalam waktu dan sesekali, diabadikan dalam foto dan video. Saya mencoba melihatnya kembali pengalaman satu dekade ini melalui <i>file</i> foto di komputer. Ternyata banyak juga. Saya baru ingat bahwa perjalanan-perjalanan ini saya mulai tahun 2010 silam. Tepat satu dekade yang lalu. <br />
<br />
Setelah melakukan perjalanan sejauh ini, saya merasakan banyak sekali perubahan berarti, setidaknya dalam menjalani hidup dan memandang sesuatu. <i>Soft skill</i> saya tentu saja bertambah. Merasakan begitu banyak hal positif, saya jadi ingin merangkumnya di sini mengapa jalan-jalan atau piknik itu penting banget dilakukan oleh setiap orang, terutama mereka-mereka yang berkutat dengan rutinitas.<br />
<br />
<a name='more'></a><b></b> <br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTpxg8w0MksD6_t0hwnAlo01y4uVZqcqT7tCCWR8BJ7SgIKPwzOPktly2WFX51liTEaGpD5pEB79KKZyaI7G7zv_xZApM8_uku_FS-0T97gkssBwFrWRx1IT1xBxhVIiq96z35-KH2gQY/s1600/2..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1186" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTpxg8w0MksD6_t0hwnAlo01y4uVZqcqT7tCCWR8BJ7SgIKPwzOPktly2WFX51liTEaGpD5pEB79KKZyaI7G7zv_xZApM8_uku_FS-0T97gkssBwFrWRx1IT1xBxhVIiq96z35-KH2gQY/s320/2..jpg" width="236" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Leyeh-Leyeh di <b>Seminyak</b>, <b>Bali</b> 🌴🍉 :.</td></tr>
</tbody></table>
<b>1. <i>Refreshing</i></b><br />
<br />
Menjalani sesuatu yang sifatnya rutin selama beberapa waktu itu pasti akan membuat bosan. Apalagi bagi pekerja kantoran macam saya yang harus berangkat pagi pulang malam. Meski ada libur tiap Sabtu dan Minggu, tapi seringnya dua hari itu juga digunakan untuk melakukan sesuatu yang tidak atau kurang terakomodasi selama lima hari kerja sebelumnya.<br />
<br />
Belum lagi kalau ada undangan pernikahan teman kantor atau kolega, acara kantor yang melibatkan keramaian publik, atau acara-acara insidental lain yang mau tidak mau wajib kita hadiri. Memang sih ada waktu buat istirahat yang memungkinkan kita bisa nonton di bioskop, makan di restoran, atau sekadar <i>leyeh-leyeh</i> tidur siang. Tapi kan masanya singkat dan kurang memberikan kesan. <br />
<br />
Saya pikir, setiap kita memang perlu piknik yang tanpa ada <i>embel-embel </i>kerjaan dan memberikan kebebasan penuh untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Benar-benar bebas mau ngapain aja. Ini penting sekali. Segala bentuk kegiatan <i>outbound</i> menurut saya terasa monoton dan tidak lagi bermakna. Bukti autentik bahwa piknik itu kebutuhan dasar setiap orang adalah selalu ada saja orang yang berusaha untuk ditugaskan ke luar kota yang belum tahu <i>juntrungan </i>dan hasilnya apa padahal niatannya sekaligus jalan-jalan. <br />
<br />
Untuk itu saya selalu menyisihkan cuti tahunan untuk pergi ke suatu tempat baru, minimal setahun sekali. Entah mengapa, efeknya saya rasakan sungguh luar biasa. Pulang cuti pikiran jadi lebih jernih, produktivitas kerja meningkat, dan semangat rasanya kembali menyala-nyala. Mungkin karena perginya agak jauh, jadi saya punya alasan yang lebih kuat lagi untuk giat bekerja agar bisa piknik lagi yang lebih seru tahun berikutnya. <br />
<br />
<b>2. Pengetahuan Bertambah.</b><br />
<br />
Piknik itu macam sekolah tanpa guru yang mengawasi dengan ketat. Kita jadi belajar sesuatu tanpa kita sadari. Pengetahuan baru masuk perlahan-lahan dan melekat dalam benak tanpa kita sadari melalui sesuatu yang kita lihat, informasi yang kita dengar, dan segala kegiatan yang mau tidak mau mengikuti kultur masyarakat setempat.<br />
<br />
Misalnya, asal-asul tentang suatu tempat atau bangunan kuno dan peristiwa sejarah menjadi sesuatu yang menyenangkan sekali untuk diikuti dan disimak. Padahal, beberapa ada yang sudah kita pelajari di sekolah. Tapi rasanya, ketika melihat dan merasakan sendiri di tempat asalnya, ada semacam perasaan mengalami sendiri hal-hal yang dulunya hanya dapat dibaca dari buku atau film. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvjgV9gwtCj_IHu4p-IS3oJADj9r-Z3QXqFk_9kiynLHpXlOZ3VQh35I8fx8ugZcBdgi_q3CutixbNSLi90WtoY3BEsRJWADEpi_Cq9p0fd-SGvi8JKq6bZt1vXECVOahypymGTTZuqjE/s1600/1..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1140" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvjgV9gwtCj_IHu4p-IS3oJADj9r-Z3QXqFk_9kiynLHpXlOZ3VQh35I8fx8ugZcBdgi_q3CutixbNSLi90WtoY3BEsRJWADEpi_Cq9p0fd-SGvi8JKq6bZt1vXECVOahypymGTTZuqjE/s400/1..jpg" width="283" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mengagumi <b>Mozaik Deisis</b> di Dinding <b>Hagia Sophia</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya juga 'terpaksa' belajar sedikit-sedikit bahasa suatu tempat agar lebih dekat dengan penduduk lokal. Dari interaksi yang terjadi dan penghormatan akan kultur setempat, perlahan-lahan kebiasaan baik dan tertib dalam pergaulan masyarakat pun berubah atau bahkan menjadi semakin baik.<br />
<br />
Saya jadi lebih sabar untuk mengantre dengan tertib dalam satu baris, tidak meludah di sembarang tempat, membuang sampah di tempat sampah, menyeberang jalan melewati tangga penyeberangan (<i>zebra cross</i>), dan mempersilakan orang yang lebih tua atau kaum difabel untuk duduk saat naik angkutan umum. Menolong dan ditolong saat menunjukkan arah suatu tempat itu menurut saya interaksi yang manis sekali dalam perjalanan. <br />
<br />
<b>3. Toleransi</b><br />
<br />
Zaman saya kecil, datang ke acara ulang tahun tetangga yang beda agama itu hal yang biasa saja. Saya mendapatkan kue kecil dan bingkisan buah tangan saat acara selesai. Sebagai bentuk suka cita, saya pun dibelikan bungkusan kecil oleh ibu untuk diberikan kepada anak tetangga sebagai kado. Makan bersama sambil bersenda gurau merupakan hal yang menyenangkan. Saat adzan berkumandang, saya pun dipersilakan untuk salat dulu, baru melanjutkan permainan.<br />
<br />
Saya tidak tahu mulainya dari mana dan kapan. Tapi kok akhir-akhir ini ada semacam sesuatu yang 'luar biasa' ya saat misalnya ada kawan beda agama yang mengingatkan kita untuk ibadah, memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dimakan, atau saling membantu meringankan beban saat ada yang terkena musibah. Padahal, itu kan perilaku biasa yang memang sewajarnya harus kita lakukan sebagai sesama manusia.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisvZJhuU7qm6roCLbwenppg0Cfgww07wJJQJapfNQFKg5nujJoRNiJkDwWcje0-6T5L6szRCGxM2zKKAaQUuNz_pMJMCCIjoWfJIahMUGJzZXkYRiSt-2a8RHh2uPsToI-2na1E41pFJQ/s1600/DSCF0969.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisvZJhuU7qm6roCLbwenppg0Cfgww07wJJQJapfNQFKg5nujJoRNiJkDwWcje0-6T5L6szRCGxM2zKKAaQUuNz_pMJMCCIjoWfJIahMUGJzZXkYRiSt-2a8RHh2uPsToI-2na1E41pFJQ/s400/DSCF0969.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Berinteraksi dengan Para Biksu di <b>Candi Angkor</b>, <b>Kamboja</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Apa mungkin karena toleransi kita makin terkikis? Bisa jadi. Salah satu cara paling asyik untuk merawat rasa persaudaraan dan menumbuhkan jiwa kemanusiaan tanpa embel-embel apapun ya dengan piknik. Apalagi pikniknya ke tempat yang sama sekali berbeda dengan lingkungan kebiasaan sehari-hari. Selain pikiran lebih terbuka, kita juga jadi lebih lebih peka dalam menghargai pilihan hidup dan keyakinan orang lain. <br />
<br />
Belajar berempati dengan merasakan sendiri pengalaman menjadi seorang minoritas membuat saya belajar lebih baik lagi untuk menghormati kebebasan beragama (atau tidak beragama) seseorang. Saya merasa harus 'berusaha' sedikit untuk menemukan tempat yang layak untuk beribadah, menikmati makanan yang sesuai syariat agama, dan merasa dimanusiakan oleh orang lain yang mempunyai keyakinan berbeda. Dengan begitu, saya mempunyai kewajiban alamiah untuk juga memanusiakan orang lain di manapun saya berada. Hidup dalam kerukunan dan perdamaian menurut saya jauh lebih indah daripada larut berkepanjangan dalam perselisihan dan debat kusir yang mengedepankan perbedaan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrFD2Qz4vn2fmjdWmUCEgwC-vN3mVZ5DAsNbAhJ7RTsKGtdTm8GQa_Kq1hgF-eui_HNDiH4mBokDW7irtG5tT8hv-iIi9DStFeVjQfRoD_wt8oj3UsTcAVF4kMcg8T450BVpxXW26-uc/s1600/DSCF2745.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrFD2Qz4vn2fmjdWmUCEgwC-vN3mVZ5DAsNbAhJ7RTsKGtdTm8GQa_Kq1hgF-eui_HNDiH4mBokDW7irtG5tT8hv-iIi9DStFeVjQfRoD_wt8oj3UsTcAVF4kMcg8T450BVpxXW26-uc/s320/DSCF2745.JPG" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menyusup ke <b>Kampung Badui Dalam</b>, <b>Cikeusik</b> :. </td></tr>
</tbody></table>
<b>4. Tidak Tergantung pada Gawai.</b><br />
<br />
Sesuatu yang penuh tantangan untuk dunia piknik dewasa ini, tapi bukan berarti tidak dapat dilakukan.<br />
<br />
Tiap kali akan berangkat piknik, saya hampir selalu membawa banyak sekali <i>printilan</i> seperti kamera, telepon genggam, lensa tambahan, <i>charger</i>, dan kabel-kabel. Di lokasi pun kadang <i>rebyek</i> sekali harus motret ini itu dan sibuk dengan gawai sehingga kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar.<br />
<br />
Saya pun mencoba melakukan hal yang baru yaitu piknik ke suatu tempat tapi tidak banyak motret, tidak akan main telepon genggam karena tidak ada sinyal dan memang dilarang digunakan di tempat tersebut. Hidup rasanya memang terputus dengan dunia luar. Saya jadi tidak tahu informasi apapun di luar sana. Setiap hari kegiatannya adalah main air di sungai, berkebun, melihat orang memanen madu, memasak bersama tuan rumah, dan melihat ritual keseharian bagaimana suatu desa terpencil melakukan kegiatan sehari-harinya. <br />
<br />
Memang tidak lama sih. Saya paling lama tidak berinteraksi dengan dunia luar itu sampai dengan tiga minggu saja. Hidup benar-benar seperti tanpa beban sama sekali. Tidak khawatir ini itu dan semua berjalan normal seperti biasa. Saya jadi lebih banyak berinteraksi dengan penduduk setempat dan menikmati ketenangan hidup di desa yang 'jauh dari peradaban' kota. Imbasnya, ketika pulang ke rumah, saya jadi punya kebiasaan untuk meninggalkan gawai di kamar dan tidak memainkannya saat makan bersama di ruang makan atau ngobrol di ruang keluarga. Segala hal baik yang ingin dilakukan memang harus dibiasakan, bukan hanya diniatkan. <br />
<br />
<b>5. Merasakan Petualangan.</b><br />
<br />
Kurang lebih satu dekade berkelana ke sana ke mari membuat saya mencoret satu per satu tempat yang ingin saya datangi di dunia ini. Saya tak menyangka bahwa suatu ketika, apa yang dulu saya impikan saat masih SD bisa menjadi kenyataan.<br />
<br />
Menjelajah suatu tempat, mengarungi samudra, masuk keluar hutan, mendaki puncak tertinggi, menuruni lembah, dan masuk perkampungan terpencil. 'Menemukan' tempat indah tersembunyi, menyaksikan fenomena alam, dan merangkai serangkaian pengalaman. <b> </b> <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6y8-kg0oaelYIEdtnU_MG9TU80kvqgf0NrgpohqwKafAEqEJPZZNEisOxzIqjKd27qqPK2-G6rRXedFeShYwXJldXHOabwdBVgSIOk_8yALFEMY3PgEXinPdjJ0hqj3L2ZZKRBXbJ1P4/s1600/DSCF4688.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6y8-kg0oaelYIEdtnU_MG9TU80kvqgf0NrgpohqwKafAEqEJPZZNEisOxzIqjKd27qqPK2-G6rRXedFeShYwXJldXHOabwdBVgSIOk_8yALFEMY3PgEXinPdjJ0hqj3L2ZZKRBXbJ1P4/s400/DSCF4688.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Magical <b>Cappadocia</b> 🌳🌲 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dalam menjalaninya, saya 'terpaksa' harus tangkas dalam berhitung baik soal waktu dan dana. Saya belajar untuk disiplin dalam segala hal dan berusaha tepat waktu. Petualangan-petualangan tersebut setidaknya melatih saya untuk membuat perhitungan dan strategi sekaligus mengajarkan saya untuk <i>legowo</i> dalam menerima konsekuensinya. Dengan beragamnya pilihan dan terbatasnya dana serta waktu, saya harus memilih segala sesuatunya dengan cermat dalam waktu yang terbatas tanpa harus menihilkan sisi kesenangan dalam melakukan perjalanan. Karena sekali saja diputuskan sambil santai <i>leda-lede</i>, bisa jadi saya akan mengalami ketinggalan pesawat atau transportasi terjadwal lainnya. Ih, amit-amit deh. <br />
<br />
<b>6. Terampil Berpose.</b><br />
<br />
Kerap berfoto untuk mengabadikan momen di suatu tempat membuat saya harus memutar otak demi membuat beragam gaya unik agar foto dan pengalaman yang dikenang menjadi berkesan. Foto-foto ini bisa jadi diambil oleh orang asing, teman ketemu di jalan, petugas bandara, pedagang asongan, tukang parkir, pemandu wisata, dan siapa saja yang kebetulan berada di waktu dan tempat yang tepat saat saya kepingin difoto. 😋 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzS3UrE66pe58oQx6dAaMnXHVUPCYNbHUQXTXrHbS_JLZOx9rgT6bpIrBgIprq-tT2uH1_As1UTQn1WC2MYM4n5dNC2B8qeHUY2IAeCFTs_UbaYzXaqWaJ_RDx988t5SRjXr3EHELUCng/s1600/DSCF0624.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzS3UrE66pe58oQx6dAaMnXHVUPCYNbHUQXTXrHbS_JLZOx9rgT6bpIrBgIprq-tT2uH1_As1UTQn1WC2MYM4n5dNC2B8qeHUY2IAeCFTs_UbaYzXaqWaJ_RDx988t5SRjXr3EHELUCng/s400/DSCF0624.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Super Model Internasional dengan Pesawat Pribadinya 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebenarnya tidak penting sih. Tapi berhubung dokumentasi itu penting, maka keterampilan untuk berpose menjadi penting dalam dunia perpiknikan. Apalagi netizen nusantara selalu menuntut lebih dan tak segan melontarkan cemoohan. Dengan seringnya piknik dan berfoto, kemampuan untuk berpose secara alamiah perlahan-lahan akan terasah dengan sendirinya. Ada yang mengalami hal serupa? 🙈🙌 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU_GXYDbj7X1LSQ2oRQC5lLuoX12xytIPs2fWvTBthjzy4CKib_QI1Jr4CKZwQ2uPeNPUUf-AB2KXerzKormzvtRFl0Do3Poy4ihEWXjI5X_dFohwfYRCXA4yCZkDl9QASyJPbCHqgzjk/s1600/B06CAB02-255B-45C5-A768-6378EA6CC0A1.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU_GXYDbj7X1LSQ2oRQC5lLuoX12xytIPs2fWvTBthjzy4CKib_QI1Jr4CKZwQ2uPeNPUUf-AB2KXerzKormzvtRFl0Do3Poy4ihEWXjI5X_dFohwfYRCXA4yCZkDl9QASyJPbCHqgzjk/s320/B06CAB02-255B-45C5-A768-6378EA6CC0A1.jpeg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bersama Netizen 😘😘😘 :.</td></tr>
</tbody></table>
<b>7. Demi Konten.</b> <br />
<br />
Jujur dan akui saja. Sebagai bagian dari kaum milenial, muara dari semua kegiatan piknik salah satunya adalah mengisi lini massa media sosial.<br />
<br />
Kebetulan, saya bukan tipe pejalan 'romantis' yang jalan-jalan demi menemukan kembali hidup atau apapun itu. Saya menabung dengan rajin, piknik dengan tenang secara periodik sesuai kemampuan anggaran yang dimiliki, memotret secukupnya untuk keperluan tulisan di blog dan media sosial, dan menikmati perjalanan agar pikiran kembali tenang sehingga punya semangat lagi untuk bekerja dan berkarya lebih keras agar bisa piknik lebih jauh lagi. Begitu seterusnya. <br />
<br />
Itulah mengapa komentar semacam, "Kok <i>uripmu</i> enak yo, jalan-jalan terus", "<i>Nglencer</i> ke mana lagi?", "<i>Rea-reo thok uripe</i>", "Hedonis banget, jalan-jalan mulu", dan sebagainya kerap mampir saat saya mengunggah foto di media sosial. Padahal, semua juga bisa. Yang membedakan hanyalah prioritas saja dan keberanian dalam membelanjakan dan menjalani sesuatu yang tidak kelihatan. Tidak semua orang mau melakukannya bukan? 😋<br />
<br />
Disadari atau tidak, piknik itu penting dan semua orang perlu piknik. Modelnya bisa apa saja, entah sendiri atau berombongan. Saya kerap melontarkan pendapat ini. Tapi tak jarang pendapat tersebut dibantah oleh orang-orang yang secara naluri pengen piknik tapi dibatasi oleh satu dan lain hal, entah waktu atau dana. Saya hanya berharap, apapun alasannya, sedemikian rupa dibantahnya, mereka tetap menyempatkan diri untuk piknik, entah bagaimana caranya. Karena saya sudah merasakan banyak sekali manfaatnya, semoga sisi positif itu menular dan dirasakan oleh lebih banyak orang lagi. Biar suatu saat, tidak ada lagi cemoohan, "<b>Kurang piknik lo!</b>" []<br />
<br />
<b>Baca juga: <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/08/nikmatnya-jalan-jalan-sendiri.html" target="_blank">Nikmatnya Jalan-Jalan Sendiri</a>.</b> 🍁🌺🌻 Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-77031753845276710492019-12-22T10:58:00.000+07:002020-05-15T10:34:04.319+07:00Demam Harry Potter<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMQZ7yj1XLPNoKWS9-v0UhPDP4JIFnmyrgR4_SY8GkZUZpC9-mSaSgFBL6qxa5HvxhpkemGFNySlc_Dw5s2EYl6svOZLvfVi6Lk617dBLfwN-M8ONvWzYwRJX2vviB1b4w0oNuN7TocV8/s1600/7722BAFC-994B-43CE-8B49-D8DAF8EA9DE4..jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1225" data-original-width="1600" height="306" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMQZ7yj1XLPNoKWS9-v0UhPDP4JIFnmyrgR4_SY8GkZUZpC9-mSaSgFBL6qxa5HvxhpkemGFNySlc_Dw5s2EYl6svOZLvfVi6Lk617dBLfwN-M8ONvWzYwRJX2vviB1b4w0oNuN7TocV8/s400/7722BAFC-994B-43CE-8B49-D8DAF8EA9DE4..jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Let The Magic Begins</i> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah bagian kedua film <b>Harry Potter dan Relikui Kematian</b> dirilis bulan Juli 2011 silam, penantian saya selama bertahun-tahun akhirnya selesai juga. Bagi seorang <i><b>Potterhead</b></i> (sebutan untuk para fandom <b>Harry Potter</b>), masa penantian sebelum buku atau film terbaru rilis ini sungguh membuat deg-degan. Mereka akan sibuk meributkan segala kemungkinan akhir dari kisah penyihir yatim piatu melawan musuh bebuyutannya,<b> Lord Voldemord</b>. <br />
<br />
Saya sendiri, selain suka membaca ulang kisah sebelumnya, membahas kisah-kisahnya dengan sesama <i><b>Potterhead</b></i> layaknya 'orang gila', juga suka mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan <b>Harry Potter</b> seperti buku serinya dalam bahasa Inggris, koran serta majalah yang mengulas tentang <b>Harry Potter</b>, dan pernak-pernik semacam stiker, tongkat sihir, syal, dan lain-lain. Rasanya seperti menemukan 'teman main' yang mengasyikkan. Maklum, saya tumbuh dan berkembang bersama kisah ini. Jadi, begitu film terakhirnya rilis, rasa-rasanya ada sesuatu yang 'hilang' setelah masa-masa kebersamaan dari zaman SMP hingga sudah bekerja yang penuh kenangan.<br />
<br />
<a name='more'></a>Memang sih, setelah itu ada film-film yang merujuk pada dunia sihir <b>Harry Potter</b> seperti <b>Fantastic Beasts and Where to Find Them</b>. Tapi menurut saya, tetap saja nuansanya berbeda. Film-film lanjutan ini kok rasanya lebih 'dewasa', lebih asing, dan lebih gelap. Mungkin karena kisahnya tidak ditulis dalam bentuk buku cerita, jadi kesannya agak asing dan terasa baru kenal. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOWG9vVLTZ2RDePMwgSyXeVcaJKU7hes5YE0Inkc6jKrRfEmfx713Xa9cVG0bR5oYQExWSEpkNfrpcLb_KepKNAw9J96O6bQ1_b6tWjWWrlilJqZeVjAtU75Exl8xvpddE4QEB99S8oxY/s1600/IMG_12381.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOWG9vVLTZ2RDePMwgSyXeVcaJKU7hes5YE0Inkc6jKrRfEmfx713Xa9cVG0bR5oYQExWSEpkNfrpcLb_KepKNAw9J96O6bQ1_b6tWjWWrlilJqZeVjAtU75Exl8xvpddE4QEB99S8oxY/s400/IMG_12381.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Sebagian Koleksi Buku <b>Harry Potter</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebenarnya, untuk mengobati rasa kangen ini, <b>Universal Studio</b> sudah membangun <b>Dunia Sihir Harry Potter</b> sebagai salah satu wahana yang wajib dikunjungi. Tapi apa daya, selain jauh dan perlu visa, pergi ke negara-negara yang punya wahana <b>Harry Potter</b> ini sungguh memakan waktu dan jatah cuti. Apalagi tiket masuknya tidak murah lagi.<br />
<br />
Sampai saat ini, saya masih bermimpi suatu saat akan berkunjung ke tempat syuting film <b>Harry Potter</b> di <b>Britania Raya</b> sana. Sembari menunggu mimpi tersebut jadi kenyataan, saya pun menabung dan jalan-jalan ke sana ke mari untuk menghias paspor hijau saya agar lebih mudah nantinya untuk pengajuan visa ke <b>Inggris</b>. <br />
<br />
Nah, dari selentingan kabar burung, saya mendengar informasi kalau di <b>Singapura</b> ada atraksi <b>Harry Potter</b>. Lokasinya bukan di <b>Universal Studio</b> melainkan di <b>Changi International Airport</b>. Udah gitu, gratis pula. Dasar <b>Singapura</b> ini memang juaranya mengemas hal remeh temeh jadi atraksi penarik turis, saya pun tergiur dan memutuskan untuk terbang ke <b>Negeri Singa</b> ... demi mengobati rasa kangen dengan kisah <b>Harry Potter</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMpIC38U7OYYXbU-CGXAR8ILoEJ5xa28_l-x5NZs4bYPu_xYdgyLwMfbUBLTz3WvVsjkZ9n8QvPIZ8y2atYI_zOHoDkeBTwS2Plglk5eYDlO3pEoYhZ2rotv337W2UW3n3mb77THmCyIk/s1600/D7B52A15-2390-465D-AC4F-6009488FE249.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMpIC38U7OYYXbU-CGXAR8ILoEJ5xa28_l-x5NZs4bYPu_xYdgyLwMfbUBLTz3WvVsjkZ9n8QvPIZ8y2atYI_zOHoDkeBTwS2Plglk5eYDlO3pEoYhZ2rotv337W2UW3n3mb77THmCyIk/s400/D7B52A15-2390-465D-AC4F-6009488FE249.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Belanja Jubah di Toko <b>Madam Malkin</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Benar saja, begitu mendarat di terminal dua bandara <b>Changi</b>, bulu kuduk saya pun berdesir. Saya segera menuju loket pendaftaran atraksi untuk bisa ikut dengan keriaan tantangannya. Latar yang diadaptasi dalam atraksi ini diambil dari buku <b>Harry Potter</b> satu sampai dengan tiga yaitu saat kisah-kisah awal <b>Harry Potter</b> berkenalan dengan dunia sihir.<br />
<br />
Saya pun merasa diseret ke dalam ruang belakang <b>Leaky Cauldron</b> untuk menuju <b>Diagon Alley</b>. Desa kecil dengan jalan sempit yang dijejali oleh toko-toko perlengkapan sihir ini memang dibangun menyerupai aslinya. Namun bedanya, begitu melihat ke atas, pemandangannya bukan langit gelap bertabur bintang, melainkan langit-langit bangunan bandara. Ya sudah lah ya, namanya juga replika, mari dinikmati saja. <br />
<br />
Berhubung hafal dengan kisah di buku pertama, saya pun mulai sibuk sana-sini mengunjungi toko layaknya akan benar-benar berangkat ke <b>Hogwarts</b>. Pertama, tentu saja saya ke <b>Toko Madam Malkin</b> untuk <strike>membeli</strike> memakai jubah. Sudah ada jubah jadi dan perlengkapan lainnya seperti kaca mata, syal, topi, dan tongkat sihir. Saya pun memilih satu yang sesuai ukuran tubuh dan <i>matching</i> dengan baju yang saya pakai. Setelah itu, pengunjung diberi kesempatan untuk mengabadikan penampilan pakai jubah sihir ini dalam studio. Duh, saya jadi merasa kembali menjadi anak umur sebelas tahun. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3qRYbDwzpUSvVdOiBmB8-v6qJqLJ3hq1jQQ36E7c4q3Crrh6jJC1QMcmuRqUDb9jxO_404oRpbr9zoaEE0C_Yzhocg7dEfFHlz0Z_Aq9evaKEHF1Q8J-3SL33RfscCnITp4xZNatP7Xw/s1600/B22CF965-DDCF-4729-9F9B-6245F0ED78D31.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3qRYbDwzpUSvVdOiBmB8-v6qJqLJ3hq1jQQ36E7c4q3Crrh6jJC1QMcmuRqUDb9jxO_404oRpbr9zoaEE0C_Yzhocg7dEfFHlz0Z_Aq9evaKEHF1Q8J-3SL33RfscCnITp4xZNatP7Xw/s400/B22CF965-DDCF-4729-9F9B-6245F0ED78D31.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Nimbus Dua Ribu</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah puas bermain di dalam <b>Toko Madam Malkin</b> dan mencoba me-<i>mix</i>-<i>match-</i>kan kostum, saya pun keluar untuk bermain tongkat sihir. Di dalam cerita disebutkan pemilik toko tongkat sihir ini adalah <b>Mr. Olivander</b>. Tokonya tua seperti pemiliknya, terkesan kaku dan hening, serta penuh debu dan dijejali dengan kotak-kotak kecil penuh tongkat sihir buatannya. Tapi di <b>Changi</b>, <b>Toko Tongkat Sihir Mr. Olivander</b> disulap menjadi atraksi ayun-sentak tongkat sihir menghadap kaca. Jika gerakannya benar, maka kacanya akan bersinar kelap-kelip sesuai dengan hasil dari mantra yang dirapalkan. Jika kacanya bergeming, berarti yang mengayunkan tongkat bisa jadi seorang <b><i>muggle</i> </b>(bukan penyihir)<b>. </b>Aih, seru amat. <br />
<br />
Saya pun berhasil merapal mantra pertama untuk tingkat pemula yaitu menerbangkan (atau lebih tepatnya mengangkat) sebuah bulu angsa.<br />
<br />
"<i>Wingardium leviosa</i>. <i>Gar</i>-nya yang jelas dan <i>leviosa-</i>nya diucapkan dalam satu tarikan, bukan <i>le</i>-<i>viosa</i>." Begitulah cerocos <b>Hermione Granger </b>di buku <b>Harry Potter dan Batu Bertuah</b>.<br />
<br />
Selain mantra tersebut, saya juga berhasil merapal mantra <b>Patronus</b>. Dan sesuai dengan zodiak, patronus saya berbentuk kijang macam patronus <b>Harry</b>. Halah. 😋 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix3AzGDTLY2oxeOUPVptN78K0-zp2m4gW4p9KBWmbMIZIF_oAiupl7maSE12hhtYgtmwzUYlopmIZUyCUxSfJOrWjkiafzaRgy3hMuhHRXUK5_HOnmC673vOu10aXYq_6CB5s3J4J1Vvw/s1600/2AC7D160-C07C-47FF-8620-62EBC8ED14131.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1149" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEix3AzGDTLY2oxeOUPVptN78K0-zp2m4gW4p9KBWmbMIZIF_oAiupl7maSE12hhtYgtmwzUYlopmIZUyCUxSfJOrWjkiafzaRgy3hMuhHRXUK5_HOnmC673vOu10aXYq_6CB5s3J4J1Vvw/s400/2AC7D160-C07C-47FF-8620-62EBC8ED14131.jpg" width="286" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Toko Permainan <b>Weasley</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah berkutat dengan jubah dan tongkat sihir, saya melipir lagi ke toko-toko yang letaknya tersebar di beberapa tempat. Berhubung <b>Changi</b> ini luas, saya pun rela bergempor ria hanya untuk mencari spot-spot yang digunakan untuk meletakkan wahana <b>Harry Potter</b> ini. Ada <b>Dedalu Perkasa </b>yang menghancurkan mobil <b>Ronald Weasley</b>,<b> </b>replika sapu terbang <b>Nimbus Dua Ribu</b> dengan lapangan (mini) <b>Quidditch</b>, tumpukan koper-koper serta kurungan burung hantu, lengkap dengan kandang burung hantu tempat para siswa <b>Hogwarts</b> mengirim surat atau paket. <b> </b><br />
<br />
Sebagai penyihir kelahiran <i><b>muggle</b></i> seperti <b>Hermione</b>, saya pun tak mau melewatkan toko mainan dunia sihir milik <b>Si Kembar Weasley</b>. Toko ini memang isinya paling konyol dan fasadnya paling mencolok karena berwarna merah dan berornamen pesulap dengan topi koboinya. <i>Magical</i> sekali.<br />
<br />
Kalau ada satu toko yang seharusnya bukan di <b>Diagon Alley</b> tapi dibangun berdekatan di sini yaitu <b>Honeydukes</b>. Dalam cerita, 'kedai' ini dikelola oleh <b>Ambrosius Flume</b> dan istrinya. Kerap dikunjungi oleh siswa <b>Hogwarts</b> saat libur <b>Natal</b>, kedai ini menyediakan aneka permen yang memikat selera dan minuman <i>butterbeer</i> yang menghangatkan suasana. Untuk itu, bangunannya selalu dihiasi dengan nuansa salju dan ornamen <b>Natal</b>. Sungguh membangkitkan suasana liburan banget. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPYMCs3XPbWpj0Vqwxs7ZlepdmP_kMvBey18hEVu9P260Rw5lH8vPnDTnCxWAY0w0bbKQna47FLMeEC3FbsI0wlLLaDO8XyS9JKtSk1KM0yvRviFKdYsrpOou_N6IHAUi-fMG802dqkJU/s1600/D2FE6272-D680-46A4-84F8-E6E356A936221.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPYMCs3XPbWpj0Vqwxs7ZlepdmP_kMvBey18hEVu9P260Rw5lH8vPnDTnCxWAY0w0bbKQna47FLMeEC3FbsI0wlLLaDO8XyS9JKtSk1KM0yvRviFKdYsrpOou_N6IHAUi-fMG802dqkJU/s400/D2FE6272-D680-46A4-84F8-E6E356A936221.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Honey Dukes</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setahun berselang, saya kira atraksi begini hanya ada di <b>Singapura </b>saja. Secara mereka serius banget gitu bikinnya. Nah, beberapa hari lalu saya dikasih info kalau atraksi <b>Harry Potter </b>yang macam di <b>Changi</b>, lagi ada di <b>Mal Taman Anggrek</b>, <b>Jakarta</b>. Waaah, saya pun <i>belingsatan</i> pengen segera ke sana.<br />
<br />
Sebenarnya saya tidak banyak berekspektasi tinggi kalau lokasinya di mal yang pasti padat pengunjungnya. Apalagi saya bisa ke sananya cuma saat akhir pekan saja. Ternyata dugaan saya tidak sepenuhnya benar. Meski wahananya secara umum hampir sama, yang di <b>Jakarta</b> ini titik-titik lokasinya lebih dekat. Mungkin karena di dalam mal, jadinya biar tidak terlalu makan tempat. Yang ajaib, justru wahana yang di <b>Jakarta</b> ini sungguh di luar dugaan menariknya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYHgTuuR7lAoV-6ZUVyWa_d6GgJgfT5chCmjxgHlBjGN-KaD4TlFGsBEDtfxAqenQypeCoyDiJVLjaUcmuTAWroSfKiQD6oQQYog8zPJbr7eAkbxTSHUP0CqFg5SqXzCc9aKRPNm5k4W8/s1600/63AF944F-B7DC-409B-93B3-3F771A23AEFE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYHgTuuR7lAoV-6ZUVyWa_d6GgJgfT5chCmjxgHlBjGN-KaD4TlFGsBEDtfxAqenQypeCoyDiJVLjaUcmuTAWroSfKiQD6oQQYog8zPJbr7eAkbxTSHUP0CqFg5SqXzCc9aKRPNm5k4W8/s400/63AF944F-B7DC-409B-93B3-3F771A23AEFE.jpg" width="298" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menembus <b>Peron 9 3/4 Stasiun King's Cross</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bagai cerita bersambung, setelah puas 'belanja' ini-itu perlengkapan sekolah sihir <b>Hogwarts</b> di <b>Diagon Alley</b> yang ada di <b>Changi</b>, saya akhirnya punya kesempatan untuk berpose di <b>Peron 9 3/4 Statiun King's Cross</b>. Ah senangnya. Bagian ini selalu menjadi bagian paling menarik. Terutama di buku pertama dan kedua. Karena dari gerbang inilah <b>Harry Potter</b> memasuki dunianya, yaitu dunia penyihir, yang berbeda dengan dunia yang dihuni komunitas <b><i>muggle</i></b>. <i>Let the magic begins</i>. <br />
<br />
Setelah menembus gerbang <b>Peron 9 3/4</b>, kereta <b>Hogwarts Express</b> dengan lokomotif warna merah menyala sudah menunggu di peron dan siap mengantarkan para siswa <b>Hogwarts</b> untuk menuntut ilmu. Saya sendiri, setiap kali naik kereta ke <b>Jogja</b> atau ke kota lain arah bagian timur <b>Pulau Jawa</b> selalu mengidentikkan diri sedang naik <b>Hogwarts Express</b>. Dengan rel tua yang sudah diperbarui dan stasiun-stasiun berarsitektur sepuh peninggalan <b>Belanda</b>, rasa-rasanya perjalanan tersebut tak ubahnya perjalanan <b>Harry Potter</b> dari <b>London</b> menuju <b>Hogwarts</b>. Tuh kan, saya mulai berhalusinasi. 😂 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOMlx0K0CI8pD4w_VrV1O4XGwIEO1VCOo6VYR5CdzSLpCOnhJHBatbTQfSlNyBnKcfpBpnKJBX4WFTY3dis0zKIpMAx5u11JMsK5_J2Wozu8BURuljQLvqQbDmGyHxGy_U5wMQh0zMDn4/s1600/9A4EE506-CBCF-44A2-9F39-8074A87FFD911.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOMlx0K0CI8pD4w_VrV1O4XGwIEO1VCOo6VYR5CdzSLpCOnhJHBatbTQfSlNyBnKcfpBpnKJBX4WFTY3dis0zKIpMAx5u11JMsK5_J2Wozu8BURuljQLvqQbDmGyHxGy_U5wMQh0zMDn4/s400/9A4EE506-CBCF-44A2-9F39-8074A87FFD911.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Hogwarts Express</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah turun dari kereta di <b>Stasiun Hogsmeade</b>, para siswa baru <b>Hogwarts</b> akan digiring oleh <b>Rubeus Hagrid </b>untuk diserahkan kepada Wakil Kepala Sekolah <b>Minerva McGonagall </b>menuju aula utama untuk diseleksi masuk asrama mana. Berimajinasi memasuki <b>Aula Utama Hogwarts</b>, saya pun menuju atrium utama <b>Mal Taman Anggrek</b> tempat replika <b>Topi Seleksi </b>berada. Di situ juga ada <b>Pohon Natal</b> raksasa. Jadi suasananya memang sungguh mendukung. <br />
<br />
Tak mau rugi, saya pun mencoba memakai topi usang yang bertugas meneriakkan nama-nama asrama tempat para siswa <b>Hogwarts</b> akan tinggal. Awalnya sih tidak ada larangan untuk memakai topi ini. Saya pun meminjam topi tersebut untuk foto-foto. Eh, ternyata di belakang saya banyak juga pengunjung yang ingin berfoto dengan memakai topi seleksi. Begitu saya kembalikan ke tempat semula, di manekin tempat topi sudah ditempeli tulisan "<i><b>Don't touch</b></i>!". Lah, gitu amat. Saya pun segera melipir pergi ke tempat lainnya. 😱🙈🙌 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZYsgHuCltMFV-UDr6NM3bC7JH17Deuw-ZXpCDhZ609NkVWfuWjPjsfmGqwiH184TWhJRcyJnHA1PMwbOybq8Fr5qit44-UdNN-BHomrjebzADyhUniScSAyNcO4C56jfPAKctsgho-0/s1600/750EC933-EF7F-49EE-B546-209D873F16E6.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1340" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdZYsgHuCltMFV-UDr6NM3bC7JH17Deuw-ZXpCDhZ609NkVWfuWjPjsfmGqwiH184TWhJRcyJnHA1PMwbOybq8Fr5qit44-UdNN-BHomrjebzADyhUniScSAyNcO4C56jfPAKctsgho-0/s400/750EC933-EF7F-49EE-B546-209D873F16E6.jpg" width="331" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Topi Seleksi </b>:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk melengkapi kunjungan ke <b>Hogwarts</b>, saya tak sengaja 'menemukan' sudut yang menggambarkan tangga menuju lantai tujuh sayap timur kastil tempat ruang rekreasi <b>Asrama</b> <b>Gryffindor</b> berada. Lokasi tersebut dijaga oleh lukisan <b>Nyonya Gemuk</b> yang memakai gaun merah muda. Sebagai 'satpam' asrama, <b>Nyonya Gemuk</b> selalu meminta kata kunci setiap kali ada pengunjung yang ingin masuk. Kata kunci ini selalu diubah-ubah demi keamanan siswa. Pernah suatu ketika, lukisan tersebut rusak karena dicakar-cakar oleh <b>Sirius Black</b> yang menyaru menjadi animagus dan memaksa masuk asrama <b>Gryffindor</b> namun dihalangi oleh <b>Nyonya Gemuk</b>. <br />
<br />
Selain lukisan <b>Nyonya Gemuk</b>, ada juga lukisan tokoh-tokoh dalam dunia sihir yang dipajang di dinding <b>Hogwarts</b>. Sayang sekali, lukisannya tidak bergerak-gerak dan 'penghuni' lukisannya tidak bisa berpindah tempat.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfExscQfQqwx0jEtIKmdJezyfyzB2h9Jvf0ZiP-FkmY4T7ZKCqQ2qahGvydfi82U-YJ2gZCyom5q9c0zOLqV6vKDDnnQ5YPBCfpBaV-dw0BZFaFf1zl_NmR1TQW28uIaOq1jcKWtUTaks/s1600/3D6E747E-7171-4326-A1FD-63996224F70A1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfExscQfQqwx0jEtIKmdJezyfyzB2h9Jvf0ZiP-FkmY4T7ZKCqQ2qahGvydfi82U-YJ2gZCyom5q9c0zOLqV6vKDDnnQ5YPBCfpBaV-dw0BZFaFf1zl_NmR1TQW28uIaOq1jcKWtUTaks/s400/3D6E747E-7171-4326-A1FD-63996224F70A1.jpg" width="298" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Lukisan <b>Nyonya Gemuk</b> Menuju Menara <b>Gryffindor </b>:. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya kemudian terdiam. Kalau diingat-ingat lagi, lucu juga sebenarnya kalau mengingat zaman tumbuh kembang bersama <b>Harry Potter</b> ini. Kalau ada seri terbaru terbit, saya bisa tahan tidak keluar rumah saat akhir pekan karena penasaran dengan kelanjutan cerita dan ingin segera tahu akhir kisahnya. Gawai untuk sementara waktu bisa terabaikan. Bahkan kawan saya ada yang lebih parah, dicari orang serumah ke mana-mana, tak tahunya mendekam di dalam kamar menamatkan buku ke lima <b>Harry Potter</b> yang tebalnya 1.200 halaman itu. Duh, kalau ingat masa-masa itu, saya jadi terkenang dengan masa lalu yang
rasanya begitu sederhana. Permasalahan hidup paling pelik hanyalah mengerjakan PR dan sekolah saja. Hehehe. 😜<br />
<br />
Tapi paling tidak, setelah bekerja begini, saya jadi punya kesempatan untuk jalan-jalan beneran dan mengunjungi apa yang dulu hanya bisa saya nikmati dengan membaca. Saya tak tahu sampai kapan demam <b>Harry Potter</b> begini akan berakhir. Mungkin, bagi sebagian besar <b><i>Potterhead</i></b> yang tumbuh bersama <b>Harry Potter</b> seperti saya, demam tersebut akan selalu ada. Hanya reda dalam masa dorman, lalu diam-diam akan bangkit lagi saat berjumpa dengan <b><i>Potterhead</i></b> lain atau bertemu dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia sihir <b>Harry Potter</b>, entah alat, entah tempat. Itulah mengapa slogan <b>Hogwarts</b> begitu mirip dengan suasana hati para <b><i>Potterhead</i></b>, memberikan pesan kepada para <i>muggle</i> untuk tidak mengusiknya jika tidak ingin terganggu dengan hal-hal konyol yang diobrolkan oleh fandom <b>Harry Potter</b>: <i>Draco dormiens nunquam titilandus</i>. Jangan membangunkan naga yang sedang tidur. <i>Nox</i>! [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com23tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-57678958200029913072019-11-29T07:24:00.000+07:002019-12-30T13:04:14.011+07:00Nostalgia dalam Sinema Bersama Trinity Traveler<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR_kdYH1G-U6qBoU8L43brYeN1LcpYASNqEUpBxH6Hqd1ohKeZZuMo0HidzJMvw8p6xbujJQ4f8w_WY53uMvzC3wcAE_LF0mgjAns0-5mB8kr9UQHJ7Hzn4una10FlnXEaEZ2ZsS6eGzY/s1600/F17F605E-BEDB-4CDA-884E-A86DA57152071.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR_kdYH1G-U6qBoU8L43brYeN1LcpYASNqEUpBxH6Hqd1ohKeZZuMo0HidzJMvw8p6xbujJQ4f8w_WY53uMvzC3wcAE_LF0mgjAns0-5mB8kr9UQHJ7Hzn4una10FlnXEaEZ2ZsS6eGzY/s400/F17F605E-BEDB-4CDA-884E-A86DA57152071.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The Naked Traveler 2 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Semalam saya nonton film <b>Trinity Traveler</b>. Film ini diangkat dari sebagian kisah di buku <b>The Naked Traveler 2. </b>Saya pertama kali membaca buku ini tahun 2010. Waktu itu beli karena mau ke Bali dan tidak punya buku buat bacaan di perjalanan. Saat itu, saya belum kenal <b>Trinity</b>, belum pernah melihat orangnya, bahkan fotonya sekalipun. Entah sudah berapa kali buku ini saya baca. Satu dasawarsa berselang, buku ini diangkat ke layar lebar.<br />
<br />
Seperti yang pernah saya tulis di postingan <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/03/saya-dan-budhe-trinity-naked-traveler.html" target="_blank">ini</a> bahwa mungkin terkesan <i>lebay</i> kalau dibilang buku ini mengubah hidup saya. Tapi jujur, beberapa prioritas dalam hidup saya agak sedikit bergeser setelah membaca buku dan mengikuti postingan (budhe) <b>Trinity</b> di blognya. Saya yang dari kecil sudah terbiasa diajak jalan-jalan sama orang tua, jadi kecanduan untuk bisa jalan-jalan terus. <br />
<br />
<a name='more'></a>Awalnya saya tidak tahu kalau film tentang jalan-jalannya <b>Trinity</b> ini akan dibuat dalam dua film. Begitu ada <i>up date</i> tentang jadwal rilis film di akun media sosialnya, saya jadi tak sabar untuk menontonnya. Jika tidak ada kesibukan yang berarti, saya selalu berusaha nonton film di hari pertama penayangannya. Dan film ini saya tunggu-tunggu karena lokasi pengambilan gambarnya sebagian besar berada di tempat-tempat yang sudah saya kunjungi. Jadi, sembari nonton film, saya ingin bernostalgia dengan momen yang pernah saya alami selama perjalanan di lokasi yang dijadikan latar film ini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq0nSjs64oSOyGGIK3m3dSCb9s8cUrN23E35zjLzkC1BRie__RxTPTW5p7uf0utvxHhRXoUCapn3X76muhbw86XTFZs3__IDLJEVMhRdGL2VlqmTA3Dpvq9UUFIXm8St_-sdXEw-vXyxQ/s1600/IMG-20141012-03024.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiq0nSjs64oSOyGGIK3m3dSCb9s8cUrN23E35zjLzkC1BRie__RxTPTW5p7uf0utvxHhRXoUCapn3X76muhbw86XTFZs3__IDLJEVMhRdGL2VlqmTA3Dpvq9UUFIXm8St_-sdXEw-vXyxQ/s400/IMG-20141012-03024.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mendaki Krakatau :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di awal-awal film, saya sudah dibuat takjub dengan kilasan gambar perjalanan <b>Trinity</b> ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2014/10/kelana-krakatau.html" target="_blank"><b>Gunung Anak Krakatau</b></a>. Gunung ini ada di <b>Selat Sunda</b>. Pernah menggegerkan dunia gara-gara letusannya yang maha dahsyat itu. Nah, saya pergi ke sana tahun 2014 sekalian kondangan ke tempat kawan.<br />
<br />
Ternyata gunungnya memang tidak terlalu tinggi. Jalan santai sambil foto-foto dari pantai sampai ke titik tempat diperbolehkan mendaki kira-kira hanya setengah jam saja. Tapi kalau sudah siangan dikit, panasnya memang ampun-ampunan pasir di sini. Yang paling saya ingat dari perjalanan ini adalah tentang kelalaian saya membawa kartu memori kamera. Alhasil, saya hanya mengandalkan kamera gawai dan kamera teman saya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid57-4Qd68Q0_3UwD9X0xN5tB84Z0vZvDtA1MydN2iUHxlqChG9iQNS9q1tE6KXWiccxB24PA6QmEASZ00ESuEx_l2aZRCpbhuz8meju2rm0W8o0qwdlYm8O9roPRIAE2OfaNP1v6AUW0/s1600/998AC251-A5F8-49A7-BAF1-0F812B0D72651.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1119" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid57-4Qd68Q0_3UwD9X0xN5tB84Z0vZvDtA1MydN2iUHxlqChG9iQNS9q1tE6KXWiccxB24PA6QmEASZ00ESuEx_l2aZRCpbhuz8meju2rm0W8o0qwdlYm8O9roPRIAE2OfaNP1v6AUW0/s400/998AC251-A5F8-49A7-BAF1-0F812B0D72651.jpg" width="278" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Berlayar di Teluk Lampung :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Masih berlokasi di <b>Lampung</b>, di kesempatan lainnya saya main air di lautnya yang biru jernih. <b>Lampung</b>
ini memang destinasi murah meriah kalau mau ke pantai cantik atau
sekadar pengen nyebur ke laut yang airnya hijau toska. Lokasinya relatif dekat dari
Jakarta. Suasananya masih lumayan sepi. Dan ongkosnya tidak terlalu
mahal.<br />
<br />
Dengan budget terbatas dan tidak perlu cuti, kita bisa mendapatkan suasana pantai yang sepi dengan pasir putih yang lembut. Kalau beruntung, kita juga bisa menyaksikan rombongan lumba-lumba lucu yang melintas di perairan ini. Dulu, kalau mau lihat lumba-lumba di <b>Lampung</b>, orang pada rombongan ke <b>Teluk Kiluan</b>. Berangkatnya pagi-pagi sekali. Entah sekarang masih hits atau tidak 'atraksi' ini mengingat jalan ke sana memang jelek sekali parahnya.<br />
<br />
Satu hal <i>bucket list</i> yang belum kesampaian sampai sekarang berkaitan dengan jalan-jalan di <b>Lampung</b> yaitu memandikan gajah di <b>Way Kambas</b>. Beberapa kali mau ke sana selalu ditunda karena ada alasan lain. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW8Kb2iO_B2TtgkceDGf2bCmBzE74TVHkak5fU0IkKCS3tYyT3KVjW1xZKpW6alaK-RCPAwm5ORmiwIr-YUYWEjf7ztL2PJhfh_FDRPfYe3SUjD_aJBTooDrEXYgdmPfz4yLVAwq9V_l0/s1600/DSCF0694.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW8Kb2iO_B2TtgkceDGf2bCmBzE74TVHkak5fU0IkKCS3tYyT3KVjW1xZKpW6alaK-RCPAwm5ORmiwIr-YUYWEjf7ztL2PJhfh_FDRPfYe3SUjD_aJBTooDrEXYgdmPfz4yLVAwq9V_l0/s400/DSCF0694.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Disapa Sekawanan Gajah :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dari perjalanan-perjalanan ini, ada beberapa hal yang membuat pandangan dan kebiasaan saya sedikit berubah. Saya merasa jadi tambah peduli dengan lingkungan. Yang paling sederhana yaitu dengan membuang sampah pada tempatnya, tidak pipis sembarangan, menghabiskan makanan yang dibeli, tidak memetik tanaman di gunung atau tempat wisata, dan tidak meninggalkan jejak merusak pada spot wisata yang didatangi. <br />
<br />
Selain itu, saya selalu merekomendasikan kawan-kawan untuk menikmati keunikan fauna di habitatnya langsung. Atau kalau misal harus di taman hewan, setidaknya hewan-hewan yang dilihat itu tidak dalam keadaan dikerangkeng. Mereka sama bebasnya dengan orang yang sedang tamasya menontonnya, mendapatkan pasokan makanan dan minuman yang cukup, dan tidak dijadikan objek swafoto berdasarkan antrian. <br />
<br />
Yang lebih ekstrim, saya juga menghindari nonton atraksi topeng monyet dan sebisa mungkin berusaha mendorong agar pemimpin daerah setempat mengeluarkan aturan pelarangan pertunjukan topeng monyet. Saya urung ikut atraksi naik gajah. Gajah ternyata punya 'konstruksi' tulang punggung yang memang tidak digunakan untuk menopang beban berat. Kalau ada <i>scene</i> dalam film <b>Trinity Traveler </b>yang kurang saya sukai mungkin di adegan waktu naik gajah. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRxRKfhrXjEaOZruAH1twJGA2cDI1D84vWlfoo0OJd0I5AC33JkPUZXjuYp_iuzmi2q75zuG5UqgLDmTZ_VzHGn9iWSusKkju81QJb4IEOvfXIsQ9uRZfCTr4yCg-t7MvLkWuLLz3wxfE/s1600/e.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="628" data-original-width="1100" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRxRKfhrXjEaOZruAH1twJGA2cDI1D84vWlfoo0OJd0I5AC33JkPUZXjuYp_iuzmi2q75zuG5UqgLDmTZ_VzHGn9iWSusKkju81QJb4IEOvfXIsQ9uRZfCTr4yCg-t7MvLkWuLLz3wxfE/s400/e.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The Legend of Komodo Dragon :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kesenangan dalam berinteraksi dengan flora dan fauna di alam liar menyeret saya ke dalam pelukan taman-taman nasional di nusantara. Yang paling hits tentu saja <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2013/08/7wonders-menjarah-sarang-naga.html" target="_blank"><b>Taman Nasional Komodo</b></a>, tempat bermukimnya naga nusantara. Saya main ke sini pertama kali tahun 2010. <b>Taman Nasional Komodo</b> belum masuk dalam daftar <b><i>The New Seven Wonders of Nature</i>. </b>Ke sananya naik perahu nelayan sederhana. Trip ini bertajuk <i>sailing trip</i>. Paket yang ditawarkan berupa paket lengkap berlayar selama empat hari tiga malam dari <b>Mataram</b> ke <b>Labuan Bajo</b> atau arah sebaliknya. <b> </b><br />
<br />
Aktivitasnya didominasi dengan <i>trekking</i> ke dalam hutan, nyebur ke laut, dan leyeh-leyeh di pantai. <i><b>Highlight</b></i>-nya tentu saja mengunjungi komodo di habitatnya langsung. Makanan sudah termasuk di dalamnya. Karena capek <i>trekking</i> dan berenang seharian, setiap sore semua orang sudah pada posisinya masing-masing di geladak
atas untuk tidur-tiduran karena ombak tinggi dan pemandangan sekitar
gelap gulita.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB1fHEnoGt1hAJWO-iD4l2xw4c8gb10OkI8J5CixdUCALjwdTOjWKekrKDWAZ0opm_QR39BxV3BG7vzxELeNLM7k1JnveuTF_MLV8Tu1Dv1lIN9s6oLEoYUdLtmU-Br8Abt6LOTBEIqro/s1600/IMG_3432.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiB1fHEnoGt1hAJWO-iD4l2xw4c8gb10OkI8J5CixdUCALjwdTOjWKekrKDWAZ0opm_QR39BxV3BG7vzxELeNLM7k1JnveuTF_MLV8Tu1Dv1lIN9s6oLEoYUdLtmU-Br8Abt6LOTBEIqro/s400/IMG_3432.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Gili Lawa yang bikin <i>nganga</i> :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b> Pulau Padar</b> yang jadi latar film belum menjadi spot wisata populer seperti sekarang. Dulu, untuk menikmati keindahan <b>Taman Nasional Komodo</b> dari ketinggian, pengunjung diajak <i>trekking</i> di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/01/tak-ada-ora-di-gili-lawa.html" target="_blank"><b>Gili Lawa</b></a>. Landskapnya memang spektakuler. Dengan lengkung pantai berpasir putih dan laut dengan air bergradasi warna hijau biru membuat setiap foto jadi tampak <i>instagramable</i>. Kemiringan bukitnya bisa mencapai 60 derajat dan tidak ada tangga. Orang yang tidak biasa mendaki bisa <i>megeh-megeh</i> begitu sampai atas. Sahabat saya saja tidak sampai puncak dan memilih duduk-duduk di pertengahan jalur mendaki demi menunggu saya. <br />
<br />
Hampir semingguan terombang-ambing di tengah laut, begitu mendarat di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/01/berlabuh-di-labuan-bajo.html" target="_blank"><b>Labuan Bajo</b></a>, jalan rasanya bisa goyang-goyang sendiri. Tapi itulah seninya. Saya mencoba untuk menikmati desa nelayan ini dengan mencicipi masakan laut dan jalan-jalan di sepanjang pantainya. Pusat keramaiannya hanya ada di jalan utama saja. Bandaranya juga masih sederhana. Sampai akhirnya masuk dalam salah satu destinasi unggulan pariwisata <b>Indonesia</b>, saya kembali lagi tahun 2015 dan melihat perubahan yang sungguh luar biasa. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrqWWjGGm1YqgGHJVBNybwwEfP1PTfyKIFa9cvUH6JdBx1CMpbi1SdzQZ44DvX1t10g9NuA0kZm-LCl6JTCLg9Gu6QKZb1c79YFpJ3F9ixEtaTZ3L8FTIFh_9VN_WujemJnjWVYkCe54w/s1600/DSCF0614.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrqWWjGGm1YqgGHJVBNybwwEfP1PTfyKIFa9cvUH6JdBx1CMpbi1SdzQZ44DvX1t10g9NuA0kZm-LCl6JTCLg9Gu6QKZb1c79YFpJ3F9ixEtaTZ3L8FTIFh_9VN_WujemJnjWVYkCe54w/s400/DSCF0614.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Magical</i> Labuan Bajo :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Hotel tumbuh bak cendawan. Bandara jadi semakin bagus dan modern. Jalan beraspal semakin panjang dan pilihan makanan lebih bervariasi. Alamnya masih sama indahnya. Apalagi saat matahari terbenam. Sungguh <i>magical</i> rasanya. Hanya saja, rumor-rumor tidak sedap yang mengatakan bahwa tempat ini akan dijadikan destinasi wisata premium dan sebagainya menurut saya yang agak mengganggu.<br />
<br />
Selesai dengan latar nusantara, saya teringat dengan kunjungan saya ke <b>Manila</b> yang jadi latar juga di film <b>Trinity Traveler</b>. Memang sih, dibandingkan dengan <b>Singapura</b> atau <b>Malaysia</b>, <b>Filipina</b> belum menjadi tujuan kebanyakan turis asal <b>Indonesia</b>. Mungkin karena pilihan maskapainya tidak sebanyak kalau ke negara jiran <b>Singapura</b> dan <b>Malaysia</b>. Padahal, alamnya tidak kalah indah dengan <b>Indonesia</b> karena bentuk negara berupa kepulauan juga.<br />
<br />
Saya sampai menebak-nebak lokasi syutingnya di sebelah mana saat nonton film. Beberapa ternyata sudah saya sambangi. Lokasi di keramaian itu kalau tidak salah berada di kawasan <b>Quiapo</b>, daerah muslim <b>Manila</b>. Sepuluh menit jalan kaki dari situ saya waktu itu menuju <b>Intramuros</b>. Area ini merupakan kompleks 'kota tua' <b>Manila</b> yang dijejali dengan bangunan cagar budaya seperti gereja, benteng, rumah-rumah kuno, dan kastil. Salah satunya dan menjadi latar dalam film adalah <b>Casa Manila</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNHWzgSx0BCNMfU92Vlrk2_WCGoG3ZpOWvLhOY7gN0FsXp-mNlKs8QvieeLk4kWtekU3InG0VdjJsvrPjYVXxgmGvpKvkpMvKtLliZnirYPYwDHWLxdaP9-8NMEsdVdmAWX4QMH2DtmVQ/s1600/2D739634-8E33-4D57-9792-7A29994E70F8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1164" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNHWzgSx0BCNMfU92Vlrk2_WCGoG3ZpOWvLhOY7gN0FsXp-mNlKs8QvieeLk4kWtekU3InG0VdjJsvrPjYVXxgmGvpKvkpMvKtLliZnirYPYwDHWLxdaP9-8NMEsdVdmAWX4QMH2DtmVQ/s400/2D739634-8E33-4D57-9792-7A29994E70F8.jpg" width="290" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mabuhai Manila :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Museum ini merupakan duplikasi dari rumah <b>San Nicolas</b> yang berlokasi di <b>Calle Jaboneros</b>. Dibangun tahun 1850-an. Sebenarnya saya tidak memerhatikan kalau ini merupakan museum. Saya hanya tertarik dengan pintu masuknya yang seperti sebuah gerbang istana. Jadi, saya masuk aja dan foto-foto. Eh, ternyata tidak diperkenankan mengambil foto di dalam. Akhirnya saya beranjak keluar museum dan menuju gereja <b>Santo Agustinus</b> yang ada di sebelahnya. <br />
<br />
Kembali ke film <b>Trinity Traveler</b>, secara umum saya sebenarnya selalu suka dengan kisah perjalanan. Tapi berhubung hampir tidak pernah memasukkan unsur 'main hati' dalam perjalanan selama ini, saya agak kurang <i>sreg</i> saja dengan kisah cinta di dalam film ini. 😐<br />
<br />
Namun, satu hal yang menghangatkan hati adalah pesan ikhlas dalam menolong orang lain dalam perjalanan tanpa mengharap imbalan apapun seperti yang dilakukan oleh <b>Trinity</b> kepada Mr. X. Saya selalu percaya pada karma baik dan berusaha terus menerus untuk menanamnya. Karena kita tidak pernah tahu, melalui tangan yang mana pertolongan Tuhan akan datang saat kita benar-benar membutuhkannya. Dan setelah keluar dari bioskop, rasanya seperti saat saya baru saja tiba di bandara <b>Soekarno Hatta Jakarta</b> sepulang jalan-jalan. Duh, saya jadi pengen jalan-jalan lagi. []<br />
<br />
<b>Baca Juga: <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2019/03/saya-dan-budhe-trinity-naked-traveler.html" target="_blank">Saya dan (Budhe) Trinity, The Naked Traveler</a></b> 🌻🌺🍁 Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-80355242193575551822019-08-18T10:33:00.000+07:002020-01-14T16:38:05.537+07:00Nikmatnya Jalan-Jalan Sendiri<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguI3rq3cBihNIAjnRtY50DK1bXW3Whjsz8JS6kiRF4Ta3XCObP-nUpb_p3Pb0eqlmGhtYz6ReT67HP8eFSCRx8HVsazOb-t8ztrBLvRmhLnTriRr3pw1gqv-mbJx7HpWLUKkAk0ZskoFM/s1600/_MG_13211.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguI3rq3cBihNIAjnRtY50DK1bXW3Whjsz8JS6kiRF4Ta3XCObP-nUpb_p3Pb0eqlmGhtYz6ReT67HP8eFSCRx8HVsazOb-t8ztrBLvRmhLnTriRr3pw1gqv-mbJx7HpWLUKkAk0ZskoFM/s400/_MG_13211.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menikmati suasana kawasan <b>Kamondo Merdivenleri</b>, <b>Istanbul</b>, <b>Turki</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat mengunggah foto perjalanan ke <b>Turki </b>beberapa bulan lalu, saya banyak sekali mendapatkan pertanyaan. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaan ini sering sekali dilontarkan. Tapi saya menjawabnya singkat saja atau sambil lalu. Pertanyaan yang paling sering ditanyakan tentu saja tentang mengapa kalau jalan-jalan selalu sendirian saja. Apa tidak takut? Nanti di tempat tujuan bagaimana? Menginapnya di mana? Makan apa? Menuju ke sananya <i>piye</i>? Aman tidak? Kalau diculik bagaimana? Nah, panjang kan? Lho, apanya? Ya pertanyaannya. 😜<br />
<br />
Terus terang, saya sebenarnya juga tidak ada masalah saat harus jalan-jalan berombongan. Faktanya memang, sejauh ini, saya <b>tidak pernah</b> benar-benar jalan sendirian. Selalu ada teman pejalan lain yang sama juga sedang jalan-jalan.<br />
<br />
<a name='more'></a>Saya melakukan perjalanan karena memang ingin. Ada perjalanan yang memang saya rencanakan jauh-jauh hari. Ada kalanya keinginan untuk jalan-jalan itu dilakukan dengan impulsif. Artinya, saya hanya modal tiket pergi pulang saja, tanpa ada reservasi hotel dan akomodasi lain. <i>Go show</i> saja. Lihat nanti di sana bagaimana. Contohnya perjalanan ke <b>Turki</b> kala itu dan hampir semua perjalanan yang saya lakukan lainnya. Benar-benar <i>go with the flow</i>. Tidak banyak teman-teman dekat saya yang siap dengan model jalan-jalan begini.<br />
<br />
Ada yang punya dana, tetapi cutinya cekak. Ada yang jatah cutinya longgar tapi sedang bokek. Ada yang harus bayar cicilan ini-itu. Ada yang anaknya sakit, mau sekolah, atau belum bayar uang les. Ada yang maunya hanya kalau ada tiket promo saja. Dan sebagainya. Menyatukan banyak keinginan dalam satu rencana yang sama terkadang memang banyak kendalanya. Bisa-bisa nanti malah saya tidak jadi jalan-jalan. Nah, itulah mungkin alasannya mengapa saya (kelihatannya) selalu jalan-jalan sendirian saja. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzu9Vw3BcjFJao9mKpRL9eQFkmeRqg1snD2N8s3V2UWp1v8mQIqKouxSH0HX3O7p8BrKNnpSJZEglzDK1Nz7wXfCeUpb5glpN1Qe_dyZCYgqKkSryGih2GHdUAeZzJDshRrslBlv836DE/s1600/DSCF7194.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzu9Vw3BcjFJao9mKpRL9eQFkmeRqg1snD2N8s3V2UWp1v8mQIqKouxSH0HX3O7p8BrKNnpSJZEglzDK1Nz7wXfCeUpb5glpN1Qe_dyZCYgqKkSryGih2GHdUAeZzJDshRrslBlv836DE/s400/DSCF7194.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Merasakan kelas bisnis dalam penerbangan dengan maskapai <b>Air France - KLM</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kalau boleh jujur, seimpulsif apapun, saya tetap mempersiapkan segala sesuatunya sebelum berangkat jalan-jalan. Kemampuan ini sebenarnya akan terasah dengan sendirinya saat jam terbang jalan-jalannya sudah semakin bertambah. Hal minimal yang perlu disiapkan tentu saja uang secukupnya. Kalau ke luar negeri, paling tidak ya membawa cadangan mata uang USD selain mata uang negara yang ingin dikunjungi. Dokumen perjalanan sudah disiapkan dalam satu tempat sehingga ringkas dibawa ke mana saja setiap saat. Visa sudah disetujui oleh kedutaan negara yang mempunyai kewenangan memberi izin. Paling mudah memang yang bisa diajukan secara daring. <br />
<br />
Pejalan saat ini sudah lebih mudah dan terbantukan dengan adanya banyak sekali aplikasi agen perjalanan daring. Jadi, soal penginapan dan akomodasi sebenarnya bisa dipersiapkan jauh-jauh hari. Terkadang, ada banyak promo yang ditawarkan oleh penyedia aplikasi tersebut. Untuk itu, sering-seringlah berselancar di dunia maya untuk mendapatkan info terkini. Saya lebih memilih fleksibel saja. Ada kalanya pesan lebih awal secara daring, tapi tak jarang juga saya <i>go show</i> pesan di tempat. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0a4p-pK4igKV9bnbj2dAsYzN0CMU0u-ZvztxMK9MVUUrSQ2xJWVskRte_g6QEh2TkBM8fCm61homwF0phmYNP5Cb6URMLf0AhuY-uIVZl0e8JmplxHqHwXnrKLzkkwMPqLC1Djb5VuUo/s1600/IMG_0124.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0a4p-pK4igKV9bnbj2dAsYzN0CMU0u-ZvztxMK9MVUUrSQ2xJWVskRte_g6QEh2TkBM8fCm61homwF0phmYNP5Cb6URMLf0AhuY-uIVZl0e8JmplxHqHwXnrKLzkkwMPqLC1Djb5VuUo/s400/IMG_0124.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Suasana Hening Saat Menginap di <b><i>Presidential Suite</i></b> <b>Svarga Resort</b>, <b>Senggigi</b>, <b>Lombok</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Alhamdulillah, sejauh ini tidak ada masalah berarti. Semua ok-ok saja. Termasuk makanan dan bahasa. Saya memang pernah mengalami beberapa kejadian tidak mengenakkan dalam perjalanan. Pesawat ditunda keberangkatannya, pesawat beda jadwal terbang dengan yang tertera di situs pemesanan, gagang kamera patah, atau membayar lebih tarif hotel dari yang seharusnya. Buat saya, itulah bumbu dalam perjalanan. Makanya saya punya cerita. Dan dari hal-hal tersebut saya jadi belajar sesuatu dan tambah waspada.<br />
<br />
Untuk menghemat biaya, saya selalu meminta diskon untuk semua akomodasi yang akan saya pakai. Hal itu dilakukan karena saya sadar diri bahwa uang yang saya bawa juga tidak banyak. Jika ada tiket terusan, saya biasanya membeli tiket jenis ini karena akan lebih murah hitung-hitungannya. Tiket terusan ini bisa berupa tiket bus, museum, dan lain-lain. <br />
<br />
Ke manapun saya pergi, jika ada angkutan umum menuju ke sana, saya akan naik angkutan umum saja. Jika bisa ditempuh dengan jalan kaki, ya saya memilih berjalan kaki. Berhubung jauh dari mana-mana dan apapun harus dilakukan secara mandiri, makanya tidak boleh manja dan selalu berusaha tepat waktu. Ada kalanya saya mencoba keberuntungan dengan <i>hitchhike</i>. Tapi tidak semua negara mengenal 'cara' ini. Jadi, jika tidak yakin dan khawatir akan keselamatan, sebaiknya tidak dilakukan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZLMN69niO-7D_AjaN5tGLL2qJVfXW7NWukAS73H5yMqoKKSjdr996KQjsmv2q2cyW4hBW3hfR-dpWNmsajQWlHx5uVQQYAjLMomqvsZflEdQe8T5uirkn467AEjIZbWK1oDWUUQ4pOOg/s1600/DSCF1937.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZLMN69niO-7D_AjaN5tGLL2qJVfXW7NWukAS73H5yMqoKKSjdr996KQjsmv2q2cyW4hBW3hfR-dpWNmsajQWlHx5uVQQYAjLMomqvsZflEdQe8T5uirkn467AEjIZbWK1oDWUUQ4pOOg/s400/DSCF1937.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menikmati kopi hangat di <b>Puncak Gunung Kelimutu,</b> <b>Ende</b>, <b>Flores</b>,<b> NTT</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya juga kerap patungan untuk membayar akomodasi dengan teman-ketemu-di-jalan. Berjumpa di restorasi saat sarapan atau tidak sengaja bertemu di jalan, akhirnya membuka obrolan dan berlanjut jalan bareng. Sejauh ini saya memang berjumpa dengan pejalan yang <i>pace</i>nya tidak jauh berbeda. Artinya, kebanyakan pejalan yang pernah jalan bareng saya jalannya tidak buru-buru banget, masih muda (tenaga masih fit), dan gaya jalannya tidak kere-kere banget. Ini penting. Biar tidak timbul perasaan tidak enak hati, rikuh, dan (untuk saya) capek kalau lihat orang yang ngiritnya kebangetan. <i>It's so last year</i>-lah ya gaya jalan seperti itu. <br />
<br />
Bergaulah dengan orang lokal. Jika terkendala masalah bahasa, mulai sekarang belajarlah bahasa lain selain bahasa <b>Indonesia</b>. Minimal bahasa <b>Inggris</b>. Bukan untuk apa-apa. Mengenali secara wajar kehidupan orang lokal itu menurut saya sungguh menarik. Semakin berkembangnya dunia turisme saat ini mendorong pemangku kepentingan membuat segala sesuatu secara artifisial. Semua dibuat instan. Yang penting ada dan tersedia saat ada turis yang datang. Meski umum terjadi, rasa-rasanya saya kurang puas menikmati situs turisme yang demikian.<br />
<br />
Saya lebih senang bertandang ke suatu tempat yang apa adanya. Kalau memang indah dan menarik tempatnya ya memang secara alami indah dan menarik, bukan karena editan seperti di brosur pariwisata. Tempat-tempat seperti ini kerap akan mengundang lagi lebih banyak orang lagi untuk datang. Kalau benar-benar ramah penduduknya dan (mohon maaf) tidak rakus dalam mengambil keuntungan, tak jarang akan bersikap secara wajar, tersenyum dengan tulus, memberikan harga juga secara wajar, keramahan yang ditampilkan tidak dibuat-buat, dan seringnya akan meninggalkan pengalaman yang berkesan bagi kedua belah pihak. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoZPbHlnLjlkzoJ8y7Isg35o2VufdHmBa0FMp7oJXEtXXizIq4YMfCwdyMlIZl0SKEOgPLjWofQqCK89sGdE84suUn6LCkzFYY9Dx_M9p4psZb9bTOBertslYrKFTnQ12nIsizaTuQoEE/s400/82F51A5F-7C2C-4263-AE3E-EC10AFEBAFDB.jpeg" width="300" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pemandangan di "<b>Belakang Rumah Nenek"</b>, <b>Cappadocia</b>, <b>Turki</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dalam melakukan perjalanan secara mandiri, kita boleh banget khawatir. Tapi jangan sering-sering. Tenang saja. Banyak orang baik di luar sana. Untuk itulah, saya selalu bilang ke diri sendiri dan kawan-kawan yang minta saran agar juga selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi. Mulailah menanam karma baik setiap hari, kepada semua makhluk. Saya pikir, segala amal kebaikan, pada akhirnya akan menuntun kita untuk dipertemukan juga dengan orang-orang yang jauh lebih baik lagi daripada kita. Bukan agar kita ditolong dalam perjalanan, tetapi lebih kepada sinyal agar kita mau mengambil pelajaran kehidupan dari mereka. Sesederhana apapun.<br />
<br />
Hal-hal kecil semacam menunjukkan arah penginapan, museum, terminal, atm, ongkos yang harus dibayar dengan tarif wajar, makanan yang wajib dicicipi di suatu tempat, dan atraksi wisata yang perlu dilihat, informasi seperti ini sangat berarti diketahui oleh seorang pejalan untuk efisiensi mengingat waktu kunjungan ke suatu destinasi yang sangat singkat. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVuktMv8vFdUNtXZv3jZJ-A-XdKKrORsTEiVs-AzL3UK1fwZtThsZPMLheV4-lvur_KIXbzn0BkiVrd0RDY03pC2jQxNuWosD1SNczBgFqWTcufi1DPY5ej06R0b5IUp3ys9FOJH1OjnY/s1600/IMG_81621.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1046" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVuktMv8vFdUNtXZv3jZJ-A-XdKKrORsTEiVs-AzL3UK1fwZtThsZPMLheV4-lvur_KIXbzn0BkiVrd0RDY03pC2jQxNuWosD1SNczBgFqWTcufi1DPY5ej06R0b5IUp3ys9FOJH1OjnY/s400/IMG_81621.jpeg" width="261" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bersama kawan-ketemu-di-jalan di <b>Göreme</b>, <b>Cappadocia</b>, <b>Turki</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Nah, di luar itu semua, saya percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah seperti dirancang oleh Sang Khalik. Kapan kita ke mana dan berjumpa dengan siapa. Energi yang terpancar dari kita itulah bisa jadi yang akan menarik orang seperti apa yang akan kita temui nanti. Sejauh ini, saya bertemunya sih dengan orang-orang yang super seru, kocak, dan baik hati seperti dua orang yang mengantar saya ke terminal <b>Göreme</b>, <b>Cappadocia</b> saat saya akan bertolak ke <b>Konya</b>.<br />
<br />
Saya juga percaya bahwa masih banyak orang baik di dunia ini. Makanya tidak khawatir saat harus berangkat jalan-jalan sendiri. Seperti dalam ungkapan, <i>good friends are like stars, you don't always see them, but you know they always there ... to help you</i> 😍. Jadi, kapan nih mulai (belajar) menikmati jalan-jalan sendiri? 😋 []<br />
<br />
<b>Baca Juga: <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/12/pentingnya-piknik.html" target="_blank">Pentingnya Piknik</a>.</b> 🌺🌻🍁 Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com18tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-34403257246079801142019-08-11T09:00:00.000+07:002019-08-16T16:57:50.873+07:00Menjadi Seorang Pelari Maraton<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJgrFbjDtNrpgRT4VxBTyGAgmbZzp6vv9Bbml3e07jPzTGk2aHknHsXNo31A02Yf0Cb0tv7433R_L6tD9d1veLquWIwJxURjFAhe-dU8spkEieJjlAoiEYRQJLO68JQE3wfuA9UD5b_Uw/s1600/IMG_5019.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1065" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJgrFbjDtNrpgRT4VxBTyGAgmbZzp6vv9Bbml3e07jPzTGk2aHknHsXNo31A02Yf0Cb0tv7433R_L6tD9d1veLquWIwJxURjFAhe-dU8spkEieJjlAoiEYRQJLO68JQE3wfuA9UD5b_Uw/s400/IMG_5019.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Berlari di Ajang Borobudur Maraton 2018. Foto oleh Rungrapher</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Beberapa kali ikut ajang lari kategori maraton penuh membuat saya sering ditanya tentang kesan apa yang saya rasakan setelah menjadi seorang pelari maraton. Padahal ada banyak pelari lain yang lebih berpengalaman malang-melintang di pelbagai ajang maraton baik di dalam maupun di luar negeri. Mungkin karena mereka tidak menulis seperti saya sehingga kisah-kisah heroik yang mereka alami, tidak didengar oleh pelari yang baru akan merintis pengalaman menjadi seorang pelari maraton. Pengalaman saya dalam 'belajar' berlari maraton selama ini, banyak kisah pelari maraton 'senior' yang menginspirasi. <br />
<br />
Sebagai bentuk timbal balik, saya membuat <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2017/01/17-hal-yang-sering-ditanyakan-kepada.html" target="_blank">daftar hal yang kerap ditanyakan oleh pelari pemula </a>dalam berlari. Tentu saja, semuanya berdasarkan apa yang sudah saya alami. Saya ingin agar para pelari pemula atau mereka-mereka yang berminat untuk mulai berlari, benar-benar menyiapkan diri dan pada saat yang sama, tidak menganggap olahraga lari sebagai kegiatan yang eksklusif. Semua pernah menjadi pemula. Dan sebagaimana menjadi pemula yang bijak, sebaiknya runut mengikuti dan menikmati setiap proses yang akan dijalani.<br />
<br />
<a name='more'></a>Saya jadi ingat ajaran (mbak) <b><a href="https://naked-traveler.com/" target="_blank">Trinity</a>, </b>idola saya dalam dunia
jalan-jalan dan perbloggeran. Merunut pada ilmu yang dia bagi, lalu
dikawinkan dengan pengetahuan lari yang saya geluti, sebenarnya, seperti
halnya 'ilmu' tentang jalan-jalan, berlari maraton itu seperti sekolah.
Kita yang membayar <i>race</i>-nya (yang mahal itu), kita pula yang mengerjakan PR-PRnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYFFUKofdLldW3pfX_Edlx7Ff2jVJ4XC3BAg1moE5UkOWJsjt1ADbcSsHiKM_Q6WLFe3gOpy3RmQ_LIQNpGBfXnOOmiOHOyjXAqokrfqskRIjKctTHRTHNro2S0BoJNkGIQGAuvyAtA0w/s1600/IMG_8382.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYFFUKofdLldW3pfX_Edlx7Ff2jVJ4XC3BAg1moE5UkOWJsjt1ADbcSsHiKM_Q6WLFe3gOpy3RmQ_LIQNpGBfXnOOmiOHOyjXAqokrfqskRIjKctTHRTHNro2S0BoJNkGIQGAuvyAtA0w/s400/IMG_8382.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Samapta saat pendidikan militer di Markas Paspampres, Lawang Gintung, Bogor :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kita menyisihkan sebagian tabungan untuk membeli sepatu, kaos lari, dan segala pernak-perniknya. Itupun tidak murah. Jadi, yang serius menggeluti olahraga lari, pastinya sudah siap 'korban' materi untuk menghidupi hobinya ini. Lalu, seorang pelari juga perlu menyisihkan waktu untuk berlatih, membiasakan organ tubuhnya agar siap ketika dipakai untuk berlari di ajang yang akan diikuti. <br />
<br />
Seperti halnya sekolah yang mempunyai jenjang dan rentang waktu, begitu juga sebaiknya yang dilakukan oleh calon pelari maraton yang baik: mengikuti (dan menikmati) setiap jenjang kategori sebagai pelari. Pertama berlari di jarak pendek terlebih dahulu. Misalnya, seseorang yang berniat menjadi pelari maraton bisa memulainya dengan berlari satu kilometer, tiga kilometer, lalu meningkat menjadi lima kilometer. Jika sudah dirasa mampu, naik lagi jaraknya menjadi delapan kilometer, lalu meningkat lagi menjadi sepuluh kilometer. Begitu seterusnya, berjenjang dan bertahap. <br />
<br />
Tidak masalah jika Anda 'hanya' sanggup berlari lima kilometer, namun bergaul dengan mereka yang sudah lari maraton penuh. Jika ada yang meremehkan, anggap saja sebagai angin lalu. Konsisten dan fokus saja dengan 'materi pelajaran' lari yang sedang dipelajari. Jangan sampai terpancing dengan dorongan, ceracauan, atau bahkan tantangan yang diajukan oleh teman dekat sekalipun. Untuk hal ini, saya berterima kasih untuk dua <strike>kesayangan</strike> senior yang selalu memberi masukan dan dorongan semangat untuk konsisten dalam berlatih yaitu Buk <b>Yuli Rianastasia</b> dan Buk <b>Regnata Fayola Sitompul</b>. Mereka berdua akan selalu saya ingat sebagai duo <i>marathoner</i> yang 'menyiapkan' mental saya untuk menjadi lebih siap saat akhirnya saya berlari di kategori maraton penuh. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVfX6VxNQ9eOvRpwUUUuqavzP4Fr-5f99FQii133GJkBjTI8nk7AYzNh4g1JopNp9JreY5nmcGY7jRIu3CzSAAO1EMvV_IgBfJOYVUM6rormQFZ7YWpDdMJHoGGLOcolEegn6f8kVTpc/s1600/IMG_4425I.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCVfX6VxNQ9eOvRpwUUUuqavzP4Fr-5f99FQii133GJkBjTI8nk7AYzNh4g1JopNp9JreY5nmcGY7jRIu3CzSAAO1EMvV_IgBfJOYVUM6rormQFZ7YWpDdMJHoGGLOcolEegn6f8kVTpc/s400/IMG_4425I.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Konsisten Berlari di Kategori 5K dan 10K selama setahun</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya ingat sekali pesan keduanya. Lari ini olahraga fisik. Sekali saja seorang pelari pemula memaksakan diri berlari di kategori yang seharusnya belum dia masuki, semuanya akan sia-sia belaka saat terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Sudah banyak sekali kejadian menimpa pelari yang demikian.<br />
<br />
"Fokus saja sama kategori jarak lari yang sedang kamu latih saat ini. Gak usah hiraukan omongan orang," nasehat Buk Yul sembari mengajak berswafoto di suatu ajang lari di <b>Jakarta</b>. <br />
<br />
Dari obrolan dengan beberapa kawan pelari di <b>Indorunners</b>, saya jadi tahu bahwa 'penyakit' yang <b>paling umum</b> diidap oleh kebanyakan pelari pemula hampir selalu sama. Mereka umumnya terlalu dini (<b><i>too soon</i></b>) beralih kategori, dari kategori jarak yang paling pendek (5K, 10K) meningkat menjadi setengah maraton (21K). Atau dari setengah maraton menuju maraton penuh. Padahal sejatinya, seorang pelari tidak harus merasakan lari maraton sejauh 42.195 km lho untuk bisa disebut sebagai seorang pelari. Namun, kadang kala, 'tuntutan' pergaulan dan dorongan panjatan sosial memaksa seseorang untuk mencoba berlari maraton penuh. Ini alasan yang sungguh receh sebenarnya. Tetapi kerap terjadi. Saya sendiri berpindah dalam setiap kategori setelah satu tahun. Saya pikir itu rentang waktu yang cukup. Tidak perlu tergesa-gesa juga. Tetap <i>selow</i> saja.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl3LUqBth5KVQ7jnYcF02FYfOJs-s-QL2pE3NNmY1kfuzPJHpUXnmjpfVIpyfsvIU64Ha0rANtao1UjI1Vas_fGfvmrFHOvE_zrl6Jyjhpwly6jpvCuAH6RIwDAZob5SdL8D7sYd0br_s/s1600/IMG_62001.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl3LUqBth5KVQ7jnYcF02FYfOJs-s-QL2pE3NNmY1kfuzPJHpUXnmjpfVIpyfsvIU64Ha0rANtao1UjI1Vas_fGfvmrFHOvE_zrl6Jyjhpwly6jpvCuAH6RIwDAZob5SdL8D7sYd0br_s/s400/IMG_62001.jpeg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pelari hore & <i>pacer</i> balalambe sehabis SMTR 10K 😋 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mungkin beberapa pelari mampu menyelesaikan jarak tersebut, namun catatan waktunya kebanyakan biasa saja. Malah bahkan melebihi waktu yang ditetapkan panitia (<i>over</i> COT). Hal ini sungguh tidak baik tentu saja. Kita berlari bukan hanya untuk sekali dua kali <i>race</i> saja. Tapi kalau bisa, berlari secara berkelanjutan. Saya kerap menyampaikan batas capaian waktu maksimum yang bisa ditoleransi untuk dapat naik ke kategori selanjutnya, capaian waktunya 1:10:00 untuk 10K dan 2:30:00 untuk setengah maraton. Jika lebih dari itu, saya menyarankan untuk berlatih kembali di kategori sebelumnya. <br />
<br />
Nikmati saja prosesnya. Saat ingin ikut maraton penuh, saya berkomitmen untuk rajin berlatih. Saya memulainya dari hal yang paling dasar. Latihan pemanasan, ABC <i>drill</i>, <i>jogging</i> ringan, dan sebagainya. Inipun masih saya lakukan meski sudah berkali-kali ikut maraton penuh. Saya pikir, dalam upaya membentuk <i>form</i> lari yang lebih baik lagi daripada sebelumnya, keterampilan dalam berlari perlu diasah terus-menerus. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9c9XbUk9vz6vsL0o4Ilqv8zT8rOiSiuJJ-W6IgKnz0Qd9ivATZfAfYXRhWkmbOl1a-xMPjv-yVjx8WDcKebME9jQUWzFFqM3CpI-Ry_IDk_rLvW5R6DvKaR4C-NFr9TgGHum338ATK54/s1600/IMG_6678.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9c9XbUk9vz6vsL0o4Ilqv8zT8rOiSiuJJ-W6IgKnz0Qd9ivATZfAfYXRhWkmbOl1a-xMPjv-yVjx8WDcKebME9jQUWzFFqM3CpI-Ry_IDk_rLvW5R6DvKaR4C-NFr9TgGHum338ATK54/s400/IMG_6678.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Pelatihan Dasar untuk Pelari</b>. <b>Foto oleh Reinhard Perkasa</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selain itu, saya latihan secara mandiri, berlari dalam waktu tertentu (<i>tempo run</i>). Saya juga berlari bersama kawan-kawan <b>Indorunners</b> dalam SMTR setiap Minggu pagi di <b>Runners Avenue</b>, <b>SCBD</b>. Untuk pengetahuan lain tentang berlari seperti tentang kemampuan lari tingkat lanjut, <i>medical</i> dan <i>strength training</i>, saya belajar dari para pelatih di <b>adidas Runners Jakarta</b>. Semuanya belajar dan berlatih sesuai dengan porsinya. Artinya, latihan yang dilakukan disesuaikan dengan gol yang ingin dituju.<br />
<br />
'Penyakit' <b>kedua</b> yang kerap diidap pelari pemula yaitu adanya keinginan menggebu untuk bisa langsung lari dengan kencang (<b><i>too fast</i></b>). Baru berlatih lari, yang dibahas langsung tentang <i>pace</i>. Berapa <i>pace</i> yang harus dimiliki, berapa <i>pace</i> yang harus dilatih, dan sebagainya. Padahal <i>pace</i> setiap pelari itu berbeda-beda dan akan terbentuk dengan sendirinya sesuai dengan porsi latihan yang sudah dijalankan. <i>Selow</i> aja lagi.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZI_Wh_3vd4nZqQz8BsCpztLBFoFahlT7JwTSXJ26Yz4fR57hxYQNOVIS-J4gHhyphenhyphena8ZlMRQHj9Mik_ly5-SVtwcztbPaf_qRfJKW1xCXzvZHUwn3YCfhMZdrSwbeXsuVyVo0WouzqykM/s1600/IMG_97211.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="992" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZI_Wh_3vd4nZqQz8BsCpztLBFoFahlT7JwTSXJ26Yz4fR57hxYQNOVIS-J4gHhyphenhyphena8ZlMRQHj9Mik_ly5-SVtwcztbPaf_qRfJKW1xCXzvZHUwn3YCfhMZdrSwbeXsuVyVo0WouzqykM/s400/IMG_97211.jpg" width="290" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Pelatihan Tingkat Lanjut untuk Pelari</b>. <b>Foto oleh Reinhard Perkasa</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Larinya pun perlu diatur. Dibutuhkan minimal 16 minggu untuk persiapan lari maraton. Dihitung intensitasnya dan disesuaikan dengan kondisi tubuh. Saat pertama kali akan ikut maraton penuh, saya mengadopsi pola latihan yang diampu oleh kawan-kawan <b>Indorunners </b>di <b>Runiversity</b>. Pola latihannya saya modifikasi dan saya sesuaikan dengan jadwal kesibukan di kantor. Tidak harus juga setiap hari wajib lari. Saat istirahat lari, saya menggantinya dengan senam lantai, peregangan, atau melatih gerakan penguatan otot tubuh (<i>strength training</i>).<br />
<br />
Berhubung menjadi buruh milenial, saya biasa lari lima hingga tujuh kilometer saja saat hari kerja. Tapi dilakukan dengan disiplin. Saat akhir pekan, saya baru lari dengan jarak agak jauh. Minimal sepuluh kilometer. Setiap Senin dan Kamis, saya libur tidak berlari. Hal ini saya lakukan agar tubuh kita ada jeda untuk istirahat. Saya tidak ingin memaksakan diri dan tentu saja, tak ingin mengidap 'penyakit' <b>ketiga</b> yang umum dilakukan pelari pemula yaitu terlalu banyak berlari melebihi porsi latihan yang sanggup dilakukan oleh tubuh (<b><i>too much</i></b>). Dengarkan kondisi tubuh masing-masing. Yang paling mengerti tentang hal ini tentu saja hanyalah diri kita sendiri. <br />
<br />
Pengetahuan dasar ini wajib dipahami oleh seorang pelari yang akan ikut ajang maraton penuh. Tak ada kerennya sama sekali jika kita abai dengan tubuh kita sendiri. Apalagi alasannya hanya karena ingin memuaskan ego pribadi atau bernafsu ingin diakui oleh lingkungan pergaulannya bahwa sudah mampu berlari maraton penuh. Perlu disadari di awal ya, meski bisa dikatakan sebagai capaian pribadi yang heroik, menjadi penamat kategori maraton penuh itu sebenarnya ya biasa saja. Tidak istimewa sama sekali. Jadi, sangat disayangkan apabila hal yang tidak istimewa ini harus dibayar dengan sangat mahal, baik berupa cedera, apalagi sampai dibayar dengan nyawa. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0Rf1RlA0PtXnGWWMOk8yoQiz_Ko18GkaGZYAoTeZ6MOzwMvo8I-gr2HJDsoz4TIxdwkC_sNFLpXEOUKxlUFHuiK37N_Vf3LOyvlvmyBPR_HRpC72C5AK7XMstLsPnNncMlSUx_ppOROY/s1600/IMG_0239.JPEG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="1600" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0Rf1RlA0PtXnGWWMOk8yoQiz_Ko18GkaGZYAoTeZ6MOzwMvo8I-gr2HJDsoz4TIxdwkC_sNFLpXEOUKxlUFHuiK37N_Vf3LOyvlvmyBPR_HRpC72C5AK7XMstLsPnNncMlSUx_ppOROY/s400/IMG_0239.JPEG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Berlatih Membentuk Pola Lari yang Tepat bagi Tubuh. Foto oleh Reinhard Perkasa</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selain latihan mandiri, karena sadar akan kemampuan yang terbatas dan waktu yang tidak terlalu fleksibel untuk berlatih bersama kawan-kawan lari di Jakarta, saya menambalnya dengan mencari informasi melalui buku dan internet. Saya pikir, berlari maraton itu tidak hanya tentang lari saja, tetapi juga tentang hal-hal lain yang berkaitan dengan lari itu sendiri. Nutrisi misalnya.<br />
<br />
Untungnya, saya seorang omnivora. Saya makan nasi sebagai sumber utama penambah tenaga. Biar tidak melulu
nasi, sesekali saya mengombinasikannya dengan singkong rebus, kentang,
atau ubi. Saya juga kerap mengonsumsi roti gandum dengan selai. Saya
tidak suka mengonsumsi energi gel saat berlari. Entah mengapa, saya
merasa tidak perlu saja. Sebagai gantinya, saya rajin mengonsumsi madu
setiap pagi dan sore. Selain itu, saya juga rutin minum cairan
elektrolit. Semua porsi dan intensitasnya akan bertambah dua kali lipat
menjelang ajang maraton dilakukan, terutama nasi. Biasanya seminggu
sebelum <i>race</i> berlangsung.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3bp0uz3OveNXSPWj8kYdpiuJEKfEVqz0adO9x-p2eFFI88S395865g6AAljl7I8HJ9KO56MB8tH58l5xZQktcipnYi3XJOgRFU10nBKL_dnG7vgGx3sIWlusdtZQoG-Rn5Ce8zOEQvkg/s1600/IMG_0459I.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3bp0uz3OveNXSPWj8kYdpiuJEKfEVqz0adO9x-p2eFFI88S395865g6AAljl7I8HJ9KO56MB8tH58l5xZQktcipnYi3XJOgRFU10nBKL_dnG7vgGx3sIWlusdtZQoG-Rn5Ce8zOEQvkg/s400/IMG_0459I.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Pelatihan Medis dalam Berlari. Foto oleh Reinhard Perkasa</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mengingat massa otot saya mudah sekali 'menyusut', saya menggantinya dengan mengonsumsi putih telur dan minum susu berprotein. Saya juga banyak makan sayur dan buah. Saya menghindari untuk makan atau minum makanan instan. Segala bentuk multivitamin juga sebisa mungkin saya hindari. Inginnya yang alami saja. Saya pikir, jika enak makan dan menikmati tidur cukup, performa lari kita tetap akan terjaga selama proses latihan hingga ajang lari berlangsung. <br />
<br />
Biar fokus dalam mempersiapkan performa saat maraton, (dulu) saya mengurangi (atau bahkan menghindari) ikut <i>race</i> lain sepanjang masa latihan berlangsung. Bukan apa-apa, hanya biar fokus saja. Kalau sekarang sih, hajar saja hehehe. Jangan dicontoh ya. 🙈. Apalagi saat ini, biaya pendaftaran ajang lari semakin mahal. Tidak seperti dua atau tiga tahun lalu. Sisi komersialnya memang lebih terasa. Saran saya sih, pilih saja <i>race</i> yang memang sudah punya nama, baik dari penyelenggaranya, maupun reputasi <i>race</i> itu sendiri. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaTgb8AsTJZARAtFOp2YPaC2krdT07W9CyDfDMs9bZZ8xO3gV8LW_Ihh8Ge_bur6-tYWiMXlv_msRuD9rGBj4A8ZL26LT94BmOGh68SNgxO8YET2g1Q0xJntBX6F78GSszFjomRWj2hKY/s1600/IMG_6154.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaTgb8AsTJZARAtFOp2YPaC2krdT07W9CyDfDMs9bZZ8xO3gV8LW_Ihh8Ge_bur6-tYWiMXlv_msRuD9rGBj4A8ZL26LT94BmOGh68SNgxO8YET2g1Q0xJntBX6F78GSszFjomRWj2hKY/s400/IMG_6154.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Lari Jarak Jauh di Hari Minggu Ceria. Foto oleh FathurMotret :.</b></td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Lalu, mendaftarlah ajang lari dengan jujur. Sportivitas itu dimulai bukan pada saat pistol tanda mulai lari dilontarkan ke angkasa. Sportivitas itu justru dimulai pada saat kita mendaftar ajang lari. Isi semua data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Capaian waktu terbaik dan waktu tempuh yang sedianya ingin dicapai ini <b>wajib</b> diisi dengan jujur dan penuh integritas. Ini bagian dari etiket dalam mengikuti ajang lari di manapun di seluruh dunia. <br />
<br />
Catatan yang kita input akan menjadi dasar bagi panitia untuk menentukan <i>pen</i> atau posisi seorang pelari saat akan mulai berlari. Pelari yang lebih cepat, diatur posisinya agar menempati lokasi di belakang garis <i>start</i>. Lalu diikuti oleh pelari yang kecepatannya di bawahnya. Hal ini dilakukan selain untuk memberi keleluasaan bagi pelari kencang untuk berlari lebih dahulu, melainkan juga menghindari adanya 'korban' yang tidak perlu akibat tertabrak oleh pelari kencang yang ada di belakangnya.<br />
<br />
Coba tanyakan kepada diri sendiri, apakah Anda termasuk dalam kategori pelari yang sportif sejak saat mendaftar ajang lari? Jika belum, segera ikuti aturan. Tidak ada kerennya sama sekali bisa terlihat <i><b>start</b></i> paling depan bersama atlet yang memang larinya sudah kencang, namun Anda justru 'mengganggu' dan membahayakan, baik diri sendiri maupun pelari lain di belakangnya, di beberapa kilometer awal jalur lari hanya karena kecerobohan yang tidak perlu. Sangat disayangkan jika hal-hal tersebut sampai terjadi. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirhOMNgcM_vbVZ07MyVQkBNzJZzcASlAimektoRVHtuCk8RTwSbLdDjDcxP55_ChQEMiIoOpjGw1cAYOVrn7UAbU03Z062KQrkcSGQE8bz1AcQBoaho1FJRuldEuJuIxgn2ueuvtmF6PY/s1600/IMG_7113.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1062" data-original-width="1600" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirhOMNgcM_vbVZ07MyVQkBNzJZzcASlAimektoRVHtuCk8RTwSbLdDjDcxP55_ChQEMiIoOpjGw1cAYOVrn7UAbU03Z062KQrkcSGQE8bz1AcQBoaho1FJRuldEuJuIxgn2ueuvtmF6PY/s400/IMG_7113.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Awal Mula: Berlari Maraton Penuh untuk Pertama Kalinya di <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/05/maraton-di-malaysia.html" target="_blank">Kuala Lumpur Maraton 2018</a></b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebagaimana yang saya sampaikan di atas, menjadi penamat lari jarak maraton penuh itu kesannya ya biasa saja. Tidak ada yang istimewa sama sekali. Namun, saat kita menikmati setiap prosesnya secara bertahap, merasakan perih dan pegalnya setiap jengkal tubuh saat berlatih, dan menyadari betapa berharganya waktu dan biaya yang sudah dikorbankan selama ini, begitu melewati garis <i>finish</i> setelah berlari maraton penuh itu kerap menyeret seorang pelari ke dalam momen magis yang sulit untuk diterjemahkan dengan kata-kata.<br />
<br />
Ada rasa haru. Ada perasaan bahagia yang terbit di dalamnya. Ada kebanggaan yang menghangatkan hati dan menjalar ke seluruh saraf. Inilah yang saya sebut sebagai momen heroik yang tidak akan pernah bisa dimengerti oleh mereka yang tidak menggeluti olahraga lari. Mereka yang kerap kesulitan mencerna logika, mengapa ada manusia yang rela membayar mahal untuk capai-capai berlari, meski tidak mendapatkan imbalan apapun kecuali sekeping medali dan selembar kaos penamat saja.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzRwXn-ZfAlrqHEYt0MxDBqeXHzAJs-fYaD1pkb-M4Ud0xLlGtBlI5hrT5mD7PHF3qX6WdkTcpdIt2KpZ177EKOa6dJPTTUfP4v_y_8IHtQqNmHaUu8CLKAGkhUesAXpqt9oSNpI_hWx0/s1600/100459-066c04-1005209060.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1140" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzRwXn-ZfAlrqHEYt0MxDBqeXHzAJs-fYaD1pkb-M4Ud0xLlGtBlI5hrT5mD7PHF3qX6WdkTcpdIt2KpZ177EKOa6dJPTTUfP4v_y_8IHtQqNmHaUu8CLKAGkhUesAXpqt9oSNpI_hWx0/s400/100459-066c04-1005209060.jpg" width="283" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Finish</i> tampan di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/02/bangkok-berlari-amazing-thailand.html" target="_blank"><b>Amazing Thailand Marathon Bangkok 2019</b></a> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Mereka tidak akan pernah bisa memahami hingga ikut mencoba merasakan sendiri pengalaman menjadi seorang pelari. Bahwa semua hal yang baru saja dilakukan hingga melewati gerbang garis <i>finish</i>, sejatinya merupakan sebuah perayaan atas semua rangkaian latihan dan pengorbanan. Dan karena alasan itulah, seorang pelari maraton boleh bangga sejenak atas dirinya sendiri karena telah menjadi juara dalam mengalahkan ego dan nafsu dalam dirinya, karena telah konsisten berlatih dan berlari, dan karena telah berhasil menjawab tantangan atas kemampuan diri.<br />
<br />
Bahagia tak terkira rasanya saat kita bisa mencapai sesuatu yang selama ini menjadi kekhawatiran pikiran dan kerap diragukan keberhasilan dalam mencapainya oleh orang lain. Dan setelah semua rangkaian tersebut dilewati, saya tetap konsisten bilang bahwa menjadi seorang pelari maraton itu kesannya sungguh biasa saja. Tidak istimewa sama sekali. Oleh karena itu, sangat disayangkan kalau sampai dibayar dengan nyawa. Yang membuatnya istimewa justru bagaimana seorang pelari bisa merawat kesinambungan semangat untuk terus berlatih dan berlari. Itu saja. Makanya, jangan kasih kendooor!!! 👊 []<br />
<br />
<span style="color: #e06666;"><b>Baca juga</b></span>: <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2017/01/17-hal-yang-sering-ditanyakan-kepada.html" target="_blank"><b>17 Hal yang Sering Ditanyakan kepada adie DOES tentang Berlari</b></a> Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-78442821497087155952019-08-03T14:53:00.000+07:002019-08-12T14:01:16.592+07:00Pocari Sweat Run Bandung 2019: Perjuangan Meraih Sub Empat Maraton Penuh <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5g-puP9dFpnsyZZyI7sqr0STD6hoTxfi1OYgCaaP3R5Ruak-XrA3JDECkSIoQbi_3h3q6HkVOlz1Upqam6FJ4hNshQnduIV-2T15mA5zTDp8saQWJQPWH4N0-NY72ig97rrAQGBqobfA/s1600/933CE1B9-72D9-4B55-958A-BCF2B7406C27.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="684" data-original-width="1024" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5g-puP9dFpnsyZZyI7sqr0STD6hoTxfi1OYgCaaP3R5Ruak-XrA3JDECkSIoQbi_3h3q6HkVOlz1Upqam6FJ4hNshQnduIV-2T15mA5zTDp8saQWJQPWH4N0-NY72ig97rrAQGBqobfA/s400/933CE1B9-72D9-4B55-958A-BCF2B7406C27.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Merayakan latihan di ajang <b>Pocari Sweat Run Bandung 2019</b> 😻 Foto oleh Cerita Lari :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah mendapatkan catatan waktu terbaik <b>4:18:38</b> untuk maraton penuh di ajang bergengsi <b>Bank Jateng Borobudur Marathon 2018 </b>silam, saya mulai menghitung ulang kemampuan diri, mengatur strategi latihan, dan berusaha untuk mendapatkan catatan waktu terbaik sub empat jam di ajang maraton penuh lain yang akan saya ikuti di tahun 2019. Terlihat ambisius memang. Tapi, sepertinya ini menjadi semacam siklus alami bagi seorang pelari: selalu ingin mendapatkan catatan waktu terbaik di ajang maraton berikutnya. Konsekuensinya, selama empat bulan setelahnya, saya harus menjalani latihan yang cukup.<br />
<br />
Saya kembali berlatih lari tingkat dasar. Saya pikir, semuanya harus dimulai lagi dari awal. Mungkin inilah cara sederhana yang saya lakukan agar tidak terperangkap dalam belenggu kesombongan. Mendapatkan catatan waktu terbaik di ajang maraton penuh yang jalurnya sangat menantang, acapkali menyeret seorang pelari untuk bersikap jumawa, gampang meremehkan orang lain, dan kerap mengabaikan hal-hal mendasar dalam kegiatan berlari yang ditekuninya. Hal-hal tidak perlu inilah yang berusaha saya hindari.<br />
<br />
<a name='more'></a>Sebelum memulai kembali semuanya, saya menyisipkan kegiatan jalan-jalan dan wisata kuliner. Ini saya lakukan agar dalam pelaksanaan latihan nanti, pikiran saya lebih fokus dan rileks, seolah tanpa beban apapun. Setelah itu, saya rutin ikut sesi yang diadakan oleh <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2019/06/run-for-oceans-berlari-demi-lautan-yang.html" target="_blank"><b>adidas Runners Jakarta</b></a>.<br />
<br />
Saya belajar latihan dasar dan lanjutan dalam berlari di bawah bimbingan <i>Coach</i> Dodit dan menambah pengetahuan tentang <i>medical</i> dengan <i>Coach</i> Matias Ibo. Selain itu, saya menambah <i>mileage</i> lari dengan berlatih secara mandiri. Sebagai buruh milenial yang dibatasi dengan jam kerja, saya hanya bisa lari jauh saat akhir pekan saja. Saat hari kerja, saya isi dengan lari santai paling jauh lima hingga tujuh kilometer saja. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRz9LTmslKoX1lcEABUdb9GrHryyEWqm3-09tZMAyX_6dCxF_5grTn72Aaj5PMoT5hiMF4ze41U2kSDe3JdXtgBWFeUm0jFIJUTXRq8WYL2fzXFy887Kq-_CZdPk5DjnX-xp9v6Js7t3w/s1600/IMG_7646.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1065" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRz9LTmslKoX1lcEABUdb9GrHryyEWqm3-09tZMAyX_6dCxF_5grTn72Aaj5PMoT5hiMF4ze41U2kSDe3JdXtgBWFeUm0jFIJUTXRq8WYL2fzXFy887Kq-_CZdPk5DjnX-xp9v6Js7t3w/s400/IMG_7646.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b><i>Advance Running Workshop with Coach</i> Dodit</b> 👊 Foto oleh Reinhard Perkasa :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Empat bulan berselang, saya mengadu peruntungan untuk meraih sub empat jam di ajang <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/02/bangkok-berlari-amazing-thailand.html" target="_blank">Amazing Thailand Marathon Bangkok 2019</a>. </b>Semuanya berjalan baik. Cuaca baik. Kondisi udara <b>Bangkok</b> yang sebelumnya dikabarkan tidak kondusif, berangsur-angsur normal saat ajang berlangsung. Jalur lari sangat steril. Saya menikmati lari di <b>Bangkok</b> hingga berani pasang badan kalau inilah ajang lari (yang pernah saya ikuti) yang paling sesuai dengan <i>tagline</i> acaranya: <i><b>The Unforgetable Marathon, </b></i>karena memang memberikan kesan yang berarti bagi pesertanya. Setidaknya, itulah yang saya rasakan. <br />
<br />
Namun demikian, sub empat yang saya idam-idamkan ternyata belum dapat saya raih. Semuanya baik-baik saja. Catatan waktu saya pun sesuai dengan perkiraan sampai dengan km 30. Menginjak km 31.5, kaki saya kram. Di luar 'gangguan' bahwa makanan <b>Thailand</b> sungguh uenak bukan main (dan melimpah porsinya di setiap <i>water station</i>), saya harus menyeret kaki hingga km akhir 'hanya' dengan <i>pace</i> 6. Meski mencetak catatan waktu terbaik yang baru, saya harus puas saat menyelesaikan maraton penuh dalam waktu <b>4:14:25</b>. <br />
<br />
Sepulang dari <b>Bangkok</b>, saya kembali mengevaluasi diri. Mungkin benar, saya terlalu ambisius. Memangkas 18 menit waktu ternyata tidak semudah itu. Saya harus bersabar dulu. Mungkin masih banyak yang harus saya pelajari untuk bisa sampai ke tahap tersebut. Di sesi-sesi <i>medical workshop</i> berikutnya, saya kerap memberondong <i>coach</i> Matias Ibo dengan banyak pertanyaan. Terutama untuk mencari jawaban yang memuaskan tentang penyebab kram yang saya alami di km 31.5. Sebenarnya, saya cukup 'beruntung', baru merasakan kram di km 31.5. Bulan Desember silam, saat ikut <b>Standard Chartered Singapore Marathon 2019</b>, saya mengalami kram dua kali yaitu di km 17 dan km 27. Sungguh mimpi buruk yang saya harap tidak akan pernah saya alami lagi.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5m6ddSzRN_nr2L2WmA3Zx3wNFR627RKqa0rGZ7HUe8tHY0hjFjwkeCaqWSSTpi8wEl3MpAV_TjtgUsaL_eByWaW7wL8qRruyTQlhU2LYdRRNOVNned9BiIuR_i43tHTBxMx6el1xkl-0/s1600/IMG_0459I.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5m6ddSzRN_nr2L2WmA3Zx3wNFR627RKqa0rGZ7HUe8tHY0hjFjwkeCaqWSSTpi8wEl3MpAV_TjtgUsaL_eByWaW7wL8qRruyTQlhU2LYdRRNOVNned9BiIuR_i43tHTBxMx6el1xkl-0/s400/IMG_0459I.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b><i>Medical Workshop with Coach</i> Matias Ibo</b> 👃 Foto oleh Reinhard Perkasa :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Selain masih rutin mengikuti sesi latihan lari tingkat lanjut yang diasuh <i>coach</i> Dodit, saya mulai membuat catatan-catatan atas analisis dan diagnosa yang disampaikan oleh <i>coach</i> Matias Ibo, mengulang-ulang gerakan sederhana untuk melatih otot kaki, dan ikut sesi latihan penguatan tubuh bersama <i>coach</i> Eckie Akbar untuk melengkapi rangkaian latihan ini. Mungkin inilah yang belum banyak saya lakukan. Latihan penguatan inti tubuh. Jujur, setiap sesi <i><b>Strength Training</b></i> berlangsung, saya kerap absen karena sedang berada di luar negeri atau sedang ada acara di luar daerah. Pelan-pelan, saya berlatih penguatan inti tubuh baik di sesi latihan bersama pelatih maupun latihan mandiri di rumah.<br />
<br />
Gol saya masih sama: sub empat jam maraton penuh. Tapi di mana?<br />
<br />
Sebenarnya, setelah maraton di <b>Bangkok</b>, saya sudah ikut <b>Jogja Maraton</b>. Catatan waktunya tidak banyak berubah dibandingkan dengan <b>Bangkok</b>. Saya memang tidak banyak melakukan persiapan berarti. Apalagi saat itu, saya baru pulang dari <b>Eropa </b>dan masih <i>jet lag</i> tapi sudah pengen banget merasakan euforia bersama kawan-kawan pelari, sehingga maraton di <b>Jogja</b> saya anggap sebagai latihan lari jauh saja. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_6vrqatv96tJNDRoHKXtdf9TkCXYLunULrpagHPN-zrAqLjB22H2VdhsG1NQoTqeY2997NicfOZ0iW6Kc35fm6XXqrpKHy3XEYpFr-qXlBahd1nbfch2w6khpd3Ge0cWozfT_Xwyk1FE/s1600/IMG_03861.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_6vrqatv96tJNDRoHKXtdf9TkCXYLunULrpagHPN-zrAqLjB22H2VdhsG1NQoTqeY2997NicfOZ0iW6Kc35fm6XXqrpKHy3XEYpFr-qXlBahd1nbfch2w6khpd3Ge0cWozfT_Xwyk1FE/s400/IMG_03861.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.:<i> </i><b><i>Strength training with Coach</i> Eckie Akbar 💪 Foto oleh Andri C.S. </b>:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b>Bandung Siap Digoyang?</b> 😋<br />
<br />
Berhubung sudah pernah ikut ajang maraton penuh di <b>Bandung</b> tahun sebelumnya, ajang tahun ini saya jadikan semacam remidi maraton. Tahun lalu catatan waktu saya <b>04:31:35</b>. Hasil itu masih lebih bagus daripada catatan <i>virgin</i> maraton penuh di <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/05/maraton-di-malaysia.html" target="_blank"><b>Standard Chartered Kuala Lumpur Marathon 2018</b></a> selang dua bulan sebelumnya yaitu <b>04:51:21</b>. <br />
<br />
Catatan waktu seperti ini saya simpan untuk bahan evaluasi dalam menetapkan target berikutnya. Saya tidak mau gegabah menetapkan suatu target yang terlalu muluk tanpa memperhitungkan kemampuan diri. Nah, di ajang <b>Pocari Sweat Run Bandung 2019</b> ini saya pikir akan menjadi ajang yang pas untuk meraih sub empat maraton penuh. <br />
<br />
Setidaknya, dengan hitung-hitungan catatan waktu 10K <b>49:04</b> dan setengah maraton <b>01:52:00</b>, dengan bantuan gelang<i> paceband</i> sebagai panduan, saya yakin bisa sub empat.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilZNbk1Qe_gOGrXgUwGuhyphenhyphenqSWMZDeoCdIZ0Ra5txqIgOI8j0Mgkxs3XhR9Tgg0kQ05kHt4zgbhyD9cpMwxH67blj1kzxcBZvqopjUsHKfHTx1Jkq5QgHPzcI-GCvtBSaVvv_NjfTyrB6A/s1600/IMG_4993.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1125" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilZNbk1Qe_gOGrXgUwGuhyphenhyphenqSWMZDeoCdIZ0Ra5txqIgOI8j0Mgkxs3XhR9Tgg0kQ05kHt4zgbhyD9cpMwxH67blj1kzxcBZvqopjUsHKfHTx1Jkq5QgHPzcI-GCvtBSaVvv_NjfTyrB6A/s400/IMG_4993.jpeg" width="280" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Siap menggoyang <b>Bumi Parahyangan</b> 💋 :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya belajar pelan-pelan. Semua catatan saya pelajari dan praktekkan. Saya ingat-ingat kembali materi yang disampaikan oleh para pelatih. Saya latihan intensif, mulai gerakan lari yang efisien, menikmati sesi <i>carbo loading</i> sejak seminggu sebelum <i>race</i>, dan istirahat yang cukup. Ini penting sekali. Berkaca pada pengalaman saat ikut ajang <b>BNI-UI Half Marathon 2019</b> dalam keadaan kurang fit karena kelelahan dan kurang tidur, meski bisa selesai sub dua, tapi stamina saya drop di km 15. Padahal biasanya lari setangah maraton ya biasa saja. Saya harap hal seperti ini akan bisa saya antisipasi sebelumnya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Saya 'menabung' tenaga dengan tidur lebih awal setiap hari dan makan nasi lebih banyak daripada porsi biasanya, serta mengurangi porsi latihan. Hidup rasanya ingin seperti koala saja: makan dan tidur sepanjang hari, sampai hari sebelum <i>race</i>.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Berhubung ada tugas ke luar kota sebelum <i>race</i>, saya tiba di <b>Bandung</b> hari Sabtu siang. Mengambil perlengkapan lari di <b>Festival Citylink</b>, makan siang di tempat yang sama bersama kawan-kawan kesayangan, dan langsung ke hotel untuk tidur. Sedianya ingin lari 5K di <b>Gasibu</b> pada sore hari, namun saya lewatkan dengan memilih menjadi koala saja di tempat tidur. Hidup rasanya memang menyenangkan kalau sedang liburan <strike>tanpa harus lelarian</strike>. 😐</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi836pb3H5ef63Jpx9fhUOuGA3I49IIdQsbxVCDhlbD9wLwM7FBNsz-P94lFPMWFP0XHcoJkFBksb9MzBlhzkaSO4vu_rJAOvcqz5VJdeKESNyvUOtEuJdJgIsg17W7RROOkYZp9nIMVsg/s1600/004D4BB4-5206-491A-A8F1-70C704EDE722.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="641" data-original-width="960" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi836pb3H5ef63Jpx9fhUOuGA3I49IIdQsbxVCDhlbD9wLwM7FBNsz-P94lFPMWFP0XHcoJkFBksb9MzBlhzkaSO4vu_rJAOvcqz5VJdeKESNyvUOtEuJdJgIsg17W7RROOkYZp9nIMVsg/s400/004D4BB4-5206-491A-A8F1-70C704EDE722.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Kejar terus mz ... kejar akoooh 😰 Foto oleh Telaumbanua :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya tidur nyenyak malam itu. Tidak seperti malam-malam lain saat akan mengikuti maraton penuh, kali ini saya tidur nyenyak sekali. Bangun jam 03.00 tepat sesuai jadwal yang saya tetapkan, lalu bersiap. Saya sempatkan dulu untuk salat malam agar hati ini lebih 'tenang'. Entah mengapa, energi religius seperti ini kerap sekali muncul saat saya harus menempuh jarak lari yang lumayan jauh. <br />
<br />
Saya keluar hotel pukul 04.00 dan di jalanan sudah ramai dengan rombongan pelari menuju <b>Gedung Sate</b>, tempat ajang ini berlangsung. Sampai <i>venue</i> pun semua antrian sudah mengular. Saya perlu menitipkan tas untuk tempat minum dan segala sesuatu keperluan saya sehabis lari. Untunglah saya bertemu <b>Putra Trijee</b>, sahabat julid yang ingin menitipkan tas juga. Berhubung dia ikut kategori setengah maraton, waktu <i>start</i>nya masih lebih longgar. Sementara saya harus salat subuh dulu sebelum lari. Jaraknya mepet pula. Karena tidak membawa sarung sendiri, saya harus menunggu giliran. Harus sabar dua kali saat tahu Sang Imam salat harus membaca ayat lumayan panjang. Tidak mengapa. Hati harus tetap tenang. Lari itu duniawi. Masih akan ada lagi ajang yang sama di lain waktu. Akhirat lebih penting. Alhasil, saya mulai lari telat dua menit dari waktu lari resmi dimulai.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTzMPYmy5G6YBZyqkuttqb6lJrkAOst_F31uSW16PdxQ84GUJV4VCR9bkSUk0MPrPy2nZiledVGGM-JrU8oVevfOrhKaOujbEEF5xz6kXRwsdMiXT3drXe1LD65kIsSO6d0cBsT1zKBNY/s1600/D71CF907-8E08-47CE-B41B-4C5BC1AA0A9F.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="721" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTzMPYmy5G6YBZyqkuttqb6lJrkAOst_F31uSW16PdxQ84GUJV4VCR9bkSUk0MPrPy2nZiledVGGM-JrU8oVevfOrhKaOujbEEF5xz6kXRwsdMiXT3drXe1LD65kIsSO6d0cBsT1zKBNY/s400/D71CF907-8E08-47CE-B41B-4C5BC1AA0A9F.jpeg" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mengorbankan segala kehenseman hqq demi sub 4 🙈 Foto oleh Ourstories :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Seperti lazimnya kalau telat lari dalam <i>race</i> dengan jumlah peserta ribuan, saya memulai lari dengan langkah zig-zag. Ini sebenarnya sangat tidak efisien untuk <i>endurance</i>. Saya melipir ke sisi sebelah kanan dan menerobos sedikit <i>cone</i> pembatas jalan untuk mendahului pelari yang ada di depan. Motor, angkot, dan kendaraan lainnya berderam-deram mengepulkan asapnya, menunggu rombongan pelari melintas. <br />
<br />
Saya berlari dengan <i>pace</i> stabil. Saya tidak ingin terpancing untuk meningkatkan <i>pace </i>seperti yang saya lakukan di maraton sebelum-sebelumnya. Perhitungan saya, jika sebelumnya saya bisa mencapai <i>pace</i> rata-rata enam dengan catatan waktu <b>04:12:00</b>, seharusnya saya bisa selesai dalam waktu empat jam dengan <i>pace</i> rata-rata 5:20 sampai dengan 5:30. Untuk melakukan ini, saya berlatih <i>tempo run </i>dan belajar mengatur <i>pace</i> setelah membaca catatan lari milik Mas Hafiz Ramadhan, kawan lari dari <b>DJP Runners</b> yang <i>endurance</i>-nya bagus sekali sehingga <i>pace</i>-nya bisa rata dari sejak mulai lari, hingga selesai. <br />
<br />
Rasanya ajaib bisa mengikuti pola yang ritmis seperti itu. Di km 7, saya didahului oleh Oom Yayan Mulyana dari <b>BSD Running Buddies</b>. Ternyata Oom Yayan telat mulai juga karena harus salat subuh dulu. Panutan. Saya mencoba mengikuti langkah Oom Yayan dari belakang, namun agak jauh. Paling tidak, jangan sampai punggung Oom Yayan tidak terlihat lagi dari pandangan mata saya. Dengan perhitungan tersebut, saya yakin bisa selesai sub empat jam.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI-IdLMvC-XIvh0dJGn0gUVsojQwQ3ckPvTY0dnXhq6CfnHvEqryosDIssT1MUjIcVqEvDgsFrPbSIl8f_z3LkYYRdag0ZtSrmmzf9y6spOH0Jvjq7J2AgzB15SzTyWJsNPP7_fwWpr7E/s1600/41A421B0-6445-452E-8CC7-E5EF200D15C6.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1144" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhI-IdLMvC-XIvh0dJGn0gUVsojQwQ3ckPvTY0dnXhq6CfnHvEqryosDIssT1MUjIcVqEvDgsFrPbSIl8f_z3LkYYRdag0ZtSrmmzf9y6spOH0Jvjq7J2AgzB15SzTyWJsNPP7_fwWpr7E/s400/41A421B0-6445-452E-8CC7-E5EF200D15C6.jpeg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Anak <i>hensem</i> sejagad raya melewati Jalan Braga 😊 Foto oleh ? 🙈:.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kontur jalur lari di <b>Bandung</b> yang naik turun sebenarnya sudah saya antisipasi. Di <b>Bangkok</b>, jalurnya lebih ekstrem lagi karena harus naik turun jalan tol. Yang menantang justru karena harus bertemu dengan rombongan pelari di kategori 5K. Apalagi yang bagian belakang kategori ini isinya kebanyakan pejalan rekreasional yang jalannya memblok jalur. Entah perlu berapa tahun lagi untuk mengedukasi para pelari (hore dan pemula) agar berlari sesuai <i>pace</i> dan minggir ke bagian kiri jika ingin hanya berjalan santai.<br />
<br />
Lebih menantang dua kali karena melewati banyak perempatan. Entah mengapa, pagi itu sepertinya banyak sekali warga <b>Bandung</b> yang buru-buru menuju suatu tempat sehingga banyak yang tidak sabaran dan menerobos jalur pelari. Sangat disayangkan memang. Mengingat ajang ini menjadi ajang tahunan bagi kota <b>Bandung</b> dan diklaim oleh Bapak Gubernur (dalam iklannya) dapat menghidupkan roda perekonomian. Jika dibilang mengganggu jalan, ajang lari ini hanya berlangsung sampai pukul 12 siang. Itupun hanya khusus jalur maraton penuh saja dan hanya terjadi setahun sekali. Semoga ada pemakluman yang lebih manusiawi lagi jika tahun depan masih diadakan di <b>Kota Kembang</b> ini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8BBz8uWFacN9noL4rS9_kTScLqlqdWkNnc1zzqVElnHrjEuamAtyxWjLh-8fsUhXLT9yWFQKN76hockTWyDYAY0MomYla7o-47a-YoCLzSgK5pSYTqgT0ZCgKHE7miEhr5EWoT-X1h3U/s1600/5414730610769920.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8BBz8uWFacN9noL4rS9_kTScLqlqdWkNnc1zzqVElnHrjEuamAtyxWjLh-8fsUhXLT9yWFQKN76hockTWyDYAY0MomYla7o-47a-YoCLzSgK5pSYTqgT0ZCgKHE7miEhr5EWoT-X1h3U/s400/5414730610769920.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Jalan Asia Afrika</b>, salah satu jalur lari favorit saya di <b>Bandung</b> 😍 Foto oleh Pic2go Indonesia :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kilometer demi kilometer saya lalui dengan aman. Tanjakan halus Jalan Dago pun mulus dilalui dengan lancar. Matahari bersinar hangat. Udara masih sejuk. Saya menyempatkan diri mengguyur kepala di beberapa pos <i>water station</i>, terutama di pos <b>Bandrek Runners</b>. Entah mengapa, untuk kali ini saya tidak merasa kelaparan. Saya masih ingat, setahun berselang saya menikmati sekali buah apel yang dibagikan panitia di km 27 dan km 35 (mohon dikoreksi kalau kurang tepat) karena memang lapar. Didahului oleh kawan pelari dari <b>DJP Runners</b> Mbak Karina pun tahun lalu saya tenang saja. Bersyukur, dengan pola <i>carbo loading</i> dan hidrasi yang saya lakukan, tahun ini tidak merasa kelaparan di km akhir. Namun, saya tetap menikmati sepotong semangka yang dibagikan warga di km 39. Rasanya memang seperti oase di tengah padang gurun. Menyegarkan.<br />
<br />
Menjelang km akhir, saya meningkatkan <i>pace. </i>Ini saya lakukan karena jalurnya sudah sepi dan cukup teduh. Banyak pepohonan rindang di kanan kiri jalan. Rombongan peserta setengah maraton juga tidak banyak. Malah, saya berpapasan dengan beberapa peserta 5K dan 10K yang sudah beranjak pulang. Rasanya, saya seperti lari biasa di Minggu pagi ceria. Tidak ada yang menyemangati. Tidak tampak pula ada keriuhan yang menunjukkan kalau sedang berlangsung ajang maraton. Mungkin karena pelari di depan saya sudah melesat di depan, sementara pelari di belakang saya masih jauh tertinggal di belakang. Bahkan, punggung Oom Yayan yang saya jadikan patokan waktu pun sudah tidak terlihat lagi. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHT7GBZx4bd0NSrPjeOsVzUNF-skllaqbreBQ1AVNjyj2ez1FcnSnfsglAPpHljkTyMIj_6CDNPPdA1mKVQ9__PnmJhKbSiveuBvD7EiLCSdwGaY8f_HvE72BQSdkLc2uGdxlXBcwDuCU/s1600/2E2ADC3C-86B5-4EB9-BA65-493E2E79D707.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="923" data-original-width="642" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHT7GBZx4bd0NSrPjeOsVzUNF-skllaqbreBQ1AVNjyj2ez1FcnSnfsglAPpHljkTyMIj_6CDNPPdA1mKVQ9__PnmJhKbSiveuBvD7EiLCSdwGaY8f_HvE72BQSdkLc2uGdxlXBcwDuCU/s400/2E2ADC3C-86B5-4EB9-BA65-493E2E79D707.jpeg" width="277" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Dukungan Penuh Semangat 😍 Foto oleh Vivo Tjung :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sampai akhirnya saya memasuki kilometer terakhir di Jalan Diponegoro. Rasanya senang sekali. Sorak sorai membahana. Teriakan semangat berkumandang. Rupa-rupa kaos lari dari berbagai komunitas semarak mewarnai jalanan. Namun justru bagian inilah yang paling kurang saya sukai dari lari di ajang <b>Pocari Sweat Run Bandung 2019</b>. <br />
<br />
<i><b>Cheering</b></i> itu memang menarik. Gaungnya seperti dapat menyuntikkan energi semangat bagi seorang pelari. Saya menitikkan air mata saat diteriaki, "Semangat, satu kilometer lagi <i>finish</i>," saat berlari maraton penuh untuk pertama kalinya di <b>Kuala Lumpur</b>, <b>Malaysia</b>. Saya begitu terharu disemangati oleh masyarakat sekitar <b>Borobudur</b> saat sedang lelah-lelahnya berlari. Saking terharunya, saya masih mengingatnya hingga sekarang sebagai ajang maraton yang warganya paling hangat sejauh ini. Bahkan, di <b>Bangkok</b>, yang bahasa orang-orangnya tidak saya mengerti, semangat itu seperti melesap begitu dalam saat terdengar sayup-sayup di telinga.<br />
<br />
Namun, tiga kali mengikuti ajang lari yang sama di <b>Bandung</b>, saya agak terganggu dengan segala <i>cheering</i> yang dilakukan oleh banyak anggota komunitas lari di kilometer akhir menjelang garis <i>finish</i>. Itu terjadi karena mereka melakukannya <b>di jalur pelari</b>, <b>bukan di pinggir jalan</b>. Jalur lari itu harus steril. Hal ini biar sejalan dengan hal yang sering digaungkan dan dikeluhkan oleh pelari selama ini. Tidak boleh ada seorang pun yang bukan peserta atau peserta namun sudah menyelesaikan larinya, menerobos jalur lari, berdiri memblok jalan, membuat sempit jalur lari, atau bahkan mengiringi langkah pelari yang belum <i>finish</i> menuju garis <i>finish</i> <b>dengan alasan apapun</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_iSnMgqc-DCRZth7ZcDoju_qegcBnMTZDegia9VXE8wFnQNdev-8MUvYtfucTFhSTedgpx4xMeb5eDfgYRYmGnpoclQBy38fxWIetiLAN5rhGePz4qtARBkJoF9r9PnprpGOxTaO-AEc/s1600/IMG_04561.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_iSnMgqc-DCRZth7ZcDoju_qegcBnMTZDegia9VXE8wFnQNdev-8MUvYtfucTFhSTedgpx4xMeb5eDfgYRYmGnpoclQBy38fxWIetiLAN5rhGePz4qtARBkJoF9r9PnprpGOxTaO-AEc/s400/IMG_04561.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Setelah lepas dari kerumunan netijen 😂 Foto oleh Ardi :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Melakukan <i>toss</i> secara berendengan itu dapat memperlambat langkah pelari. Apalagi berdiri mengerucut membuat sempit jalan. Sungguh mengganggu sekali. Jujur, saya merasa sangat bahagia saat ada yang memberi semangat ketika sedang berlari maraton. Dan saya sungguh berterima kasih untuk itu. Tapi itu jika dilakukan di pinggir jalan. Di pinggir jalur lari. Bukan di tengah jalur lari. Tidak mengganggu langkah saya dalam berlari dan tidak memperlambat langkah saya menuju garis <i>finish</i>. Kan mau sub empat ceritanya. 🙈 <br />
<br />
Tiga tahun ini saya melihat kebiasaan tersebut tidak berubah. Tidak ada kesan heroik sama sekali. Justru malah kesan heroik tersebut, secara tidak sadar, direduksi secara massal. Hal serupa juga terjadi di ajang <b>Jogja Maraton</b>. Momen heroik dalam lari maraton itu ialah saat kita bisa menyelesaikan seluruh rangkaian lari sepanjang 42.195 km. Puncaknya ada di kilometer terakhir sebelum gerbang <i>finish</i>. Itulah mengapa ada pagar pembatas yang agak panjang sebelum garis <i>finish</i>. Itu dilakukan agar jalur lari menjadi steril. Nah, di detik-detik terakhir sebelum COT jam 12 siang, bahkan rombongan <i>cheering</i> ini ada yang mencoba mengiringi langkah pelari sampai ke garis <i>finish</i>. Entah apa yang ada di benak mereka saat itu? Mungkin saja khilaf karena gemuruh euforia. Untung saja dibubarkan oleh MC dengan meminta agar hanya pelari yang belum <i>finish</i> saja yang boleh masuk gerbang <i>finish</i>. <br />
<br />
Saya harap hal-hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di ajang maraton manapun di negeri ini. Semoga, jika membaca tulisan ini, para kapten komunitas memasukkan hal-hal seperti ini dalam amanat untuk membangun etiket pelari di ajang perlombaan lari kepada para anggotanya. Bukan untuk siapa-siapa, tetapi demi kenyamanan bersama. Demi kenyamanan para pelari. Seperti yang selalu didengungkan selama ini: jalur lari harus steril. <br />
<br />
Saya melewati rombongan <i>cheering</i> dengan muka agak cemas. Hal itu terjadi karena waktu sudah mepet sekali menuju batas empat jam sesuai dengan target yang sudah saya tetapkan. Gerbang <i>finish</i> sudah terlihat di depan mata. Saya mendengar dengan tenang semua keriuhan teriakan semangat. Namun, mata saya fokus ke dapan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7vqdcJJSiN1c3zTHy4qCzzj7fAa-zudlHnekZBQ-KvP69WHpr-7t4HbqaFMbyYQ3fbtXg1tfoxRPEGPF_DWmjsvMYAzSiRtxxMEoyScK4LYQsazJofd1UjPJLnS08P1h7rKmnBNiXSJ0/s1600/892AD20C-76C1-4006-B2B9-8A107236DB01.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1435" data-original-width="1148" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7vqdcJJSiN1c3zTHy4qCzzj7fAa-zudlHnekZBQ-KvP69WHpr-7t4HbqaFMbyYQ3fbtXg1tfoxRPEGPF_DWmjsvMYAzSiRtxxMEoyScK4LYQsazJofd1UjPJLnS08P1h7rKmnBNiXSJ0/s400/892AD20C-76C1-4006-B2B9-8A107236DB01.jpeg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <i>Finish</i> dengan ketampanan tiada tara 😱 Foto oleh Asen - LDR :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya terus berlari. Sesekali menengok jam di tangan. Masih cukup waktu. Baru kali ini saya berlari tidak memerhatikan fotografer sama sekali. Fokus dengan gerbang <i>finish</i>. Langkah kaki saya semakin cepat. Namun di saat yang sama, langkahnya mulai mengendur. Saya memasuki gerbang <i>finish</i> dengan roman ceria. Setidaknya itu yang saya rasakan. Saya <i>finish</i> dengan catatan waktu <b>03:57:45</b>. Waktu <i>official</i> di <i>chip</i> BIB saya mencatat <b>03:59:37</b>. Selisih dua menit karena saya harus salat subuh dulu dan terlambat memulai lari. <br />
<br />
Alhamdulillah. Badan saya rasanya rileks sekali. Lega. Rasanya latihan yang saya lakukan selama ini terbayar lunas. Meski mepet sekali, setidaknya bisa sub empat seperti yang saya targetkan. Masih banyak hal, tentu saja, yang harus saya perbaiki dari maraton kali ini. Tapi, saya ingin sejenak menikmati catatan waktu ini. Karena pada hakikatnya, ajang perlombaan maraton tak ubahnya merupakan sebuah perayaan akan serangkaian latihan yang sudah kita lakukan. Saya melangkah ringan menuju tempat istirahat, kembali menjadi manusia bebal seperti biasa, yang bilang kapok ikut maraton penuh, tapi begitu bandel ingin ikut ajang maraton berikutnya. Semoga saya siap dengan energi baru yang menggelora sembari terus berharap tidak mengalami cedera. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-52435105787816244552019-06-23T09:00:00.000+07:002019-06-26T09:09:36.367+07:00Cinta Mati dengan KFC<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2ivsXvbURoAKrJF_MQ32cOC1OuJwytHcUi5gyN-jShmVk-E0R_Z6ZVeac7fHYbkpRVZcmfX-lOrOJaoORE-kyh9lHJz8sL98-rn5BPJ4BaB5MmL1iKjQGEhNyrILCs6feEcJq6ePF68/s1600/DSCF3276.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiG2ivsXvbURoAKrJF_MQ32cOC1OuJwytHcUi5gyN-jShmVk-E0R_Z6ZVeac7fHYbkpRVZcmfX-lOrOJaoORE-kyh9lHJz8sL98-rn5BPJ4BaB5MmL1iKjQGEhNyrILCs6feEcJq6ePF68/s400/DSCF3276.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Kedai KFC di Mal Yayasan, Bandar Sri Begawan</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="background-color: red;"><b><span style="background-color: white;"></span></b></span><span style="background-color: white;"><i><b><span style="color: red;">Warning!</span></b></i></span>: Tulisan ini tidak disponsori oleh <span style="color: red;">KFC</span>. 😞<br />
<br />
Sejauh ini, saya belum pernah sampai ribet harus menyiapkan menu dari rumah saat akan jalan-jalan. Sebisa mungkin, saya selalu menyempatkan diri untuk mencicipi menu lokal. Namun, saya tetap membawa kopi <i>sachet</i>, minuman sereal, dan biskuit untuk jaga-jaga jika daerah yang akan dikunjungi, saya perkirakan agak susah untuk mendapatkan makanan halal.<br />
<br />
Saya masih ingat saat jalan-jalan ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/12/teroka-toraja-lantunan-lampau-lemo-londa.html" target="_blank"><b>Tana Toraja</b></a>. Berhubung tidak tahu tempat dan tidak pakai jasa tur <i>guide</i>, saya hanya makan seadanya saja bekal dari <b>Makassar</b>. Perut rasanya lapar sekali. Tapi saya tahan karena tidak mau mencicip menu berbahan babi. Begitu kembali lagi ke <b>Makassar</b> keesokan harinya, tempat pertama yang saya tuju adalah kedai <b>KFC</b> di dekat lapangan <b>Karebosi</b>. Saya pesan menu komplet dan superbesar karena kelaparan yang luar biasa.<br />
<br />
<a name='more'></a>Kalau di <b>Indonesia</b>, menu <b>KFC</b> favorit saya adalah <b>Paket Super Besar</b> berisi nasi, dua potong ayam, dan <i>soft drink</i>. Selain itu, saya juga suka dengan menu <b>yakiniku</b>, <b>kentang goreng</b>, dan <b>mocca float. </b>Berhubung selalu lapar, saya masih nambah saos dan sambal sebagai pelengkap. Sedapnya. 😋 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijPTZQse4-PLV2K5R0LQ50tE4623sE15fHJ6mjNPNRgzoAKNu3b6oOw4jCm0qYW1tUmGW2GXYCwI-ZagqRgY6t5pT1faSKdE96i3sH9z70UWY2D0w3ifDNUb3dK1Bx5c2DwExjz6RwG_w/s1600/IMG_4825.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijPTZQse4-PLV2K5R0LQ50tE4623sE15fHJ6mjNPNRgzoAKNu3b6oOw4jCm0qYW1tUmGW2GXYCwI-ZagqRgY6t5pT1faSKdE96i3sH9z70UWY2D0w3ifDNUb3dK1Bx5c2DwExjz6RwG_w/s400/IMG_4825.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menu Favorit :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Entah mengapa, hanya dua menu itu saja yang hampir selalu saya pesan. Bukan menu yang lain. Saya sesekali saja memesan <b>oriental bento</b>. Itupun bisa dihitung dengan jari. Saya memesannya kalau perut sudah kenyang atau tidak terlalu lapar, tetapi mulut ingin mengunyah nasi. Begitu juga dengan paket <b><i>winger</i></b>. Pesan hanya sesekali saja. Terus terang, saya belum pernah sama sekali mencicipi <i><b>cream soup </b></i>dan perkedel <i>made in</i> <b>KFC</b>. Apalagi <b><i>burger</i></b> dan <i><b>twister</b></i>. Entah mengapa, menurut saya, produk serupa dari brand lain lebih spesial rasanya dan cocok untuk lidah saya. <br />
<br />
Tak hanya di <b>Indonesia</b>, <b>KFC</b> sudah menjadi semacam penyelamat hidup saya saat jalan-jalan di luar negeri. Untuk <b>Asia Tenggara</b>, hanya separuhnya jumlah negara saja mungkin yang menu <b>KFC</b>-nya tidak dapat saya cicipi. November tahun lalu saya tidak jadi ke Myanmar karena ada tugas mendadak dari kantor. Jadi, mencoba <b>KFC</b> di <b>Myanmar</b> terpaksa harus ditunda. <b>Laos</b>, <b>Vientnam</b>, <b>Thailand</b>, dan <b>Filipina</b>, semua sepakat kalau produk <b>KFC</b> negaranya tidak halal. Saya pun memilih menu lain sebagai gantinya. Dari keempat negara tersebut, hanya di <b>Thailand</b> saya paling mudah mendapatkan menu lezat dan halal pengganti <b>KFC</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ypzOt58wr9kY0mVCprdhEUYJTYNVdZCe75kueRhSQ5nsjfdOv5tYM-uLdHJEyYe_9aL5AAgygQDnSI4ZzSt5Jq_HaZfDEtkBozDvMyoyq6lYbcOYLIKcv2kR23of7AqfLKvKGk88Mpg/s1600/DSCF3279.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1ypzOt58wr9kY0mVCprdhEUYJTYNVdZCe75kueRhSQ5nsjfdOv5tYM-uLdHJEyYe_9aL5AAgygQDnSI4ZzSt5Jq_HaZfDEtkBozDvMyoyq6lYbcOYLIKcv2kR23of7AqfLKvKGk88Mpg/s400/DSCF3279.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Sarapan dulu gaes. Biar strong 💪💪💪 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Rumor yang beredar di antara para pejalan pun terkadang lucu-lucu terkait ketidakhalalan menu <b>KFC</b> di negara-negara tersebut. Entah benar atau tidak, jika menjadi rumor yang penuh simpang siur, saya lebih baik memilih menghindarinya. Ayam di <b>Vietnam</b> katanya hanya dicekik, bukan disembelih. Waduh, mendengarnya saja saya sudah tidak nafsu makan. Saya pernah googling dulu saat akan ke <b>Bangkok</b>. Niat hati sudah tenang ada <b>KFC</b> yang buka gerai di dekat hotel. Begitu saya mau pesan, pramusajinya langsung bilang, "No no no, no halal, no halal." Begitu katanya, sambil dilanjutkan <i>ngoceh</i> dengan bahasa <b>Thai</b> yang tidak saya mengerti.<br />
<br />
Berhubung mencari makanan rumahan di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank"><b>Singapura</b></a> relatif mudah, saya juga tidak begitu sering makan di <b>KFC <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank">Singapura</a></b>. Apalagi harganya lumayan mahal jika dibandingan dengan menu makanan warung biasa. Yang paling bikin kaget justru saat saya jalan-jalan ke <b>Kamboja</b>. Negeri <b>Khmer</b> yang mayoritas warganya beragama budha ini justru menyediakan menu <b>KFC</b> dengan logo halal di pintu masuknya. Saya yang sudah khawatir tentang menu makanan selama di <b>Kamboja</b> langsung merasa betah saja saat tahu <b>KFC</b>nya punya label halal. Konon, label halal itu melekat karena menggunakan licensi dari <a href="http://adiedoes.blogspot.com/search/label/Malaysia" target="_blank"><b>Malaysia</b></a>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsFFPcigpsfc3QOW9z1648ljU9dQoypZrlAv5laVl13mP1aVE179jE0TnbbWK0lYCq2sHrLRcGmuuM1NTjBqcagkscZIPczoV6ikLY0lXfHNMKfIIS0rlsccO3GmZXuPP5F_gXZkg5avI/s1600/IMG_3870.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsFFPcigpsfc3QOW9z1648ljU9dQoypZrlAv5laVl13mP1aVE179jE0TnbbWK0lYCq2sHrLRcGmuuM1NTjBqcagkscZIPczoV6ikLY0lXfHNMKfIIS0rlsccO3GmZXuPP5F_gXZkg5avI/s400/IMG_3870.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Tanda Halal di Kedai KFC Phnom Penh, Kamboja</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saking laparnya habis jalan-jalan keliling kompleks <b>Angkor Wat</b> seharian, saya sampai memborong tiga paket nasi semacam <b>yakiniku</b>. Lebih senang lagi, di sini menunya disajikan dengan piring keramik, bukan kertas karton. Sendok garpunya juga menggunakan sendok garpu dari <i>stainless steel</i>. Nasinya wangi seperti nasi lemak. Ayamnya gurih sekali dengan potongan-potongan bentuk dadu yang renyah. Dan yang unik, baru di <b>Kamboja</b> saya makan <b>KFC</b> ada acarnya. Hahaha. Selera saya tidak ada masalah ternyata dengan lidah lokal. Sebagai pejalan yang mengedepankan konsep 'hijau', saya pikir penyajian <b>KFC</b> di <b>Kamboja </b>lah yang paling ramah lingkungan di <b>Asia Tenggara</b>. Mungkin saya hanya tidak suka saja dengan penggunaan sedotan. Selebihnya, semua enak sekali.<br />
<br />
Malam berikutnya, saya pesan menu serupa untuk dibawa ke penginapan. Nasi ayamnya saya habiskan sendiri karena, entah mengapa, saya selalu kelaparan. Untuk <i>soft drink</i>nya saya bagi dengan resepsionis penginapan karena terlalu banyak. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEVB-Y4t84Q6RsdSHGMmU3LAq80rmRsd1WN2OpW4kk6VOcd9NIXCo1njiIHpd4hXOzdxZnskB9wgJhs9u58whjpPrcY3eL2dHNKhK07WbEoXtPBBPPdI0EDjPE8TAhEQfraeiZuD7vuAI/s1600/IMG_3819.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEVB-Y4t84Q6RsdSHGMmU3LAq80rmRsd1WN2OpW4kk6VOcd9NIXCo1njiIHpd4hXOzdxZnskB9wgJhs9u58whjpPrcY3eL2dHNKhK07WbEoXtPBBPPdI0EDjPE8TAhEQfraeiZuD7vuAI/s400/IMG_3819.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menu KFC di <b>Kamboja</b>. Ada Acarnya 😁 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk menu sarapan, menurut saya menu <b>KFC</b> di <b>Bandar Sri Begawan</b>, <b>Brunei Darussalam</b> yang paling uenak. Berhubung keluar hotel sejak pagi dan tidak sempat sarapan, saya melipir ke mal berupa ruko bernama <b>Yayasan</b>. Iya, nama malnya memang begitu. Bentuknya kompleks ruko. Mungkin karena hari Jumat, jadinya baru ramai setelah salat Jumat. <br />
<br />
Menunya berupa nasi lemak, ayam goreng renyah, kentang goreng, dan sambal. Sambalnya inilah juaranya. Saya sampai membersihkan sambalnya hingga olesan terakhir karena saking uenaknya. Pramusajinya sampai bengong sekaligus tersanjung saat saya bilang sambalnya enak.<br />
<br />
"Itu sambalnya dikasih ikan bilih," promosinya.<br />
<br />
Sebenarnya, saya ingin membeli lagi paket ini untuk dibawa ke hotel. Tapi sayangnya, menu yang saya makan tadi merupakan porsi terakhir yang tersisa. Menu tersebut baru ada lagi besok pagi, yang mana saya sudah harus ke bandara. Ah selalu menyebalkan. 😓 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKry0tn84W_KmLR4CLr3szjemC_KSBiXhG4y09qUf_kd-H8DUuQdQBsHDj3Zq-k1RroXJnWUsyWOaVBAPayATMYLR0Wb-465QIB04PxdHR9sxhPy1UBpNH63VMC4AypA79NKPV_JJgt0Y/s1600/IMG_3823.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKry0tn84W_KmLR4CLr3szjemC_KSBiXhG4y09qUf_kd-H8DUuQdQBsHDj3Zq-k1RroXJnWUsyWOaVBAPayATMYLR0Wb-465QIB04PxdHR9sxhPy1UBpNH63VMC4AypA79NKPV_JJgt0Y/s400/IMG_3823.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menu KFC di <b>Kuala Lumpur</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tapi, rasa sebal tersebut tak lama berganti setelah saya mampir ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/06/kuala-lumpur-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank"><b>Kuala Lumpur</b></a> sebelum kembali ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/06/5-opsi-menikmati-jakarta.html" target="_blank"><b>Jakarta</b></a>. Sebagai negara lain di <b>Asia Tenggara</b> yang paling sering saya sambangi, saya cukup mahfum dengan menu makanan <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/search/label/Malaysia" target="_blank">Malaysia</a> </b>yang tidak sepenuhnya cocok dengan lidah. Mie goreng tak ada rasa. Nasi goreng gerobak keliling di kompleks rumah saya juga lebih nendang daripada nasi goreng sebuah kedai di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/06/kuala-lumpur-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank"><b>Kuala Lumpur</b></a>. Sayur kebanyakan rasanya aneh. Paling pol gulai ikan dan kari yang santannya bikin <i>eneg</i>.<br />
<br />
Kalau sudah begitu, <b>KFC</b> adalah pelarian terbaik. Mengingat informasi bahwa <b>KFC</b> di <b>Kamboja</b> dan <b>Brunei</b> menggunakan licensi dari <a href="http://adiedoes.blogspot.com/search/label/Malaysia" target="_blank"><b>Malaysia</b></a>, saya berekspektasi bahwa menu di sini harusnya lebih uenak. Namun ternyata, selera itu tergantung lidah lokal. Menunya sih menurut saya enak, tapi hanya <b><i>twister</i></b> yang jadi favorit saya. Potongan daging ayamnya tebal dan kriuk. Untuk menu sarapan dan paket super besar, semuanya hampir sama dengan yang dijual di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/06/5-opsi-menikmati-jakarta.html" target="_blank"><b>Jakarta</b></a>. Kedai <b>KFC</b> favorit saya kalau ke <b><a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/06/kuala-lumpur-dalam-sekejap-mata.html" target="_blank">Kuala Lumpur</a> </b>ada di dekat <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/06/lebaran-di-negeri-jiran.html" target="_blank"><b>Masjid Jamek</b></a>. Saya biasanya memilih duduk di lantai dua. Kalau cuma ingin makan, saya memilih tempat duduk di meja sudut yang menghadap ke luar. Pemandangannya lumayan OK yaitu berupa lalu lalang jalan raya dan <b>LRT</b>. Kalau lagi nongkrong daripada bete di hotel, saya memilih duduk di meja tengah. Sambil makan, sambil memerhatikan orang ngobrol dan bergosip. #eh 😜<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA2Dyak3BqBB-Dzcfl3ErauGHIi2Hnf3NsrH9WsNlZH-2epNpbBVgBEEadQs5LRll8ZzzXDwvMP2Xb-Esun5c-v214GxLsMXTYql3hUt1xx7uI3XNNZGlKwtY20huLndFajKNS1kSIeog/s1600/IMG_6532.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA2Dyak3BqBB-Dzcfl3ErauGHIi2Hnf3NsrH9WsNlZH-2epNpbBVgBEEadQs5LRll8ZzzXDwvMP2Xb-Esun5c-v214GxLsMXTYql3hUt1xx7uI3XNNZGlKwtY20huLndFajKNS1kSIeog/s400/IMG_6532.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Makan malam sembari nguping 😋 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Pemandangan yang lebih OK saya nikmati di sebuah kedai KFC di <b>Istanbul</b>. Kedainya menghadap <b>Selat Bosporus</b> dan bisa melihat stasiun kereta api <b>Sirkici</b> yang jadi latar film <b>The Murder on The Orient Express. </b>Kedai lainnya ada di bandara internasional <b>Muscat</b>, <b>Oman</b>. Pemandangannya berupa lalu lalang pesawat berbadan jumbo. Keren banget. Yang bikin sedih cuma satu: kursnya real <b>Oman</b> sungguh membuat rupiah suram sekali.<br />
<br />
Tapi berita bahagianya, saya beruntung menjadi seorang yang terpilih dari kegiatan survey daring di internet tentang jalan-jalan. Sebagai <i>reward</i>nya, saya dikirimi <i>voucher</i> <b>KFC</b> senilai 500 ribu rupiah yang bisa dipakai kapan saja. Semesta sepertinya mengerti kalau saya suka makan <b>KFC</b>. Waaah, senangnya. Memang kalau udah rezeki tidak akan ke mana kan? Makin cinta mati deh ini makan <b>KFC</b>. Berangkaaat. 😋 []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-53127088713901262962019-06-18T09:05:00.000+07:002019-06-19T11:30:14.485+07:00Run for The Oceans, Berlari demi Lautan yang Bebas Plastik<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLG30MslcfhVKAuO4IOIStlViZgoI6PuzebIw4p69wJbn525_UFh7GZuiF4CeLbTGrZEpHmINMy7VGFKfiCcxlb-iQtZ0LoFkAJQotfAzrunTWfhuHHZ6YZDcx2g1ayhspHDvw8ajILp8/s1600/IMG_0399.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLG30MslcfhVKAuO4IOIStlViZgoI6PuzebIw4p69wJbn525_UFh7GZuiF4CeLbTGrZEpHmINMy7VGFKfiCcxlb-iQtZ0LoFkAJQotfAzrunTWfhuHHZ6YZDcx2g1ayhspHDvw8ajILp8/s400/IMG_0399.jpeg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Run for The Oceans</b>, <b>A Movement for Our Oceans</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<span style="font-size: small;">Setelah</span> hampir sebulan tidak berlari karena fokus dengan kegiatan selama ramadan dan lebaran, ada semacam kerinduan tersendiri saat akhirnya saya kembali ke <i>track</i> lari. Untungnya, saya tidak mengalami kesulitan untuk memulainya. Saya awali dengan lari ringan sejauh lima kilometer, hingga berlanjut ke jarak yang lebih jauh lagi. Perlahan, semuanya kembali normal seperti sedia kala.<br />
<br />
Salah satu pemantiknya adalah tantangan di aplikasi <i>runtastic</i> bertajuk <b><i>Run for The Oceans</i></b>. Tantangan ini dibuat dalam rangka untuk menyelamatkan laut kita dari bahaya pencemaran sampah plastik. Entah disadari atau tidak, kebiasaan hidup kita sehari-hari yang sepertinya tidak dapat dipisahkan dari penggunaan plastik, perlahan tapi pasti menimbulkan akibat semakin menumpuknya sampah yang dihasilkan. Nah, sampah-sampah yang tidak dapat diuraikan ini banyak sekali yang menjadi limbah, terbuang ke laut, dan menyebar ke seluruh penjuru samudra. Maka tak ayal, akhir-akhir ini, kita semakin sering membaca berita tentang paus yang mati akibat isi perutnya dipenuhi sampah plastik, penyu yang mulutnya terluka karena tak sengaja menggigit pencukur jenggot, terumbu karang yang tak lagi sehat karena dirimbuni sampah, dan sebagainya.<br />
<br />
<a name='more'></a><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2iPN56LliFn8kutP-ownD5rDXbXH-4J7hYEfH_EgQxY_j6-YroHs_a0XFzDL8mJj4afbTnIsS3RvxskOKGPf1_lsgpK6glwfEqJxjteidwAqitCAHxKrgpM7MnjkN8t2K1oChwb9raaM/s1600/515CBC81-E9A7-4194-AEB1-858B47D4AD81.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2iPN56LliFn8kutP-ownD5rDXbXH-4J7hYEfH_EgQxY_j6-YroHs_a0XFzDL8mJj4afbTnIsS3RvxskOKGPf1_lsgpK6glwfEqJxjteidwAqitCAHxKrgpM7MnjkN8t2K1oChwb9raaM/s400/515CBC81-E9A7-4194-AEB1-858B47D4AD81.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Together we can</b> 💓 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sedih sekali mendengarnya. Namun, karena ini terjadi secara masif, tidak mudah memang untuk mengembalikannya seperti sedia kala. Perlu usaha masif juga yang dilakukan secara kolosal di seluruh dunia. Untuk itu, <b>Adidas</b> bersama dengan <b>Parley for The Oceans</b> menggelar kampanye bertajuk <b>Run for The Oceans</b> ini.<br />
<br />
Kampanyenya dimulai sejak tanggal 8 Juni 2019, bertepatan dengan <b>Hari Laut Dunia</b> dan berakhir tanggal 16 Juni 2019. <b>Adidas</b> mengajak para pecinta olahraga lari untuk turut berkontribusi menjaga kelestarian laut dengan mengikuti <i>digital run</i>. Untuk setiap kilometer jarak lari yang ditempuh dan tercatat dalam aplikasi <i>runtastic</i> akan dikonversi dengan nilai donasi sebesar USD$1. Total nilai yang dikumpulkan tersebut akan disumbangkan oleh <b>Adidas</b> kepada <b>Parley Ocean Plastic Program </b>yang kegiatannya memberikan pembinaan kepada para generasi muda di seluruh dunia, terutama yang tinggal di kawasan pesisir.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLOjMqPpbS81d9BXyHckRNY-2B9T5DR46kAd1EwTrF7I49uvsSch5q9B3B8IzcHHH9khkwuME9cohKC1k5gNl68ObBUk8IOAvnaCJlf99_Mq3Yh92PfO7jPKe-WXDTRqUr5L7VoBdyqco/s1600/IMG_9830.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLOjMqPpbS81d9BXyHckRNY-2B9T5DR46kAd1EwTrF7I49uvsSch5q9B3B8IzcHHH9khkwuME9cohKC1k5gNl68ObBUk8IOAvnaCJlf99_Mq3Yh92PfO7jPKe-WXDTRqUr5L7VoBdyqco/s400/IMG_9830.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Run for The Oceans</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya sendiri mulai mengumpulkan <i>milleage</i> lari saat masih liburan. Sudah menjadi kebiasaan, saya selalu menyelipkan kegiatan lari di mana pun berada saat sedang liburan. Apalagi ini misinya luar biasa. Rasanya senang sekali bisa turut ambil bagian dalam usaha untuk menjaga kelestarian bumi, terutama laut dari pencemaran sampah plastik melalui kegiatan lari yang saya geluti.<br />
<br />
Saya suka jalan-jalan. Saya senang lari di pantai. Dan, saya bahagia luar biasa saat dapat menikmati air laut yang jernih, pemandangan yang menyejukkan mata, dan 'bercengkerama' dengan satwa dan biota laut dalam ekosistem yang sehat. Dengan berkembangnya industri pariwisata saat ini dan masifnya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari, rasa-rasanya diperlukan kesadaran kolektif secara kolosal dari semua insan agar yang indah-indah dari lautan dapat dinikmati dan memberi manfaat maksimal bagi kehidupan manusia dalam jangka waktu yang berkesinambungan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPaYYVpaTaATHYnukmeiyAJC3IGgFD7crLtYu5jUIKSVYLWSGkP3l0murSrKVvl20pkG_dlnxWtGcYfBnJtR9bUnpj0ZJRHkuCY7YEB9A1Zp5YQC1SZFnSPZJGM67xMg7YZlyBc2W83Fo/s400/DSCF0614.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Laut kita, untuk kita</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski panas terik, demi berkontribusi untuk kelestarian lingkungan, terutama laut, saya merasa selalu bersemangat untuk terus berlari. Puncaknya, di hari terakhir pengumpulan <i>milleage</i> lari, <b>Adidas Indonesia</b> menggelar acara <b>Run for The Oceans</b> di kawasan <b>SCBD Lot 16 Jakarta Selatan</b>. Acaranya meriah sekali. Kegiatan utamanya adalah berlari sejauh 5 km di kawasan <b>CFD Jakarta</b> sekeliling <b>SCBD</b> dan <b>Gelora Bung Karno</b> untuk menyuarakan dan mengajak lebih banyak orang lagi untuk secara sadar dan peduli akan bahaya sampah plastik bagi kelestarian lingkungan, terutama ekosistem laut.<br />
<br />
Berhubung pesertanya berjumlah sekitar 500-an orang, kegiatan lari ini dibagi menjadi tiga kelompok. Saya memilih di kelompok pertama, berlari dengan beberapa kawan dari <b>Adidas Runners Jakarta</b>. Tak hanya berlari, peserta yang mengikuti kegiatan <i>physical run</i> ini diminta untuk menjawab kuis di pos-pos pemberhentian berupa pertanyaan tentang bagaimana mengurangi sampah plastik dan upaya-upaya menyelamatkan ekosistem laut. Selain itu, peserta juga diajak untuk turut memungut sampah plastik di sepanjang jalur lari yang dilewati. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL5FjwaYzXCSN_kZmhFduZhQW_bc7ms3oD5d5z5kmywWVN0exeBiCbk95Ky538ULlqjWA-8DQNUXwV4haZgeLoN6kpvCVCRUZiCUzQmqp6GJ5WMSIV84_GMCT9K3CyyGPc_pIbIskFTm0/s1600/4D15AA04-D1BA-4A41-ADA3-1DD04E652E4C.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1199" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL5FjwaYzXCSN_kZmhFduZhQW_bc7ms3oD5d5z5kmywWVN0exeBiCbk95Ky538ULlqjWA-8DQNUXwV4haZgeLoN6kpvCVCRUZiCUzQmqp6GJ5WMSIV84_GMCT9K3CyyGPc_pIbIskFTm0/s400/4D15AA04-D1BA-4A41-ADA3-1DD04E652E4C.jpg" width="298" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Bersama para Sbt Msqn Ceria Adidas Runners Jakarta</b> 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Konsep acaranya sendiri menurut saya sangat variatif. Selain lari, ada serangkaian program yang dapat diikuti oleh peserta, baik yang berhubungan dengan lari, maupun yang berkaitan langsung dalam upaya pelestarian lingkungan melalui pengurangan dampak sampah plastik. Ada yoga, <i>barreless</i>, dan zumba. Ada juga lokakarya membuat kantong belanja alternatif dari kaos bekas yang diasuh oleh komunitas <b>Bye Bye Plastic</b> dan pembuatan <i>ecobricks</i> oleh <b>Divers Clean Action</b>. <br />
<br />
Selain lari, saya memilih untuk mengikuti kegiatan yoga. Ini kali kedua saya ikut sesi yoga yang dilakukan dengan serius dan dipandu oleh seorang instruktur. Kali pertama, saya ikut kelas yoga dalam sesi latihan yang diadakan oleh <b>Adidas Runners Istanbul</b>. Sungguh, suatu pengalaman tersendiri dapat merasakan otot tubuh dilenturkan secara perlahan melalui gerakan-gerakan yoga. Hal ini sekaligus mematahkan anggapan saya selama ini bahwa yoga hanya cocok dilakukan bagi ibu-ibu yang tidak mau olahraga, tapi ingin langsing secara instan seperti yang saya lihat di grup yoga ibu-ibu kompleks perumahan di mana saya tinggal. 😜😅<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Kx9LB5LVV9kRMNKvX3iUwAywlSErY28BNXmuth7SVBJx6bi2o44EmOOrXtWjggnsfbpx9w1nnUbPdYoM9A_HHM3qIwTZidXjC3-TLG25jcP4e9Kqx8N7RHM_Z4EoYpxNOc7qtiYXK-c/s1600/5A4F0DB5-821C-4323-B7A1-0552AFBF64E6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1281" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8Kx9LB5LVV9kRMNKvX3iUwAywlSErY28BNXmuth7SVBJx6bi2o44EmOOrXtWjggnsfbpx9w1nnUbPdYoM9A_HHM3qIwTZidXjC3-TLG25jcP4e9Kqx8N7RHM_Z4EoYpxNOc7qtiYXK-c/s400/5A4F0DB5-821C-4323-B7A1-0552AFBF64E6.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Prince Ali from Ababwa</b> 👳 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lokakarya lain yang saya ikuti dalam acara ini adalah pembuatan kantong belanja alternatif dari kaos bekas. Sebenarnya saya sudah punya banyak tas yang dapat dijadikan sarana penyimpanan dan pengangkutan barang untuk menghindari penggunaan kantong plastik. Tapi sepertinya acara ini menarik. Saya pun ikut menyaksikan saja dan mempersilakan peserta lain mengambil slot milik saya agar bisa ikutan praktek langsung. Mungkin bagi saya, kaos lebih suka saya donasikan untuk dipakai si penerima donasi daripada digunting dan dibuat tas. Apalagi kaos yang saya miliki kebanyakan masih baru, yang diperoleh dari <i>racepack</i> lari. <br />
<br />
Berhubung acaranya memang untuk kampanye penyelamatan lingkungan dari sampah plastik, maka <i>booth-booth</i> pendukung acara yang menyediakan makanan dan minuman juga menggunakan wadah atau pembungkus dari bahan yang dapat didaur ulang. Sungguh, diet kantong plastik ini sebenarnya merupakan bentuk langkah kecil yang menggugah kesadaran pribadi untuk mengubah gaya dan kebiasaan hidup sehari-hari dengan mengganti, atau minimal mengurangi penggunaan plastik yang tidak dapat didaur ulang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-OxSrKaB6sDNAb48mauk9SKHmO7Wz_2w4fgBnTuvunMEc1vxINiFaC1pgRNIzPB1-HtUU_2QMsyMQzbCO34yVvFUHR5CdDoLbPLBNHKoyyV2mL_YcRfIdi7imYMzIPax0l1FxkAy3CBk/s1600/52B085D5-9F7A-4432-8BB9-771B7F7E5D99.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-OxSrKaB6sDNAb48mauk9SKHmO7Wz_2w4fgBnTuvunMEc1vxINiFaC1pgRNIzPB1-HtUU_2QMsyMQzbCO34yVvFUHR5CdDoLbPLBNHKoyyV2mL_YcRfIdi7imYMzIPax0l1FxkAy3CBk/s400/52B085D5-9F7A-4432-8BB9-771B7F7E5D99.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Twins Brother: Me and Irfan Bachdim 😊</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Jakarta sepertinya mulai memanas lagi hari itu. Saya yang sudah terpanggang sejak pagi ikut lari dan yoga akhirnya memilih untuk menikmati udara sejuk dan teduh di tenda yang menayangkan video alam bawah laut. Indah sekali memang. Dan keindahan itu wajib kita rawat dengan keberlangsungan bukan hanya hidup yang sedang kita jalani, tetapi juga bagi kehidupan generasi berikutnya. <br />
<br />
Di akhir acara, saya baru tahu bahwa target pengumpulan donasi untuk tahun ini sebesar USD$1.5 juta, meningkat 50% daripada tahun lalu. Dan begitu melihat perolehan <i>milleage</i> lari dalam aplikasi runtastic, ternyata target tersebut sudah jauh terlampaui. Meski berkontribusi tak sampai mencapai 100 km, hati saya bergetar hangat karena menjadi bagian dari program ini. Apalagi saya melakukannya dengan senang hati karena bersinggungan langsung dengan kegiatan lari yang saya geluti.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGv9WGHsG74VgZcrcXfSjgwutD7vZ3ST6ZpSKPmJgYG1SULJzQWp8VRGmNMUVFJXjGdK3vN1Su7aHtt4MlVqnkzfKHWqlUNrrPpryuViq1bc5N2iGWIJrdu8Qt0MIIn6N4wCrK2VFV14w/s1600/IMG_0482.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1189" data-original-width="750" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGv9WGHsG74VgZcrcXfSjgwutD7vZ3ST6ZpSKPmJgYG1SULJzQWp8VRGmNMUVFJXjGdK3vN1Su7aHtt4MlVqnkzfKHWqlUNrrPpryuViq1bc5N2iGWIJrdu8Qt0MIIn6N4wCrK2VFV14w/s400/IMG_0482.jpg" width="251" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The result from all around the world 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski bahagia, saya tidak serta merta merasa bangga luar biasa menjadi bagian dari kampanye hijau ini. Bagi saya, yang paling penting justru adalah merawat kebiasaan baik dalam mengubah gaya dan kebiasaan hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Hal paling kecil yang sudah lama saya lakukan adalah menggunakan botol minum isi ulang ke mana pun saya pergi, baik saat jalan-jalan maupun latihan lari, untuk mengurangi konsumsi dan penggunaan botol plastik. Saya juga berusaha seminimal mungkin menggunakan kantong plastik dan memilih menggunakan kantong belanja dari bahan yang mudah didaur ulang. <br />
<br />
Menurut saya, kegiatan tersebut jauh lebih nyata dan berdampak, setidaknya dimulai dari diri saya sendiri. Sama nyatanya dengan kegiatan lari yang saya lakukan. Sungguh, saya sudah pada tahap yang tidak begitu peduli jika ada orang, bahkan sahabat dekat atau saudara, yang dengan santainya berkomentar atau nyeletuk dengan nada mengejek atau becanda dengan berkata, "Lari melulu sih, lari dari kenyataan ya?" Saya mahfum bahwa orang akan berkomentar sebatas dengan apa yang mereka ketahui atau pahami. Jadi, jika ada yang berkomentar demikian, saya cukup membalasnya dengan senyuman. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgghyFOnVbAbhoHF6OOuyDfCkiN0VAI-J0dN5IhYTP7yIsZHA8IIZhv0NcT4NfwvyNKqC7u4TqcKdKs9QN_G48HhCcAdUtBxu_1SVgWXW79Gql-Z0Lg4hWwxLLC8gKfYbtk6hYgir85vbY/s1600/13EEDA37-59FB-431F-90A8-A7F393F794E2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1280" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgghyFOnVbAbhoHF6OOuyDfCkiN0VAI-J0dN5IhYTP7yIsZHA8IIZhv0NcT4NfwvyNKqC7u4TqcKdKs9QN_G48HhCcAdUtBxu_1SVgWXW79Gql-Z0Lg4hWwxLLC8gKfYbtk6hYgir85vbY/s400/13EEDA37-59FB-431F-90A8-A7F393F794E2.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>AR, Adie Riyanto, Adidas Runners</b> :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Bagi saya, dengan berlari saya merasa bahagia, sehat, tidak mudah sakit, dan bonusnya, dapat berkontribusi dalam menggalang dana bagi kegiatan sosial, pendidikan, dan lingkungan. Saya hanya sedikit terharu saja saat menyadari bahwa kesenangan kecil yang saya lakukan, ternyata membawa dampak yang begitu berarti bagi kelangsungan hidup, kesejahteraan, bahkan kelestarian makhluk hidup atau manusia lain. Setidaknya, saya merasa bersyukur mempunyai sedikit arti dalam hidup bersemesta. Bukankah itu yang seharusnya manusia biasa pada umumnya inginkan? Mari kita rawat bersama niat mulia itu. Sepanjang masa. Selama kita ada. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com10tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-15428917530838403882019-06-05T09:20:00.000+07:002019-06-05T09:20:03.284+07:00Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXhPjIsB5hbKfdPHHcseGkaUTvBVhrxNNB6xWphaKMcMu54MvN0Sxb6XjCoU7WbjaRYcTogxCX_uL5Kyp-S6o5miHceZGzIdbrVDydrxEvjEXS-dOh9O30y6Zy7S4kKBwamK24o_tgT0/s1600/DSCF5742.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHXhPjIsB5hbKfdPHHcseGkaUTvBVhrxNNB6xWphaKMcMu54MvN0Sxb6XjCoU7WbjaRYcTogxCX_uL5Kyp-S6o5miHceZGzIdbrVDydrxEvjEXS-dOh9O30y6Zy7S4kKBwamK24o_tgT0/s400/DSCF5742.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Masjid Sultan Ahmed (The Blue Mosque), Istanbul, Turki :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Seiring terbenamnya matahari Ramadhan dan terbitlah Syawal,</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>dengan segala kerendahan hati</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>saya, <span style="color: #3d85c6;">Adie Riyanto</span> dan segenap admin blog <a href="http://adiedoes.blogspot.com/"><span style="color: #cc0000;">adiedoes.blogspot.com</span></a></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>mengucapkan <i>taqaballahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum</i></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>Taqabal ya kariim</i> 🙏</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #38761d;"><b>Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 Hijriah</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="color: #38761d;"><b>Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin </b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Semoga amalan kita diterima oleh Allah SWT </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>dan puasa kita dapat memberikan <i>syafaat</i> di hari kiamat.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Apa yang sudah baik, semoga semakin baik.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Apa yang belum baik, semoga dapat diperbaiki di kemudian hari.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Semoga Allah SWT selalu memberi niat dan kesempatan kepada kita</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>untuk senantiasa berlomba-lomba mendapatkan pahala</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>dan mengejar ridhoNya.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
<b><i>Aamin ya rabbal 'alamiin</i> 🙏</b></div>
Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-50311204480283734292019-03-24T16:45:00.000+07:002019-12-30T13:06:48.348+07:00Saya dan (Budhe) Trinity, The Naked Traveler <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyX58d2BiyLRRzvQn1vq0w7EkoxgMJLHsG2DnUV3dPqans_fjBRgKIE0-PjxO5DaR5yK5RXs3Rpahlo51Xw8eoGWjtqEpHZTqGIZmK-jCJHOeYYdbtEfJTgs1uwRvg90b3DGiAOLpNWgU/s1600/DSCF6351.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyX58d2BiyLRRzvQn1vq0w7EkoxgMJLHsG2DnUV3dPqans_fjBRgKIE0-PjxO5DaR5yK5RXs3Rpahlo51Xw8eoGWjtqEpHZTqGIZmK-jCJHOeYYdbtEfJTgs1uwRvg90b3DGiAOLpNWgU/s400/DSCF6351.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: From Nobody to Somebody. Happy Travels 💋 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<i>The world is a book, and those who do not travel, read only a page</i>. -- Saint Augustine. 🌲<br />
<br />
Saat membaca curhat <b>Trinity</b> di laman blognya <a href="http://naked-traveler.com/2018/08/29/curhat-seorang-penulis/" target="_blank">ini</a>, saya sedang berada di luar negeri dan sedang disibukkan dengan latihan intensif untuk mengikuti kompetisi lari maraton penuh di Bali bulan berikutnya. Jadi, saya tak sempat menuliskan kesan saya akan buku-buku seri <b>The Naked Traveler</b> (<b>TNT</b>) kala itu.<br />
<br />
Terus terang, saya beli buku <b>TNT</b> 1 dan 2 karena memerlukan bahan bacaan mengisi waktu luang saat akan liburan ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2012/05/ngabur-ke-bali.html" target="_blank"><b>Bali</b></a> tahun 2010 silam. Kala itu belum kenal sama sekali dengan sosok <b>Trinity</b>. Meski terhibur saat membacanya, saya baru benar-benar merasa terinspirasi untuk terus melanjutkan kebiasaan jalan-jalan justru setelah membaca buku TNT 2. Mungkin terdengar <i>lebay</i> kalau dibilang sampai mengubah hidup. Saya lebih suka mengatakan bahwa beberapa prioritas dalam hidup saya agak bergeser setelah membaca buku tersebut.<br />
<br />
<a name='more'></a>Mungkin dari semua buku TNT yang sudah diterbitkan, bagi saya buku inilah yang paling memancarkan energi kreatif seorang <b>Trinity</b> yang kelak menjadi heroin bagi pejalan lain khususnya di Indonesia. Ditulisnya saat belum terkenal-terkenal banget, bahasanya masih enerjik dan 'liar', jumlah negara yang dikunjungi juga belum sebanyak sekarang, dan statusnya masih mbak-mbak kantoran. Situasi inilah yang melatarbelakangi mengapa tulisan-tulisannya seolah begitu 'dekat' dengan keadaan sebagian besar pembaca kala itu yang juga <i>traveler</i> paruh waktu: masih galau memikirkan jumlah hari cuti, tabungan, pesan tiket, perasaan campur aduk menuju destinasi baru, dan segala <i>tetek-bengek</i> perihal liburan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYKnQpjziP1YioQmHIlBSpN6wYlTp_rHnNjKgoM4JJlDPPAbjazPxWoOmEEx38UpvjVghOMH5iEDJ3JGShvfbttM8xMXkFFeYXHEmHS-H5gnrKHb4ov9ogSLl2HAbKVxxNKTMXWKwBRuw/s1600/IMG_6130.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYKnQpjziP1YioQmHIlBSpN6wYlTp_rHnNjKgoM4JJlDPPAbjazPxWoOmEEx38UpvjVghOMH5iEDJ3JGShvfbttM8xMXkFFeYXHEmHS-H5gnrKHb4ov9ogSLl2HAbKVxxNKTMXWKwBRuw/s400/IMG_6130.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: With Kesayangan Ring Setengah 😍 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kalau dipikir-pikir, tak pernah terbayangkan sebelumnya jika di masa yang akan datang, saya akhirnya berkesempatan untuk berkelana keliling dunia. Meski kelihatannya kebetulan, semuanya seperti sudah ditata mengalir saja mengikuti keinginan dan kesempatan yang datang. Saya baru menyadari belakangan bahwa pola jalan-jalan saya ternyata tak beda jauh seperti pola yang tertulis dalam buku TNT 2 juga. <br />
<br />
Semua tentu ada permulaannya. Setelah 'uang jajan' distop oleh orang tua sejak sebulan sebelum diwisuda, saya sudah mulai memikirkan bagaimana caranya hidup di ibukota secara mandiri. Saya bekerja, menabung, dan menahan diri untuk tidak beli ini-itu yang tidak perlu hanya demi bisa jalan-jalan. Awalnya memang berat. Tapi, entah mengapa, dulu saya lebih stres tidak bisa ke mana-mana daripada memikirkan belum punya barang-barang semisal gawai dan semacamnya. <br />
<br />
Saya jalan-jalan ke tempat yang dekat dengan <b>Jakarta</b>. Lalu pindah provinsi yang berdekatkan, lama-lama hampir semua provinsi di <b>Indonesia</b> sudah dijelajahi. Yang membuat saya mengamini bahwa ternyata <b>Indonesia</b> itu luas sekali baru saya sadari setelah ikut komodo <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2011/04/sailing-trip-alon-alon-waton-kelakon.html" target="_blank"><i>sailing trip</i></a>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6PCiICjCcqm3YMADFZ5F7yhyphenhyphentlaUkP-dBfrAxGu1eo2eEnhgqfeJ4fx74PZeDONeiCPN9uED52GmJE176Orvb2GVvW4D_gwSz9PndHS8uObSS-XuJjsZlKukomnOQFxT-cMi1e5ZpKHk/s1600/IMG_8257.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6PCiICjCcqm3YMADFZ5F7yhyphenhyphentlaUkP-dBfrAxGu1eo2eEnhgqfeJ4fx74PZeDONeiCPN9uED52GmJE176Orvb2GVvW4D_gwSz9PndHS8uObSS-XuJjsZlKukomnOQFxT-cMi1e5ZpKHk/s400/IMG_8257.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: 'Boat Cruise' from Lombok to Labuan Bajo :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Perjalanannya dimulai dari <b>Senggigi</b>, <b>Lombok</b> dan kembali ke <b>Lombok</b> lagi setelah sampai <b>Labuan Bajo, Flores</b>. <i>Highlight</i> perjalanan ini memang bertemu dengan sang naga purba komodo di <b>Taman Nasional Komodo</b>. Namun dalam perjalanannya, saya mampir-mampir dulu di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/11/ekspedisi-gili-di-timur-rinjani.html" target="_blank">gili yang ada di <b>Selat Alas</b></a>, menjelajah hutan untuk menikmati dinginnya air terjun di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/11/memo-dari-moyo.html" target="_blank"><b>Pulau Moyo</b></a>, sampai deg-degan melihat batu pengharapan yang digantung di dahan pohon pinggir danau air asin <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/08/mistisisme-motitoi.html" target="_blank"><b>Pulau Satonda</b></a>.<br />
<br />
Saya mengawali penjelajahan di <b>Taman Nasional Komodo</b> dengan mendaki bukit agak curam di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/01/tak-ada-ora-di-gili-lawa.html" target="_blank"><b>Gili Laba</b></a>, dilanjutkan dengan melacak keberadaan komodo di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2013/08/7wonders-menjarah-sarang-naga.html" target="_blank"><b>Pulau Komodo</b> dan <b>Rinca</b></a>, bermalam di sarang kelelawar, berenang ceria di <b>Pantai Pink</b>, dilengkapi dengan main air di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2018/02/singgah-sejenak-di-pulau-kelor.html" target="_blank"><b>Pulau Kelor</b></a>, sebelum akhirnya mendarat dengan kulit gosong mahal di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2019/01/berlabuh-di-labuan-bajo.html" target="_blank"><b>Labuan Bajo</b>, <b>Flores</b></a>. Sungguh, perjalanan satu minggu mengarungi laut membuat saya sejenak melupakan nama-nama hari. Saya melihat banyak sekali jenis ikan, mulai ikan terbang hingga lumba-lumba, fenomena alam yang terjadi di lautan, hingga hal-hal di luar kuasa manusia yang membuat saya selalu ingat akan kebesaran Tuhan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglp3lqX8ydNL1h_0XCTeI_ywR1irToPquKrIvWEm-lgDH9mfcf60JEWdUi1UQld2BTLjWnpfdGUxI6zeA_6lD8RxuaHHNmYK4H2faN_SPW3iTMyvC7HKpQ9WsLKhqAQWVuzLxrm-zQnes/s1600/IMG_5044.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglp3lqX8ydNL1h_0XCTeI_ywR1irToPquKrIvWEm-lgDH9mfcf60JEWdUi1UQld2BTLjWnpfdGUxI6zeA_6lD8RxuaHHNmYK4H2faN_SPW3iTMyvC7HKpQ9WsLKhqAQWVuzLxrm-zQnes/s400/IMG_5044.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Dangerously Beautiful. Komodo National Park, East Nusa Tenggara :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kisah-kisah unik sepanjang perjalanan tersebut selain membawa kenangan tak terlupakan, juga merupakan cerita-cerita paling menarik untuk diceritakan kembali kepada orang lain, terutama kepada anggota keluarga. Sejak memutuskan kuliah dan bekerja di ibukota, saya hampir selalu absen dalam setiap agenda keluarga karena seringnya 'menghilang' saat acara-acara keluarga sedang berlangsung. Beberapa tante saya menyebutnya sebagai 'hilang dari radar'. Imbasnya, setiap <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/menyapa-kampung-halaman.html" target="_blank">pulang kampung</a>, saya selalu ditagih untuk bercerita tentang ke mana saja saat menghilang selama ini. <br />
<br />
Masih terinspirasi dari buku <b>TNT 2</b>, saya akhirnya memberanikan diri untuk jalan-jalan ke luar negeri. Meski belum semua provinsi di <b>Indonesia</b> saya sambangi, saya pikir akan sangat buang-buang energi kalau saya <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2012/12/10-hal-paling-tidak-menyenangkan-dalam.html" target="_blank">mendebat pendapat beberapa netijen</a> yang <i>kekeuh</i> harus <i>khatam</i> jalan-jalan di <b>Indonesia</b> dulu baru ke luar negeri. Mau menunggu sampai kapan? <br />
<br />
Tentu, saya memulainya
dari negara yang dekat dengan <b>Indonesia</b> dan dapat ditempuh dengan biaya terjangkau. <b>Singapura</b> dan <b>Malaysia</b> pastilah menjadi urutan perdana. Apalagi sekarang saya sering ikut lari maraton. Kedua negara tersebut, bersama <b>Thailand</b>, menjadi negara di <b>Asia Tenggara</b> yang paling sering saya sambangi. Karena sering bolak-balik dan punya banyak kawan di negara-negara tersebut, rasa-rasanya saat ini jadi semacam pergi ke provinsi lain di <b>Indonesia</b>, tidak serasa sedang jalan-jalan ke luar negeri. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkcgcU92C_wm8DB9t-fp2dHma7sQfuXCuhCFt-SOWk37EgVIbiNMqJ6n2y7SoiFdCWPWLNIJ7qAUHoF2CbPW2-fBh-4emqPSB4e14MGEvyRCIFl7HxErGR9qRERdnzMLKoq9DrWZvOafQ/s1600/DSCF0969.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkcgcU92C_wm8DB9t-fp2dHma7sQfuXCuhCFt-SOWk37EgVIbiNMqJ6n2y7SoiFdCWPWLNIJ7qAUHoF2CbPW2-fBh-4emqPSB4e14MGEvyRCIFl7HxErGR9qRERdnzMLKoq9DrWZvOafQ/s400/DSCF0969.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Finding Innerpeace at Tha Phromph Temple, Siem Riep, Cambodia :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Favorit saya tentu saja <b>Kamboja</b>. Negara kismin ini menurut saya unik. Banyak candinya, jadi mirip sekali dengan <b>Jawa</b>. Meski sedikit belagu, warganya lebih suka transaksi dengan USD daripada Riel Cambodia, tapi biaya hidup relatif terjangkau. Apa-apa serba satu dolar. Air putih satu dolar. Buah potong satu dolar. Dan yang paling asyik, meski mayoritas pemeluk Budha, tapi <b>KFC</b> punya sertifikat halal di negara ini. Sedap.<br />
<br />
Menjelajah candi-candinya, saya seakan diseret ke dalam labirin waktu ke masa candi-candi tersebut hidup dan dihidupi oleh raja-raja yang membangunnya. Saya memilih tur mandiri demi menyelami setiap detil relief yang ada di candi, melacak keberadaan relief unik yang sudah pernah saya baca sebelumnya di suatu buku, dan secara tak sengaja 'menemukan' spot-spot candi yang tidak pernah diulas oleh kebanyakan blogger atau pejalan yang saya kenal. Rasanya seperti menemukan harta karun yang tidak perlu digali. <br />
<br />
Favorit kedua saya adalah <b>Filipina</b>. Negara ini sepertinya juga semacam provinsi lain di <b>Indonesia</b>. Bangunan <i>heritage</i>nya banyak sekali dan sangat terawat. Yang saya suka dari <b>Filipina</b> salah satunya adalah tak ada bangunan gereja yang jelek. Jika di <b>Indonesia</b>, kita dapat dengan mudah melihat masjid, di <b>Filipina</b> bangunan gerejanya sungguh menjamur. Fasadnya selalu punya ciri khas yang sama: kokoh, terawat, dan berusia tua. Salut untuk masyarakat <b>Filipina</b> yang sanggup merawat warisan masa lalu sebagai kewajiban komunal. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnnYRtAu4iin02cTowF7Mfo2a7CPH_g_5ipalR6FYMQD7BM2sF3rLLkftRohUcd3rAHxydKargEEeMLWBMDChIYMkyINLLR6U7td5eRIS7_5GQVdM1r8oVfd_f0R_-pH03bmf8DJSa3J8/s1600/DSCF2005.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnnYRtAu4iin02cTowF7Mfo2a7CPH_g_5ipalR6FYMQD7BM2sF3rLLkftRohUcd3rAHxydKargEEeMLWBMDChIYMkyINLLR6U7td5eRIS7_5GQVdM1r8oVfd_f0R_-pH03bmf8DJSa3J8/s400/DSCF2005.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: A Gloomy Afternoon at Vigan Old Town, Filipina :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya juga suka dengan bagaimana pemerintah <b>Filipina</b> menghormati jasa pahlawannya, termasuk presiden yang pernah menjabat dengan menjadikan rumah masa lalunya sebagai museum. Bahkan, saya sempat blusukan ke istana presiden segala. Sungguh sebuah kesempatan langka yang menyenangkan.<br />
<br />
Alasan suka dengan <b>Kamboja</b> dan <b>Filipina</b> selain negaranya 'cantik' dan orang-orangnya yang ramah luar biasa, juga karena sering dianggap sebagai penduduk lokal. Saya sering sekali diajak ngobrol dengan bahasa setempat. Dituduh sombong juga karena sering pakai bahasa <b>Inggris</b> daripada bahasa nasional. Begitu saya bilang kalau berasal dari Indonesia, responnya secara spontan hampir selalu sama. "Ooo, <b>Indonesia</b>. <i>You looks</i> <i>guapo</i>." 😊 <br />
<br />
Bagi saya, hal itu sekadar buat lucu-lucuan dan bumbu dalam perjalanan itu sendiri. Perjalanan, apapun namanya, memang penuh tantangan dan membawa kenangan personal. Untuk merangkai semua itu memang perlu proses. Tapi, ketika kesempatan datang, yang
diperlukan sebetulnya adalah sedikit nyali untuk mengeksekusinya. Pengalaman
itu dapat dirasakan tapi tidak kelihatan wujudnya. Nah, kebanyakan orang <b>Indonesia</b>, cenderung agak susah membelanjakan sesuatu yang tidak kelihatan wujudnya,
tetapi dalam hati menginginkan sesuatu yang dirasakan oleh orang lain.<br />
<br />
Sama seperti kisah-kisah perjalanan <b>Trinity</b> yang harus ditunggu dulu setiap tahun, saya mulai teracuni untuk minimal mendatangi satu negara atau tempat baru setiap tahun. Apalagi saat <i>budhe</i> ini baru balik keliling dunia selama setahun, saya langsung menodongnya untuk menandatangani buku <b>TNT</b> edisi bahasa Inggris untuk mengobati rasa rindu akibat jeda terbitnya buku baru yang agak panjang. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnpZztCmzMmpdQp2vnA2XkK-k5tsnvfIortnAhyxd9IuR-bBylV1OR3tR71d7sAzYiWtTUbr5-dpU24L7BU4mPkitXf_xhttxxlMBu2cr8-LV7zabKiw12GOootYnz7VXmuECCVwFo2i8/s1600/IMG_0578.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnpZztCmzMmpdQp2vnA2XkK-k5tsnvfIortnAhyxd9IuR-bBylV1OR3tR71d7sAzYiWtTUbr5-dpU24L7BU4mPkitXf_xhttxxlMBu2cr8-LV7zabKiw12GOootYnz7VXmuECCVwFo2i8/s400/IMG_0578.JPG" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Trinity Round The World and Me :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Kita juga tidak (benar-benar) tahu apa yang sebenarnya terjadi di tempat lain meski sudah ada media sosial, tanpa benar-benar melihat dan mengalami sendiri sesuatu. Dengan jalan-jalan keliling <b>Indonesia</b>, selain menyadari bahwa <b>Indonesia</b> itu luas juga jadi tahu bahwa betapa pentingnya sarana dan prasarana dibangun secara merata di seluruh penjuru negeri. Bukan hanya untuk mengurangi ketimpangan yang ada, tetapi juga melancarkan konektivitas antar daerah sehingga mendorong terawatnya jiwa persatuan bangsa.<br />
<br />
Setali tiga uang, kita juga perlu sesekali jalan-jalan ke luar negeri biar tahu kalau di luar sana ada negara yang jauh lebih maju, lebih rapi, lebih tertib dan teratur dibandingkan <b>Indonesia</b> sehingga bisa dijadikan pijakan pola berpikir bagaimana <b>Indonesia</b> bisa menjadi salah satu negara maju tersebut di kemudian hari. Pergi ke negara yang lebih kismin dari <b>Indonesia </b>juga perlu agar kita tidak menjadi bangsa pengeluh yang malas untuk bersyukur. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU6KbjXxDzgwYlV5dvKU3D60d0P2Njr98D1fwpAp4WrTQDqyWNznPGvVdR8tEZTT_2-qaGbCB2DGMn38ko2SiJ2roEFJz6HwMQJXsmWdGsIMkNLkzYCVOs9-0ofxqXimH2IDlvsuePCm0/s1600/DSCF7194.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU6KbjXxDzgwYlV5dvKU3D60d0P2Njr98D1fwpAp4WrTQDqyWNznPGvVdR8tEZTT_2-qaGbCB2DGMn38ko2SiJ2roEFJz6HwMQJXsmWdGsIMkNLkzYCVOs9-0ofxqXimH2IDlvsuePCm0/s400/DSCF7194.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Ke mana lagi ya enaknya? 😜 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Intinya, perjalanan akan mendorong kita untuk berpikiran terbuka terhadap perbedaan jika kita mau membuka mata dan hati. Perjalanan tak jarang juga menyeret kita untuk menemukan kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan seperti naik pesawat dengan tipe yang kita idam-idamkan (dalam kasus saya naik <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2012/11/menumpang-boeing-747-400-garuda.html" target="_blank"><b>Boeing 747-400</b></a> dan <b>797-9 Dreamliner</b>)<b>, </b>bertemu dengan teman perjalanan di negara tujuan, atau di-<i>up grade</i> tempat duduknya ke kelas bisnis, padahal belinya tiket ekonomi.<br />
<br />
Akhir kata, saya jadi berpikir bahwa mungkin, kesenangan-'keribetan' ini merupakan konsekuensi logis dari pilihan hidup yang saya jalani selama ini. Menjadi pejalan mandiri memang tidak selamanya mendatangkan kenyamanan, tapi dipastikan menambah koleksi bermacam pengalaman. Dan melalui kisah perjalanannya, (budhe) <b>Trinity</b> punya 'saham' untuk setiap keberanian dan kenekatan saya dalam merangkai pengalaman melalui jalan-jalan mandiri. Jadi, jalan-jalan ke mana lagi ya enaknya tahun ini? []<br />
<br />
<b>Baca Juga: <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2019/11/nostalgia-dalam-sinema-bersama-trinity.html" target="_blank">Nostalgia dalam Sinema Bersama Trinity Traveler</a></b> 🌺🌻🍁 Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com30tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-69009253997003875032019-02-20T16:49:00.000+07:002019-03-11T13:45:04.247+07:00Bangkok Berlari: Amazing Thailand Marathon Bangkok 2019<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSdsUmp2r1xczb7pc1ZHKQuYsG0CnlJ9IUsbp7fWa6u8go4u1A2BkiO7UOBbpM7PJfW5PSN7840-_9F1twkaK_qiXkcp3xD4IaRKf0SjQMRI81Z9ohLLC9syWVUDh6KENAP1GFEv9uShI/s1600/PPR+0002.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSdsUmp2r1xczb7pc1ZHKQuYsG0CnlJ9IUsbp7fWa6u8go4u1A2BkiO7UOBbpM7PJfW5PSN7840-_9F1twkaK_qiXkcp3xD4IaRKf0SjQMRI81Z9ohLLC9syWVUDh6KENAP1GFEv9uShI/s400/PPR+0002.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Stadion Rajamanggala, Bangkok :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebagai pelari rekreasional, kita sering tidak tahu diri. Bilang kapok tidak ingin lari maraton lagi, tapi dengan bandelnya tetap saja mendaftar ajang lari maraton lainnya saat pendaftaran dibuka. Seperti yang saya alami. Setelah dihajar dengan panasnya rute <b>Standard Chartered Singapore Marathon 2018 </b>pada Desember silam dengan bonus kaki kram hingga dua kali, saya sudah bilang ke diri sendiri untuk tidak lagi mendaftar ajang maraton hingga enam bulan berikutnya.<br />
<br />
Namun apa pasal, berkawan dengan orang-orang <b>Thailand</b> yang negerinya mengoleksi ratusan <i>race</i> lari saban tahun membuat saya ingin menambah koleksi pengalaman lari di negara ini. Niat awalnya memang ingin ikut ajang lari maraton seri <b>Standard Chartered</b> di berbagai negara. Setelah <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/05/maraton-di-malaysia.html" target="_blank"><b>Kuala Lumpur</b></a> dan <b>Singapura</b>, tujuan berikutnya adalah <b>Bangkok</b>. Ternyata, kalau tidak salah informasi, <b>Standard Chartered Bangkok Marathon</b> berevolusi menjadi <b>Amazing Thailand Marathon Bangkok</b>. Ajang yang menurut saya menarik untuk diikuti. <br />
<br />
<a name='more'></a>Namun, entah mengapa, kedatangan saya ke <b>Bangkok</b> hampir selalu diwarnai hal yang kurang menyenangkan. Terakhir kali ke <b>Bangkok</b> tahun 2017 lalu, kamera saya jatuh dan gagang lensanya patah. Padahal saya masih harus melakukan perjalanan keliling <b>Asia Tenggara</b> hingga seminggu kemudian. Untung masih bisa direkatkan dengan selotip dan aman hingga saya kembali ke <b>Jakarta</b>.<br />
<br />
Kali ini, saya dibuat galau antara ingin berangkat tapi juga ada niat untuk mengurungkannya karena <b>Bangkok</b> sedang dilanda polusi yang parah. Berita di media dan <i>update</i> status kawan-kawan <b>Thailand</b> semakin membuat saya tambah jiper. Semua orang menghindari keluar rumah. Anak sekolah sampai diliburkan. Jika ada yang terpaksa keluar rumah, fotonya selalu mengenakan masker. Duh 😕 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS_mThJ9EHBwKv5V-TpJEmycIoZXlJcyt0d6G8eFxRUk-JrzA0kdM2BHLB0qqsPtf2dPGPdq4nuPSuETG3SQNvB9M6ELU-9YcA4TfCGsxxW_DW1NNQqsZyKL0B-jh0J5dsS_ZqUhtbhyA/s1600/001.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="740" data-original-width="740" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjS_mThJ9EHBwKv5V-TpJEmycIoZXlJcyt0d6G8eFxRUk-JrzA0kdM2BHLB0qqsPtf2dPGPdq4nuPSuETG3SQNvB9M6ELU-9YcA4TfCGsxxW_DW1NNQqsZyKL0B-jh0J5dsS_ZqUhtbhyA/s400/001.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Polusi di Langit Bangkok 😷 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung tiket pesawat dan hotel sudah dibayar, akhirnya <i>gambling</i> saja berangkat di H-2. Toh, kalau saja acara ini batal, saya akan melipir ke wilayah utara untuk menjelajah candi di <b>Ayutthaya</b>. Saya jadi teringat ajang <b>Standard Chartered Kuala Lumpur Marathon 2015</b> yang batal gara-gara asap kebakaran hutan <b>Sumatra</b>.<br />
<br />
Dan benar saja, begitu pesawat akan mendarat, langit <b>Bangkok</b> siang itu sungguh muram. Bukan karena sedang mendung akan hujan, tapi karena kepulan debu tebal akibat polusi. Konon, <b>Bangkok</b> sedang giat-giatnya membangun infrastruktur. Polusi tersebut muncul selain dari asap kendaraan bermotor, juga berasal dari 'limbah' pembangunan. Seperti halnya <b>Jakarta</b> dan <b>Ho Chi Minh</b>, <b>Bangkok</b> juga sedang membangun proyek MRT. Saya pikir, <b>Jakarta</b> sudah paling parah polusinya. Merasakan hal ini, <b>Jakarta</b> tampak seperti kota yang baik-baik saja. <br />
<br />
Saya mengambil paket lomba di hari yang sama. <b>Bangkok</b> memang panas. Ditambah polusi yang menggejala, ingin rasanya tetap berada di ruangan berpendingin. Hampir semua orang yang saya temui menggunakan masker. Saya cuek saja, tapi tetap menggunakan <i>buff </i>untuk sekadar berjaga-jaga. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg8dYwQudcwVlOVNOVqplGxM3yHjr5qdz2qS8PAFEzQ1B5pXD0F4_H_8w3arJtrI_Kr-ssz8JyQw7_0U8OUsNN79YOLIiSLQi9b_AHxe-ISJ4rR7l7YtEj9-4LHhDy_ByJuLq4VwLwVhg/s1600/IMG_6957.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1182" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjg8dYwQudcwVlOVNOVqplGxM3yHjr5qdz2qS8PAFEzQ1B5pXD0F4_H_8w3arJtrI_Kr-ssz8JyQw7_0U8OUsNN79YOLIiSLQi9b_AHxe-ISJ4rR7l7YtEj9-4LHhDy_ByJuLq4VwLwVhg/s400/IMG_6957.jpeg" width="295" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Pengambilan Nomor BIB di Makkasan Airport Link Station :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Lokasi pengambilan paket lomba ada di stasiun <b>MRT Makkasan</b>. Tempatnya lumayan lega. Antriannya tertib dan mengalir, meski mengular. Para sukarelawan yang membantu proses pengambilan paket lomba bertindak dengan cekatan. Meski beberapa tidak bisa bahasa Inggris, tapi mereka dengan segera memanggilkan rekannya yang lebih cakap demi segera bisa memberikan informasi kepada para peserta. Sungguh efisien sekali. Tak sampai sepuluh menit, saya sudah selesai mengambil paket lomba. <br />
<br />
Setelah itu, saya menuju hotel dan mendekam di dalam kamar hingga malam menjelang. Keesokan harinya, saya menyempatkan diri untuk berlari di stadion milik semacam <b>Kementerian Pemuda dan Olahraga Thailand</b> di dekat <b>Stadion Rajamanggala</b> untuk aklimatisasi dengan kondisi udara <b>Bangkok</b>. Beberapa surel dikirim secara periodik oleh panitia untuk memberitahukan tentang kondisi udara ini dan keberlangsungan ajang maraton esok hari. <br />
<br />
Memang masih terasa ada polusi yang membuat napas kurang nyaman. Namun intensitasnya sedikit berkurang dibandingkan dengan saat saya mendarat kemarin. Otorisas <b>Thailand</b> pun melalui surel memastikan akan tetap menyelenggarakan ajang maraton karena kondisi udara sudah relatif kondusif. Dengan start pukul 03.00 pagi dan <i>cut off time</i> tujuh jam, panitia berasumsi kondisi udara akan cukup bersahabat dengan catatan, semua peserta akan langsung dievakuasi di km 21, dikembalikan ke masing-masing tempat berangkat, dan membatalkan acara jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan termasuk perubahan kondisi udara yang terjadi tiba-tiba. Sungguh, menurut saya, ini merupakan ajang maraton paling serius yang pernah saya ikuti selama ini. 😂 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSiY7b_oacJhn0c_ukgfWsb71IzRQpKvuMvEDLqwcREcAevtX22yph1-niZmefsujhjs71VrQuK5Z6NhTNJ7hxWbF_cTfxnCg-sGYF2ZjKfcBRYcRZTmAv3Vzkio2mOyvLD6kR-yIUnk8/s1600/STR+200118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSiY7b_oacJhn0c_ukgfWsb71IzRQpKvuMvEDLqwcREcAevtX22yph1-niZmefsujhjs71VrQuK5Z6NhTNJ7hxWbF_cTfxnCg-sGYF2ZjKfcBRYcRZTmAv3Vzkio2mOyvLD6kR-yIUnk8/s400/STR+200118.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Mulai lari sesuai dengan antrian :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya memasuki stadion <b>Rajamanggala</b> dengan perasaan berdebar. Ini stadion paling megah di <b>Bangkok</b>. Konstruksinya tebal dan kokoh. Saya merasa, bangunan-bangunan di <b>Bangkok</b> ini konstruksinya hampir selalu dapat dikonotasikan dengan besar dan tebal untuk diasosiasikan dengan sesuatu yang kokoh dan kuat. Jembatan, jalan tol, stadion, semuanya seperti gumpalan semen yang ukurannya tebal. Saya harus berbangga <b>Indonesia</b> memiliki stadion utama <b>Gelora Bung Karno</b>, <b>Simpang Susun Senayan</b>, dan jalan layang untuk LRT yang desainnya begitu kokoh namun estetikanya terlihat lebih ramping dan efisien. <br />
<br />
Saya melihat sekeliling. Satu persatu para pelari mulai memasuki area <i>start</i> sesuai dengan prediksi catatan waktu <i>finish</i>nya. Senang rasanya bisa berjumpa dengan beberapa kawan <b>Thailand</b> di sini meski hanya bertukar sapa. Saya juga berjumpa dengan beberapa orang <b>Indonesia</b>, baik yang khusus datang untuk ikut acara ini, maupun yang domisilinya memang di <b>Bangkok</b>. Masing-masing sudah sibuk dengan gerakan pemanasan. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Sebenarnya, di sinilah saya mulai bisa mengamati salah satu sisi kejujuran dan sportivitas dari pelari maraton. Sebagian pelari memang berusaha untuk mendapatkan catatan waktu terbaiknya di ajang maraton berikutnya. Sebagian lainnya, berusaha selalu mengambil <i>start</i> lebih awal, bahkan paling depan, dengan cara menginput catatan waktu yang jauh dari kenyataan (tidak sebenarnya), baik dari capaian waktu pada ajang maraton sebelumnya, maupun ekspektasi catatan waktu yang akan berlangsung. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb1fdKC2fLPzeRJ1sytjT0PYaVnloN3UZCvFuRsHl_2m0Wl1mu9xxHqLI0HThaMdMSVl95gfsysay-yrUjLZrs19_Yoe0HruEDCDzH4d6DpLfDtCTVfDIGPQcZj1QrEMlGFTWCaiXS5IQ/s1600/100459-459297-1005238500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjb1fdKC2fLPzeRJ1sytjT0PYaVnloN3UZCvFuRsHl_2m0Wl1mu9xxHqLI0HThaMdMSVl95gfsysay-yrUjLZrs19_Yoe0HruEDCDzH4d6DpLfDtCTVfDIGPQcZj1QrEMlGFTWCaiXS5IQ/s400/100459-459297-1005238500.jpg" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Lari Tengah Malam di Kawasan Dusit :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Teriakan MC mengembalikan konsentrasi saya pada maraton yang akan saya lakukan. Setelah serangkaian acara seremonial, lagu kebangsaan <b>Thailand</b> berkumandang menandai akan segera dimulainya ajang ini. Kategori maraton penuh (FM) akan mulai secara serentak dengan kategori setengah maraton (HM). Saat terompet panitia menjerit-jerit, bagai peluru dilontarkan pelatuk, para pelari mulai melesat meninggalkan garis <i>start</i>. <br />
<br />
Saya berlari dengan tenang. Beberapa pelari yang saya kenal sudah melaju di depan. Target saya kali ini memang tidak muluk. Mengingat kondisi udara <b>Bangkok</b> yang belum terlalu stabil. Saya tidak ingin tiba-tiba tersedak kesulitan napas hanya gara-gara ingin mendapat rekor pribadi berlari di tengah kondisi yang belum kondusif seperti ini. Meski cuaca cerah dan tidak selembab di <b>Singapura</b>, beberapa pelari melipir ke pinggir jalan untuk buang air kecil. Nah, di sinilah perbedaannya. Entah saya yang terlalu fokus berlari atau apa, yang jelas, saya tidak melihat ada toilet <i>portable</i> di km awal. Saya baru melihat toilet darurat itu di jarak yang sudah relatif jauh di atas jalan tol. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfYx5h-zEaIfL3c4KHY24odhfBIUIFCtflWvTn_TmbFbQXiFdBzaJFrFR8oXNAIsqqnXaH0TLC1jQc5INzbHs09GruGt6vqhV-4H0InA6XLbXqlJZFbHAA4_8qvD_RcbBqciPQpJA3G6Y/s1600/100459-f8462d-1005225294.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfYx5h-zEaIfL3c4KHY24odhfBIUIFCtflWvTn_TmbFbQXiFdBzaJFrFR8oXNAIsqqnXaH0TLC1jQc5INzbHs09GruGt6vqhV-4H0InA6XLbXqlJZFbHAA4_8qvD_RcbBqciPQpJA3G6Y/s400/100459-f8462d-1005225294.jpg" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Stabil Tampan Meski Jalur Tanjakan :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Karena lewat jalan tol, boleh dibilang, jalurnya sungguh rapi. Meski ada cerita hoaks yang sampai di telinga saya bahwa jalurnya datar saja, beberapa tanjakan dapat saya lalui dengan aman. <i>Water station</i> tersedia di setiap jarak dua kilometer. Pilihannya lumayan beragam: air mineral dan isotonik, dingin dan biasa. Saya mengguyur kepala di beberapa km yang dirasa saat ubun-ubun mulai berasap. Sungguh menyegarkan dan memberi semangat baru.<br />
<br />
Langkah saya lumayan stabil. Sampai dengan km 30, langkah kaki masih stabil di <i>pace</i> 5:30 hingga 5:40 sehingga saya optimis dapat mencapai garis finish paling tidak dengan catatan waktu 3:55. Sampai kemudian saya menyadari dan tiba-tiba merasa bosan sehingga keluar pikiran halusinasi yang mengatakan bahwa jalan tol ini sepertinya tidak berujung. Saya mendadak merasakan kram di bagian paha kanan. Setelah bersabar dan akhirnya melewati titik balik paling ujung jalan tol yang dijadikan jalur lari, saya melipir ke <i>water station </i>km 31.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkDJkScvIswyZnsmgRkRMS7jJBFyOxw_wKXSNciUnfZITYkPj3o276CwMWFDOtoYQ7-AM-X4oELx1y67GPlpGMYQuKnQHSjSHOtIWCBovwShhpPOcXfn51oEB3Agne-AtGWG7FqP3qipU/s1600/100459-b9cda0-1005228841.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1068" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkDJkScvIswyZnsmgRkRMS7jJBFyOxw_wKXSNciUnfZITYkPj3o276CwMWFDOtoYQ7-AM-X4oELx1y67GPlpGMYQuKnQHSjSHOtIWCBovwShhpPOcXfn51oEB3Agne-AtGWG7FqP3qipU/s400/100459-b9cda0-1005228841.jpg" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Cheers 😉 :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebuah keputusan yang kurang bijak. Alih-alih melanjutkan lari, saya malah berhenti. Ada banyak menu di <i>water station</i> ini yang pantang untuk dilewatkan. Selain air mineral dan isotonik, ada menu buah-buahan, donat <b>Thailand</b>, kismis, es potong, dan lain-lain. Sungguh <strike>biadab</strike> menggoda sekali. Saya terpaksa mengambil menu yang bisa diambil, mengunyah apapun yang sempat dikunyah, dan minum secukupnya layaknya orang yang belum ketemu air di tengah <b>Sahara</b>.<br />
<br />
Bagi sebagian pelari, konsep yang baru saja dengan brutal saya lakukan adalah salah satu bentuk aktualisasi dalam menikmati ajang maraton. Apapun namanya, setidaknya untuk beberapa saat, saya jadi agak melupakan sedang mengalami kram. Kaki saya paksa untuk melangkah. Jangkauannya jadi lebih pendek. Sungguh bahaya. Tak lama kemudian, <i>pacer</i> sub empat jam melenggang dengan ringan seraya memberi semangat dalam bahasa <b>Thai</b>. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFBQLmdHyaBZecDtdiQFZI2NzrKfsFXfl5TBsthri_lyB_rGSQBcTmvw518-BxGZ1g0znRl0vB7HovT-VCyfoMGvHdjux-iv49VYDbWF5FS9EvKTo5QfJWA3-bvkXpAepLUAZWy9Tcr8g/s1600/100459-446e9f-1005280717.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFBQLmdHyaBZecDtdiQFZI2NzrKfsFXfl5TBsthri_lyB_rGSQBcTmvw518-BxGZ1g0znRl0vB7HovT-VCyfoMGvHdjux-iv49VYDbWF5FS9EvKTo5QfJWA3-bvkXpAepLUAZWy9Tcr8g/s400/100459-446e9f-1005280717.jpg" width="266" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Keep Running at King Rama VIII Bridge :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Meski yakin kalau catatan waktu akan meleset dari target acuan yang sudah ditetapkan sebelumnya, saya masih optimis untuk mendapatkan catatan personal di ajang ini. Setidaknya, saya sudah menyelesaikan tiga puluh kilometer dalam waktu kurang dari tiga jam. Sungguh capaian yang patut saya syukuri dan tingkatkan. <br />
<br />
Sorakan para penyemangat mengikuti derap langkah kaki saya. Matahari perlahan merekah di ufuk timur. Saya mulai melihat dengan jelas siluet gedung-gedung pencakar langit <b>Bangkok</b>. Berhubung jalurnya bersisian, saya juga kerap memerhatikan rombongan pelari yang mulai tertatih-tatih meniti langkah di jalur yang sudah saya lalui. Saya mulai mengguyur kembali ubun-ubun dengan air dingin. Hal yang saya inginkan selanjutnya adalah mempunyai foto sedang berlari melintasi jembatan ikonik <b>Raja Rama VIII</b>. Jembatan ini pernah saya lihat dari ketinggian <b>Kuil Golden Mount</b> tahun 2017 silam dan baru kesampaian melintasinya dua tahun berselang di ajang maraton ini. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWdEB_GwWW5eSLgEI_fv6a3phbQQPatedMQD5zfenWpVUrlzc333cs9eTpUi9mLpjE4s6OCEiALJ5YimUde_ixAmbKcwFwfjYufT1455mnfGIub9voDfJ2929A_UY2JW-jEs9083DQoKw/s1600/100459-066c04-1005209060.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1140" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWdEB_GwWW5eSLgEI_fv6a3phbQQPatedMQD5zfenWpVUrlzc333cs9eTpUi9mLpjE4s6OCEiALJ5YimUde_ixAmbKcwFwfjYufT1455mnfGIub9voDfJ2929A_UY2JW-jEs9083DQoKw/s400/100459-066c04-1005209060.jpg" width="283" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Menyapa Netijen dan Baladiva Cabang Bangkok di Finish Line :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saya memelankan langkah. Tiba-tiba, dari arah belakang terdengar ucapan penyemangat dari pelari yang sudah senior agar saya tidak lantas menyerah dan segera menyelesaikan ajang ini.<br />
<br />
"<i>Come on</i>, <i>come on</i>. <i>You can do it</i>. <i>Three kilometres more</i>", begitu katanya. <br />
<br />
Padahal yang saya lakukan hanyalah upaya sederhana agar tertangkap kamera tanpa ada 'iklan' yang mengganggu.<br />
<br />
Saya hanya menimpalinya dengan, "<i>You can go first</i>. <i>Thanks</i>." 😓<br />
<br />
Setelah dirasa dapat gambar yang diinginkan, saya pun mulai melaju mengejar ketinggalan dengan pelari senior tadi. Semampu saya. Sekuat kaki sanggup melangkah. <br />
<br />
Meski baru pukul tujuh pagi, sinar matahari mulai menyengat. Saya tidak tahu apa rasanya kalau <i>finish</i> lebih siang lagi. Saya sudah sampai pada tikungan <b>Monumen Demokrasi</b>, deretan sorakan kembali merekah dan hidup. Mengikuti ritme, semangat saya mulai berkobar kembali. Saya lari stabil dengan derap yang semakin ringan karena terdorong untuk segera menyelesaikan jarak 42,192 kilometer ini. Detak jantung saya masih stabil. Saya merasa aman. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinftHwWYtSdIkAgrCwpudjDp3oGha3qLyOaAhgnxaoSsA1dQh3dnGLrr4TzXTNH1inDBnXxN48shFJPPIPNx6dPhIQPqVxKgSmhK2AVopEne0yrE3GBf6fBdFe4I72buJEPFHIQYK83Y8/s1600/IMG_7526.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1052" data-original-width="750" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinftHwWYtSdIkAgrCwpudjDp3oGha3qLyOaAhgnxaoSsA1dQh3dnGLrr4TzXTNH1inDBnXxN48shFJPPIPNx6dPhIQPqVxKgSmhK2AVopEne0yrE3GBf6fBdFe4I72buJEPFHIQYK83Y8/s400/IMG_7526.jpeg" width="285" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The Result. Not Bad at All :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat memasuki garis <i>finish</i>, saya tak lagi merasakan haru biru penuh drama seperti setahun silam saat saya menyelesaikan perlombaan maraton penuh pertama kali dalam hidup di ajang <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/05/maraton-di-malaysia.html" target="_blank"><b>Standard Chartered Kuala Lumpur Marathon 2018</b></a>. Tapi kali ini, ada perasaan senang yang menjalar di dalam tubuh. Saya berhasil mendapatkan catatan waktu yang lebih baik daripada ajang maraton penuh sebelumnya. Mungkin saya belum berhasil <i>finish</i> dengan catatan waktu 3:55. Mungkin saya terlalu ambisius menetapkan target pribadi.<br />
<br />
Segala bentuk evaluasi segera berkelebat dalam pikiran saya. Tapi saya berusaha menikmati euforia ini. Meski tak sehidup energi yang terpancar dari gelora semangat penduduk <b>Borobudur</b>, tapi ajang <b>Amazing Thailand Marathon Bangkok 2019</b> begitu memberikan kesan yang mendalam. Saya sampai tidak dapat <i>move on</i> hingga postingan ini selesai ditulis. Sungguh, saya pikir, <i>tagline</i> <b>The Unforgettable Marathon</b> bukan isapan jempol semata. Terima kasih <b>Thailand</b> untuk satu lagi pengalaman berlari yang tak akan pernah saya lupakan dalam hidup. <span lang="th" tabindex="0">ขอบคุณ</span>. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-41932789267708358352019-01-03T11:27:00.000+07:002020-01-21T07:29:58.672+07:00Berlabuh di Labuan Bajo<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyQNmLEUKZMvsqOy3CHoicsOSNXHCRGuAbyNO_fAd4I17a0sP3yB3fdGohm5AS0SxCLAxEaHcChJB3aTpc1F2CnzECyx40kSppS9htkI5K0b8uH5ybk3D4Ecp8jABgHsRXNvxq0pE13k4/s1600/DSCF0615.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyQNmLEUKZMvsqOy3CHoicsOSNXHCRGuAbyNO_fAd4I17a0sP3yB3fdGohm5AS0SxCLAxEaHcChJB3aTpc1F2CnzECyx40kSppS9htkI5K0b8uH5ybk3D4Ecp8jABgHsRXNvxq0pE13k4/s400/DSCF0615.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Gugusan pulau di Labuan Bajo :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
"Saatnya berkemas. Sesaat lagi kita akan sampai di <b>Labuan Bajo </b>dan berakhir sudah pelayaran kita kali ini. Terima kasih atas kerja samanya. Semoga berkesan. Sampai jumpa lagi di lain waktu", kata Pak Seba, nahkoda kami, mengakhiri narasinya, sesaat sebelum perahu melempar sauh di dermaga.<br />
<br />
Perasaan saya tiba-tiba sedih ketika menyadari bahwa <i>sailing trip</i> yang saya ikuti akhirnya berakhir. Itu artinya, saya harus berpisah dengan rombongan kecil ini. Meski hanya melalui kebersamaan selama kurang dari sepekan, hidup 'bersama' dengan orang-orang asing dari beragam latar belakang dalam semesta kapal kayu berukuran mini sanggup menyeret perasaan melankolis dari masing-masing diri kami. <br />
<br />
Seketika kenangan sepanjang perjalanan berkelebat layaknya rol film yang diputar ulang: bahagianya memulai perjalanan dengan menyinggahi pulau-pulau kecil di <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2015/11/ekspedisi-gili-di-timur-rinjani.html" target="_blank"><b>Selat Alas</b></a>, menjelajah hutan <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2015/11/memo-dari-moyo.html" target="_blank"><b>Pulau Moyo</b></a> yang asri, menyelami keheningan <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2015/08/mistisisme-motitoi.html" target="_blank"><b>Pulau Satonda</b></a> yang misterius, mendaki bukit <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/01/tak-ada-ora-di-gili-lawa.html" target="_blank"><b>Gili Lawa</b></a> yang memesona, menyapa ora di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2013/08/7wonders-menjarah-sarang-naga.html" target="_blank"><b>Pulau Komodo dan Rinca</b></a>, dan serunya singgah sejenak di <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/02/singgah-sejenak-di-pulau-kelor.html" target="_blank"><b>Pulau Kelor</b></a>.<br />
<br />
<a name='more'></a>Kami semua bersalaman dan berpelukan. Suasananya mendadak hangat. Ada rasa haru di dalamnya. Tapi, tak ada yang benar-benar jujur menampakkannya dalam obrolan. Setelah bertukar kontak dan mengikrarkan janji temu, kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lalu, suasana kembali hening. Hanya mesin perahu dan deburan ombak yang memecah kesenyapan. Semua mata mengarahkan pandangan ke tempat yang sama: <b>Labuan Bajo</b>.<br />
<br />
Dari kejauhan, kota ini tak ubahnya seperti <b>Santorini</b> dalam wujud yang lebih 'hijau'. Bukit-bukitnya dijejali dengan <i>resort </i>dan segala macam penginapan. Di kakinya berkerumun kapal-kapal kayu yang merangsek berimpitan. Saya mendarat di berandanya saat matahari sudah menyingsing. Saya langsung terkejut saat ada taksi yang menawarkan diri untuk menjemput. Taksi? Sebenarnya yang datang adalah angkot. Tapi bapak supir <i>kekeuh</i> bilang kalau itu taksi.<br />
<br />
"Dari pihak hotel adik", katanya, dengan logat Indonesia timur yang kental. Saya pun segera melompat ke dalam dan menurunkan tas pinggang.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh40hwMD_-VeqFNlmadUfE3vGdMDop-xZBZcuULVrd9uBjNj95SOlFo7up5y472NBQX5D2BCOuBG0eO-fCfTQ3Ozq6g8KhLkXPky-UETk-8jfbatVFxOmL4K4Odd6usUxSFcJWh_SdAIsw/s1600/DSCF0657.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh40hwMD_-VeqFNlmadUfE3vGdMDop-xZBZcuULVrd9uBjNj95SOlFo7up5y472NBQX5D2BCOuBG0eO-fCfTQ3Ozq6g8KhLkXPky-UETk-8jfbatVFxOmL4K4Odd6usUxSFcJWh_SdAIsw/s400/DSCF0657.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Labuan Bajo dilihat dari arah laut :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sungguh, meski sebenarnya biasa saja, tapi ini kali kedua saya merasa jumawa di hadapan <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2018/04/mengapa-harus-jalan-bareng-bule.html" target="_blank">para bule</a> dalam rombongan setelah dengan borjunya mentraktir minum saat bermalam di <b>Pulau Kalong</b> sebelum menyapa kawanan komodo. Ternyata hanya saya dan dua kawan dari <a href="https://adiedoes.blogspot.com/2017/06/5-opsi-menikmati-jakarta.html" target="_blank"><b>Jakarta</b></a> saja yang dijemput. Rombongan bule itu harus berjalan kaki menuju kota dan memilih penginapannya sendiri. Taksi,<i> eh</i> angkot berjalan menyusuri jalan protokol <b>Labuan Bajo</b> yang beraspal lumayan. Alunan musik <i>jedag-jedug</i> mengiringi sepanjang jalan. Konon, inilah salah satu hal paling khas jika berkunjung ke bagian timur nusantara. <br />
<br />
Sejak <b>Taman Nasional Komodo</b> dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban alam dunia, wajah <b>Labuan Bajo</b> tak lagi sama. Banyak hotel dan restoran mengerek benderanya di sini. Agen pariwisata, pusat pelatihan selam, dan toko cendera mata menjamur di sepanjang jalan. ATM, salon, masjid, dan bank pun ada. Pemerintah membangun infrastruktur (jalan, bandara, pelabuhan, dan lain-lain) serta menjadikannya salah satu prioritas pembangunan. Dan <b>Labuan Bajo</b>, menyublim dari kampung persinggahan nelayan <b>Bajo</b> yang sederhana menjadi gerbang utama untuk menyambangi satwa purba peninggalan masa silam dan tumbuh menjadi kota paling bersinar di <b>Pulau Flores</b>.<br />
<br />
Sebagaimana pepatah, ada gula ada semut, migrasi dan miksasi yang telah berlangsung lama pun kian menampakkan wujudnya. Hingga lambat laun, semakin ke sini, saya seperti merasakan warna <b>Kuta</b> atau <b>Gili Trawangan</b> dalam wujud yang lebih baru. Pemandangan <i>seliweran</i> antara orang lokal dengan bule di jalanan sepertinya merupakan hal jamak yang mudah ditemui sehari-hari. <br />
<br />
Angkot yang saya tumpangi sampai di penginapan. Tak ingin memiliki ekspektasi yang berlebihan tentang akomodasi yang disediakan (mengingat apa yang mereka sebut taksi adalah angkot), saya langsung saja <i>check in</i>. Dan benar saja, apa yang mereka sebut sebagai hotel tak lain adalah sebuah losmen sederhana dengan fasilitas yang juga sangat sederhana, sampai-sampai air yang mengalir dari kran kecil sekali. Parahnya, pintu kamar mandi tidak bisa dikunci. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEPnvAhyphenhyphenNptAbF3qezkIlAqAcK7Fcfx7uSeesWVU5fcZ6Zw30SK82wgPK8jKCg_0JfoKssRT6ZxZz1rC-F8xL1_Gw0SViQHgqb6qXPuK_LJ5fuDhWSsxlrBFyqvha16ryq2hGUR8pBDKc/s1600/DSCF0758.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhEPnvAhyphenhyphenNptAbF3qezkIlAqAcK7Fcfx7uSeesWVU5fcZ6Zw30SK82wgPK8jKCg_0JfoKssRT6ZxZz1rC-F8xL1_Gw0SViQHgqb6qXPuK_LJ5fuDhWSsxlrBFyqvha16ryq2hGUR8pBDKc/s400/DSCF0758.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Turis asing sedang menyusuri Jalan Soekarno-Hatta, Labuan Bajo :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tak ingin berpolemik, pikiran kami saat itu hanya satu: mandi. Hampir seminggu terombang-ambing di laut dan mandi seperlunya saat <i>snorkeling, </i>mandi air tawar adalah kemewahan paripurna. Saya melangkah ke kamar mandi dengan usaha keras. Rasanya dunia bergoyang saat saya kembali menjejak tanah. Sampai kamar mandi pun saya menjerit histeris hingga kedua sahabat saya perlu bergegas untuk memastikan saya tidak apa-apa. Sungguh drama.<br />
<br />
Saya melihat bayangan di cermin sebagai sosok yang sama sekali berbeda. Kucel, dekil, dan berantakan sekali. Persis tokoh <b>Pit Hitam</b> dalam dongeng <b>Santa Claus</b>. Ingin rasanya segera keramas. Saya pikir, air buangan yang dipakai habis mandi melunturkan tampang dekil yang menempel di tubuh. Namun, setelah saya cek berkali-kali dan memastikan kulit muka dan tubuh sudah bersih, saya baru sadar bahwa air tanah di penginapan ini memang keruh. Duh. 😞 <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVbp7cTAP82ogmzzELBRKPf2FeZ9AucyR0WWZkMZbcztJwRsGOUU-0h-nAWlr8NBpwF2L6R0kzsz8mvlwxEQvDCvenfdxzjbhUKynckCDtpM2CUA295Zgh7pOciEM3dwufgKddvWqv2n8/s1600/DSCF0736.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVbp7cTAP82ogmzzELBRKPf2FeZ9AucyR0WWZkMZbcztJwRsGOUU-0h-nAWlr8NBpwF2L6R0kzsz8mvlwxEQvDCvenfdxzjbhUKynckCDtpM2CUA295Zgh7pOciEM3dwufgKddvWqv2n8/s400/DSCF0736.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Angkot menjadi salah satu sarana transportasi keliling kota :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sore menjelang dan kami semua kelaparan. Setelah sempat tertidur sejenak, berdasarkan informasi dari resepsionis, kami segera meluncur naik ojek menuju <b>Paradise Cafe and Resto</b>. Konon, tempat ini paling <i>happening</i> untuk menikmati matahari terbenam di <b>Labuan Bajo</b>. Lokasinya memang menyempil sendiri di atas bukit pinggir pantai. Mungkin karena cafenya gemar memutar musik disko saat malam menjelang, lokasi yang agak terpisah dari pemukiman penduduk membuatnya lebih leluasa untuk melepas 'penat'. Tapi bukan itu yang kami cari.<br />
<br />
Pengalaman minum es teh lemon ditemani cemilan ringan dengan pemandangan semburat matahari sore yang kekuningan sungguh spektakuler. Ombak bergerak perlahan. Angin bertiup sepoi, menerbangkan beberapa ekor elang yang melintas memburu mangsa. Ratusan, atau mungkin ribuan burung camar, sang kukila samudera, berkesiur malang melintang di antara kerumunan phinisi yang membuang sauh. Sungguh pemandangan yang menyejukkan dan membuat tenang pikiran. Dan sanggup menggeser sejenak sejumput ingatan kalau kami sedang lapar, tentu saja. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI51CiwWBasyAh1g9AwRLGIZcH1ma0E6G6LRP4WN2bpvavJQiP1vtq1lsQpuulw0P0HWgmdbhtflpfvm6F4W8CIe82FjHaQ1BR2cxRruqN7KlYg3azd9Md1S_1aevmDFzUQCBHoKGc7xA/s1600/DSCF0716.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiI51CiwWBasyAh1g9AwRLGIZcH1ma0E6G6LRP4WN2bpvavJQiP1vtq1lsQpuulw0P0HWgmdbhtflpfvm6F4W8CIe82FjHaQ1BR2cxRruqN7KlYg3azd9Md1S_1aevmDFzUQCBHoKGc7xA/s400/DSCF0716.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Ikan segar tangkapan nelayan :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Sebelum langit benar-benar gelap, kami segera melangkah turun menuju kerumunan kota kembali untuk mencari warung makan. Kendala paling utama kalau ke <b>Paradise Cafe and Resto</b> naik ojek begini adalah harus rela jalan kaki untuk turun ke arah pantai. Ojek tidak ada yang mangkal. Angkot tidak lewat. Jadi, sobat <i>misqueen</i> harus sabar dan kuat jiwa raga. Apalagi kalau pulang hingga larut malam <strike>dan dalam keadaan <i>tipsy</i>.</strike> 😋<br />
<br />
Ada beragam restoran yang dapat dipilih untuk memuaskan hasrat kuliner di <b>Labuan Bajo</b>: <b>Gardena</b>, <b>The Lounge</b>, dan beberapa nama restoran yang dimiliki oleh bule. Setelah beberapa hari dijejali makanan menu bule yang, menurut kami enak-tapi-kurang-gizi, selama berlayar, kami ingin kembali ke 'selera asal.' Akhirnya pilihan jatuh ke restoran <b>Artomoro</b>, warung makan sederhana yang menjual aneka makanan laut. Saya lihat, ikan-ikannya masih segar.<br />
<br />
"Tangkapan tadi siang, kakak", kata pramusajinya. Saya pun memesan sepiring besar nasi, ikan kerapu yang dibakar dan diberi bumbu kecap, lengkap dengan sambal dan lalapan, serta segelas besar es teh. Sungguh kenikmatan hakiki yang tiada duanya. Saya kembali ke penginapan dengan sempoyongan dan mata yang seperti diganduli batu karena mengantuk dan kenyang. Esok harinya, saya harus rela melewatkan momen matahari terbit karena ketiduran lagi setelah subuh. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzu6XpKHZMOCzcUsFKVc93-Vz88On9usYyXQROXSzgPlUhuWgInz43vyO4iR1lQxYP93Nx4kSKHPceRPrJ6psVn3A0XtNh6bQpKUA7IK1YWTyKT2Da7iorIXx_Qr6SiybzYQDGsPCuxwI/s1600/IMG_4436.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzu6XpKHZMOCzcUsFKVc93-Vz88On9usYyXQROXSzgPlUhuWgInz43vyO4iR1lQxYP93Nx4kSKHPceRPrJ6psVn3A0XtNh6bQpKUA7IK1YWTyKT2Da7iorIXx_Qr6SiybzYQDGsPCuxwI/s400/IMG_4436.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Phinisi yang sedang melempar sauh :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tapi tak jadi soal. Setidaknya, saya tidak terlambat menuju pelabuhan. Perjalanan kali ini memang sungguh ekonomis. <i>Sailing trip</i> dari <b>Mataram</b> menuju <b>Labuan Bajo</b>, lalu kembali ke <b>Mataram</b> lagi lewat darat dengan menumpang bus dan pilihan akomodasi yang juga paling ekonomis: menginap di losmen serta ke mana-mana naik ojek atau angkutan umum. Jiwa muda dan tidak manja menjadi kesepakatan masing-masing dari kami sebagai <b>syarat dasar</b> untuk akhirnya berani jalan-jalan bersama.<br />
<br />
Saya sendiri tidak tahu, kapan akan jalan-jalan bersama seperti ini lagi. Bagi saya, selama ada waktu, dana, dan tenaga, rasa-rasanya sangat sulit untuk menolak setiap ajakan untuk menjelajah dan mengenal setiap jengkal nusantara dengan segala keanekaragamannya. Dan setidaknya, perjalanan kali ini sanggup mengajarkan secuil pengalaman berharga dalam usaha mengenal lebih dekat bangsa yang (katanya) ber-<b>Bhinneka Tunggal Ika</b> ini. [] Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com36tag:blogger.com,1999:blog-9150995674498061618.post-65941745171044300182018-10-03T13:35:00.000+07:002018-10-08T07:47:07.618+07:00Menjejak Kisah Crazy Rich Asians<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigl_OGzK_327hwRg-ohEOIWeTvm4lcWZMxaP5uxgc6-jbYuibdhWYBbq0M4zhxH036Uui15CYU6RP2ndMmoPdkEi4CoNl2IWWnNfsOnU3ZZy_ceRpbYaA8gUN_wu5XWsX2yOEAhhuSDPQ/s1600/DSCF4130.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigl_OGzK_327hwRg-ohEOIWeTvm4lcWZMxaP5uxgc6-jbYuibdhWYBbq0M4zhxH036Uui15CYU6RP2ndMmoPdkEi4CoNl2IWWnNfsOnU3ZZy_ceRpbYaA8gUN_wu5XWsX2yOEAhhuSDPQ/s400/DSCF4130.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Welcome to <b>Singapore</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Rasa-rasanya, dulu, tak ada alasan untuk mengunjungi <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank"><b>Singapura</b></a> karena pengaruh film yang telah ditonton. Alasan pergi ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank"><b>Singapura</b></a> bagi sebagian besar orang <b>Indonesia</b> tak pernah jauh dari mencoba paspor baru dan merasakan pengalaman pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya. Nah, setelah film <b>Crazy Rich Asians</b> beredar di bioskop, saya seperti menemukan alasan baru untuk pergi ke <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank"><b>Singapura</b></a> demi menjejak kembali tempat-tempat yang dijadikan latar pengambilan gambar film tersebut. Setidaknya, saya tidak merasa perlu ikut arus jika suatu saat ada <i>travel agent</i> yang menawarkan paket tur bertajuk napak tilas kisah film <b>Crazy Rich Asians</b>. </div>
<br />
Meski sudah pernah mengunjungi hampir semua lokasi syuting film tersebut, saya hanya memfokuskan pada <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/singapura-untuk-pemula.html" target="_blank"><b>Singapura</b></a> saja. Entah mengapa, negara kecil ini seakan sanggup mendongkrak popularitas seseorang di media sosial. Padahal kan ya biasa saja.<b> </b>Mungkin karena <b>Singapura</b> terkenal mahal, bahkan paling mahal di antara semua ibukota negara di <b>Asia Tenggara</b>, sehingga orang akan berasumsi bahwa yang bisa merasakan suasana negara kota ini, lengkap dengan fasilitas terbaiknya ialah orang-orang spesial. Sekali lagi, menurut saya sih, biasa saja. <br />
<br />
<a name='more'></a><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoGblar4nh3uMv0QgijQ7W9LbxLkK0wxPfsb7OHJPsjX00MU3zipi09fGbCT_lsIkvyjK_b55LP_bY2Ch2LURMN8eZyHympvnO23Fb4WDcCV2JGpkIW31j3J0DZbIH_V5DuStqYAMUEbM/s1600/1.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="1080" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoGblar4nh3uMv0QgijQ7W9LbxLkK0wxPfsb7OHJPsjX00MU3zipi09fGbCT_lsIkvyjK_b55LP_bY2Ch2LURMN8eZyHympvnO23Fb4WDcCV2JGpkIW31j3J0DZbIH_V5DuStqYAMUEbM/s400/1.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: <b>Nick Young</b> on Bussiness Class :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung suka dengan kisah di film <b>Crazy Rich Asians</b> itu, sampai-sampai saya mengidentikkan pengalaman berkunjung kali ini dengan fragmen kisah yang ada di film. Saya berusaha menjejak tempat dan suasana yang ada di film dengan beberapa detil penyesuaian agar kenyamanan jalan-jalan tidak begitu terganggu.<br />
<br />
Tentu, saya tidak terbang di kelas eksekutif dengan kursi yang bisa <i>menjeplak</i> menjadi tempat tidur seperti yang dilakukan oleh <b>Nicholas Young</b>. Cukuplah kelas bisnis yang sudah lumayan nyaman dan longgar. Yang penting, saya bebas nonton film, makan, dan membaca buku sepanjang perjalanan. Tiba di bandara <b>Changi</b> yang modern dan nyaman, saya sengaja berlama-lama sebelum melewati antrian imigrasi. Baru sadar, bandara ini ternyata memang luas sekali. Saya biasanya sambil lalu saja. Tidak pernah memerhatikan detil dengan lebih jeli. Pantas saja, <b>Rachel Chu</b> takjub dengan keberadaan bandara ini. <br />
<br />
Berhubung sudah pernah naik MRT dan sedang tidak ingin naik bus, dengan borjunya saya naik taksi. Ternyata tidak terlalu mahal juga. Supirnya orang India. Untung orangnya tidak cerewet. Jalanan sedang tidak macet pula. Dari bandara menuju hotel hanya ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit. Sungguh efisien dan menyenangkan tentu saja. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFFo3RINmihi9YEAuRvpORsClcFS5kVduZYrWMGkG3Z9FKubLZ7tyuZHcXf0Kiee5CFD24Oj2KqdkaOUw3PLVoVKB5M80fbtvcHxF1mwmToz9Y3kpC1FWEUD_gpNVccqfyUknuCXTbARA/s1600/DSCF3715.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFFo3RINmihi9YEAuRvpORsClcFS5kVduZYrWMGkG3Z9FKubLZ7tyuZHcXf0Kiee5CFD24Oj2KqdkaOUw3PLVoVKB5M80fbtvcHxF1mwmToz9Y3kpC1FWEUD_gpNVccqfyUknuCXTbARA/s400/DSCF3715.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Taxy to Hotel :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung kehadirannya belum mendapat restu dari <b>Eleanor Young</b>, <b>Rachel Chu</b> dan <b>Nick Young </b>menginap di hotel. Dalam film, mereka menginap di <b>Hotel Raffles Singapura</b>. Hotel ini dibangun tahun 1887 oleh pengusaha hotel <b>Armenia</b> yaitu <b>Sarkies Brothers</b>. Hotelnya megah sekali. Berhubung saat ini ditutup total untuk program restorasi dan baru dibuka kembali tahun 2019 nanti, maka keputusan untuk menginap di <b>The Fullerton Hotel</b> sungguh pilihan tepat. <br />
<br />
Alasannya, hotel ini tak kalah mewah dibandingkan dengan <b>The Raffles Hotel</b>, langganan bagi tamu negara dan para pembalap F1, serta dekat dengan area yang relatif 'hijau' di <b>Singapura</b>. Bagi saya, area tempat ini sungguh cocok sekali untuk lari. Di sepanjang area ini terdapat <i><b>jogging track</b></i> yang rapi dan bebas kendaraan bermotor. Lokasinya tepat di seberang patung <b>Merlion</b> yang ikonis itu. Jadi, kalau pagi bisa banget menyaksikan matahari terbit sembari berfoto dengan latar patung <b>Merlion</b> tanpa merasa terganggu dengan kerumunan pengunjung. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEOHQUbqTdS7Fwwbkif1fI66689zG6YLWTJ_ylkDbyRcklQf3hELJP1f0ltZzkPzE7e2U4nLfvcsCdrkLOH8Y0WnW16AQsviQnEa8Rj89KgdU8saTvVPR_TkdDCBU1pwwE8td7JmDC4XY/s1600/DSCF4051.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEOHQUbqTdS7Fwwbkif1fI66689zG6YLWTJ_ylkDbyRcklQf3hELJP1f0ltZzkPzE7e2U4nLfvcsCdrkLOH8Y0WnW16AQsviQnEa8Rj89KgdU8saTvVPR_TkdDCBU1pwwE8td7JmDC4XY/s400/DSCF4051.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Good place to stay while you are in <b>Singapore</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Berhubung <b>Singapura</b> itu dekat sekali dengan garis khatulistiwa, maka tak heran jika banyak yang mengonfirmasi bahwa cuacanya cenderung panas dan sanggup mengucurkan keringat bagi siapa saja yang berani menantang terik. Siang hari inginnya hanya tidur santai saja di kamar dan menikmati AC (seperti kata <i>aunty</i> <b>Neenaah</b>) atau leyeh-leyeh di kolam renang. Tapi berhubung banyak janji, waktu kunjungan yang singkat, dan banyak ini-itu yang harus dilakukan, saya memilih jalan-jalan dan makan-makan saja. <br />
<br />
Di film, lokasi makan-makan <b>Nick</b> dan <b>Colin</b> ada di <b>Newton Food Centre</b>. Pusat kuliner <b>Singapura</b> ini dibuka pertama kali tahun 1971 dan terus dipromosikan sebagai salah satu tempat wajib kunjung oleh <b>Singapore Tourism Board</b>. Dialog yang saya ingat banget di tempat ini adalah saat <b>Nick</b> memesan satay dengan bahasa <b>Indonesia</b>. "Sate dua puluh. Sepulah ayam, sepuluh daging." Saya jadi ingin makan satay juga.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzunzzkp9aH7COGxvpdbc7hNytQabSYjTFFmrQnhnAhN36kxIDUE7HG-J5ypDGtTCzi_ccR8w1BtluPDprK6tV0gGWtyE_2tF2XXWZ-X5wWelMTtd85pIHWRlKMYmYYgX0xicSnJaNY4/s1600/DSCF4465.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXzunzzkp9aH7COGxvpdbc7hNytQabSYjTFFmrQnhnAhN36kxIDUE7HG-J5ypDGtTCzi_ccR8w1BtluPDprK6tV0gGWtyE_2tF2XXWZ-X5wWelMTtd85pIHWRlKMYmYYgX0xicSnJaNY4/s400/DSCF4465.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Chinese Architecture on the building at <b>Chinatown</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tapi bagi saya, petualangan lidah di <b>Singapura</b> tidak dapat dirangkum hanya dengan mengunjungi <b>Newton Food Centre</b> saja. Didukung dengan wilayah yang 'hanya' seluas <b>Jakarta</b>, makan-makan di <b>Singapura</b> seharusnya dapat dijadikan semacam agenda tur kuliner dalam sehari, mulai sarapan hingga makan malam.<br />
<br />
Untuk sarapan, favorit saya tentu melayang pada selembar roti bakar renyah dengan olesan selai wangi racikan kedai <b>Heap Seng Leong</b>. Pilihan lainnya yang tak kalah menggoda tentu saja menggigit beberapa kerat roti bakar dan telur setengah matang bumbu merica di <b>Ya Kun Kaya Toast</b>. Meski di <b>Jakarta</b> ada, rasanya lebih afdal kalau sempat mencicipi langsung di negara asalnya.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbbW23IXmSER_k222oTppUPg7o2RL7n35ZYMvenY9urCIj_9b5bDHTtNIF1Mk0WGpDXayZl1XB2QBvuhQiRLYhIF_Y7twlmt0EeeQjdpBsoV9Gqmd6mcKR8gZSgdFjSfvqh-tjnxIurN4/s1600/DSCF8084.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbbW23IXmSER_k222oTppUPg7o2RL7n35ZYMvenY9urCIj_9b5bDHTtNIF1Mk0WGpDXayZl1XB2QBvuhQiRLYhIF_Y7twlmt0EeeQjdpBsoV9Gqmd6mcKR8gZSgdFjSfvqh-tjnxIurN4/s400/DSCF8084.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Ah Ma's dumpling. So yummy :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Untuk makan siang, menu-menu autentik dari <b>Singapura</b> pantang untuk dilewatkan. Meski jaraknya agak jauh dari hotel, tapi rasanya sungguh menggoda iman. <b>Srilangkan Chilli Crab</b> dan <b>Laksa</b>, dua menu andalan <b>Singapura</b> yang aromanya melayang-layang di seluruh penjuru kota serta sanggup menggiring siapa saja untuk sejenak melupakan keruwetan hidup dan duduk tenang membersihkan bumbu yang menempel di tangan hingga jilatan terakhir. Keduanya bisa ditemukan di sebuah kedai yang bercokol di kawasan <b>Katong</b>.<br />
<br />
Untuk makan malam, cukup lah ya di kedai makanan kaki lima pinggir kali <b>Singapura</b> yang menjajakan banyak pilihan itu.Tapi, entah mengapa, adegan membuat <i>dumpling</i> atau pangsit di rumah keluarga <b>Young</b> mendorong saya untuk mencicipi aneka dimsum malam itu.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs7fmNpPTkd5c9ljs0C4pnkmYu_TIlCibNAvIeBP-IdR_JjTUr5F-nPBTyIemxKf8raaUcJIHLmpgpHwAcfRdUybcwUYntu0rOm70DWegOHDpekqGBzwlQ-xaYpv4ne_vMlVYzAZKxA-U/s1600/DSCF4103.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgs7fmNpPTkd5c9ljs0C4pnkmYu_TIlCibNAvIeBP-IdR_JjTUr5F-nPBTyIemxKf8raaUcJIHLmpgpHwAcfRdUybcwUYntu0rOm70DWegOHDpekqGBzwlQ-xaYpv4ne_vMlVYzAZKxA-U/s400/DSCF4103.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: A lazy time at <b>Esplanade Park</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di sela-sela jadwal makan yang padat, tentu bisa banget disisipkan kegiatan leyeh-leyeh sambil menenangkan diri. Bukankah itu esensi dari semua kegiatan jalan-jalan ini yaitu mendapatkan ketenangan diri. Favorit saya adalah duduk-duduk di taman rumput sekitar <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/12/mantra-marina.html" target="_blank"><b>Asian Civilisation Museum</b></a> yang banyak terdapat bola-bola atom gigantis dan di <b>Esplanade Park</b> pinggir <b>Sungai Singapura. </b>Saya baru mengamati kembali bahwa tempat saya duduk di pinggir sungai juga merupakan latar tempat syuting film <b>Crazy Rich Asians</b> pada adegan <b>Rachel Chu</b> bertemu kembali <b>Nick Young</b> setelah 'tragedi' dalam pesta pernikahan <b>Colin</b> dan <b>Araminta </b>beberapa hari sebelumnya. <br />
<br />
Pagi berikutnya setelah rangkaian pesta kuliner dan jalan-jalan <strike>hedon</strike> selesai, saya menyempatkan diri untuk membakar segala 'racun' yang masuk ke tubuh dengan berlari di kawasan <b>Esplanade</b>, <b>Marina Bay Sands</b>, dan di <b>Garden by The Bay</b>. Sebenarnya saya ingin sekali lari pagi di <b>The Doom National Stadium</b> dan di <b>Singapore Botanical Garden</b>. Tapi siang harinya, saya harus menghadiri acara ijab kabul kawan dari Singapura yang akan menikah. Jadi niat itu diurungkan dan akan diganti saat kunjungan ke <b>Singapura</b> berikutnya. #kode <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDVhP6x806omuoifAdHJd7nZNz_QqclHclg0Kw0EzP60fMQ1MrHY5aR7G25TNuAD18TFVTunu83zvu2cmbnAfF60g76ypREyrHm8gnp8mP5g47v_xguS6Hv9mtExVw9XdRU-0NEicRNYA/s1600/DSCF4366.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDVhP6x806omuoifAdHJd7nZNz_QqclHclg0Kw0EzP60fMQ1MrHY5aR7G25TNuAD18TFVTunu83zvu2cmbnAfF60g76ypREyrHm8gnp8mP5g47v_xguS6Hv9mtExVw9XdRU-0NEicRNYA/s400/DSCF4366.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Chasing Rachel Chu at <b>Garden by The Bay</b> :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Saat akhir pekan, saya biasa berlari sejauh minimal sepuluh kilometer. Tapi karena ada acara pernikahan yang harus saya hadiri dan saya tidak ingin terlambat saat momen sakral itu berlangsung, maka tak sampai sepuluh kilometer, saya sudahi lari kali ini. Itulah mengapa saya berusaha menikmati setiap detik kunjungan ini. Hal itu karena potongan fragmen yang saya alami, mirip sekali dengan kisah yang ada di film <b>Crazy Rich Asians</b>: datang ke <b>Singapura</b> untuk kondangan, yang dibumbui dengan kisah petualangan kuliner, menyaksikan benturan budaya, dan kisah cinta. Sayangnya, cuma hal terakhir saja yang belum saya alami dalam kunjungan kali ini. #eaaa<br />
<br />
<i>But, the show must go on</i>. Jika di film, pernikahan Colin dan Araminta mengambil tempat di <b>CHIJMES</b> (<b>Covent of the Holy Infant Jesus Middle Education School</b>), yaitu gedung sekolah menengah yang ada di <b>Jalan Victoria</b>, maka pernikahan yang saya hadiri berlangsung di <a href="http://adiedoes.blogspot.com/2017/10/bandar-bugis.html" target="_blank"><b>Masjid Sultan</b></a> yang ada di kawasan <b>Bugis</b>.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7MInG_uSJiQdni8iWtOHMGDhQnIRrU38GhAY7Rsw7CJ503kNOulx7uaUZ7zWDd8V9IxFz1l56W1fiaRVItyPzaIR9pOp4n-YR1HbSVla-PLj-GfF0u_txmVZmGQ8RonZShWWEqplMBp0/s1600/DSCF4608.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7MInG_uSJiQdni8iWtOHMGDhQnIRrU38GhAY7Rsw7CJ503kNOulx7uaUZ7zWDd8V9IxFz1l56W1fiaRVItyPzaIR9pOp4n-YR1HbSVla-PLj-GfF0u_txmVZmGQ8RonZShWWEqplMBp0/s400/DSCF4608.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The Wedding :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Terus terang, baru kali ini saya menghadiri acara pernikahan di luar negeri. Acaranya sederhana, tapi sungguh khidmat sekali. Tamu yang hadir hanya terdiri dari keluarga dekat dan kolega yang jumlahnya terbatas. Hal ini menguatkan stigma yang beberapa kali diulang dan ditegaskan dalam film, bahwa keluarga adalah yang utama bagi orang <b>Asia</b>. Jadi, beranda masjid yang tidak terlalu luas itu pun tidak sampai berjubel. Mungkin, konsep pernikahan seperti ini yang cocok buat saya jika kelak menikah: undangan terbatas, makanannya banyak serta enak, dan semua bersuka cita dalam kemeriahan yang bersahaja. <br />
<br />
Saya baru sadar juga, ternyata ijab kabul pasangan pengantin di <b>Singapura</b> tidak dilakukan di dalam ruangan utama masjid, melainkan hanya di beranda saja. Penggunaan pengeras suara pun minim sekali, sehingga suasananya sungguh tenang dan damai. Jadi, pengunjung masjid tetap dapat melaksanakan ibadah tanpa harus diinterupsi dengan 'kehebohan' di luar. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik2tNfHivPlH8uCaFQkn3IfpOUCNBrMe0L7G-coyau0s5IFV8RIzG-i6fYZuIm395jGSfIdcC1uc4l0_7XuF-JM5VdJ8uPnxnxcJ5DxlHvE5KzMYRnOTzrU4X6tOxTJW9LrsJCYmNCESU/s1600/DSCF4610.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEik2tNfHivPlH8uCaFQkn3IfpOUCNBrMe0L7G-coyau0s5IFV8RIzG-i6fYZuIm395jGSfIdcC1uc4l0_7XuF-JM5VdJ8uPnxnxcJ5DxlHvE5KzMYRnOTzrU4X6tOxTJW9LrsJCYmNCESU/s400/DSCF4610.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: The Best Man on Sultan Said Wedding :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Setelah acara ijab kabul selesai, semua kembali ke tempat masing-masing dan bersiap ke acara resepsi pernikahan pada malam harinya. Resepsinya berlangsung di gedung, bukan di taman terbuka <b>Garden by The Bay</b>. Saya tidak ikut keriaan tersebut dan memilih main sendiri di <b>Malay Heritage Centre</b> untuk menyaksikan serangkaian acara budaya <b>Melayu Singapura</b>. <br />
<br />
Sungguh, sulit rasanya menemukan budaya asli <b>Singapura</b> yang benar-benar <b>Singapura</b>. Beberapa tarian dan hal-hal yang berlabel budaya <b>Singapura</b> sepertinya merupakan adopsi budaya dari dua negara tetangganya yang mempunyai kultur historis panjang yaitu <b>Indonesia</b> dan <b>Malaysia</b>. Tari-tarian yang ditampilkan dan kostum yang dikenakan oleh penarinya tak jauh berbeda dengan gerakan tari dari <b>Kepulauan Riau</b> atau masyarakat <b>Melayu Malaysia</b>. Agar tidak merasa gegar budaya dan superior, saya berdamai dengan diri, ikut berbaur menari serta berjoget, dan berfoto bersama dengan para penari. Sungguh malam yang panjang, melelahkan, dan penuh memori yang menyenangkan. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWdgLL7HkIh_8-slc9MBOVsDJGER8IutAh4cJ_gGySFHvyZgJyG27EGykvVpEsPj4bEy9uYYa84S5eK9N0-vLDsDqsi0yv5B3Hq3qykW3GByYEklCWj3uHjuaxYioPvb-Z_2KXHky1yHg/s1600/DSCF4250.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1107" data-original-width="1600" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWdgLL7HkIh_8-slc9MBOVsDJGER8IutAh4cJ_gGySFHvyZgJyG27EGykvVpEsPj4bEy9uYYa84S5eK9N0-vLDsDqsi0yv5B3Hq3qykW3GByYEklCWj3uHjuaxYioPvb-Z_2KXHky1yHg/s400/DSCF4250.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Bersama Para Penari Melayu <b>Singapura</b> :.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Hari terakhir sebelum kembali ke <b>Jakarta</b> saya menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sejenak di sekitar <b>Marina Bay Sands</b> dan <b>Garden by The Bay</b> seorang diri. Bukan apa-apa, saya hanya ingin kembali merenung dan berandai-andai bagaimana rasanya menjadi salah satu orang paling kaya di <b>Asia</b>, memiliki properti di kawasan paling elit di <b>Singapura</b>, dan bisa jalan-jalan ke mana saja. Sungguh sebuah pengalaman <i>ngayal babu</i> yang melambungkan angan.<br />
<br />
Tapi di luar itu, saya juga teringat obrolan <b>Michelle Yeoh</b> saat promo film <b>Crazy Rich Asians</b>,
bahwa tidak semua orang kaya itu bahagia karena uangnya.
Kata-katanya yang paling saya ingat sampai saya simpan di catatan
personal adalah "<i><b>it's not about how much money you have, it's about how much you know to appreciate what you have</b></i>." Nancep banget dalam benak saya. <br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DC1UCaBvSlISnSf8TXiesx6BNl6L0z0REvLsjMCWAwWSaylEZ1Ua91WtWBFvl8evI5kqJhzHKiezFd_M2Dgoz_Naw8O8dcXXEkgC9S7yQo-cQEwMAZJgS6DtTaT3G6IlzSCD6A_0q1M/s1600/DSCF4308.JPG" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9DC1UCaBvSlISnSf8TXiesx6BNl6L0z0REvLsjMCWAwWSaylEZ1Ua91WtWBFvl8evI5kqJhzHKiezFd_M2Dgoz_Naw8O8dcXXEkgC9S7yQo-cQEwMAZJgS6DtTaT3G6IlzSCD6A_0q1M/s400/DSCF4308.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">.: Happy Ending at <b>Marina Bay Sands</b> :. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
Walaupun begitu, saya yang murahan ini tetap saja mempunyai pemahaman sendiri bahwa memang tak segalanya bisa dibeli dengan uang, tapi kalau sedang sedih dan ditambah tidak pegang uang, sedihnya bisa berlipat-lipat juga. Makanya, apapun alasannya, uang tetap penting untuk melanjutkan hidup. Bukan untuk terobsesi menjadi orang paling kaya di <b>Asia</b> seperti di film, tapi paling tidak punya pengalaman mencicipi secuil kehidupan orang paling kaya di <b>Asia</b>. Bukankah itu juga merupakan bentuk wujud kesyukuran sederhana? Di luar itu semua, mari kita <i>aamiin</i>-kan dulu lah siapa tahu beneran kesampaian menjadi orang paling kaya di <b>Asia</b>.Tak ada yang tahu bukan apa yang akan terjadi di masa depan. []Adie Riyantohttp://www.blogger.com/profile/06465449405250198684noreply@blogger.com36