Sabtu, 27 Juni 2015

Cerita Menara

.: Menara Menantang Mega :.

Berdiri menjulang menantang angkasa, menara-menara masjid hadir bagai mercusuar yang mengabarkan syiar ke seluruh penjuru bumi. Di puncaknya, kumandang panggilanNya bertalu-talu lima kali saban hari. Menyusuri suatu daerah baru, saya kerap terkesima dengan keberagaman bentuk menara masjid mengikuti akulturasi arsitektur daerah setempat. Keberadaan menara sering dianggap sebagai 'pelengkap', meski sebenarnya bukan merupakan unsur asli arsitektur bangunan masjid.

Mengingat kisah yang disampaikan oleh ustad di surau dekat rumah, bertahun-tahun yang lalu, disebutkan bahwa masjid Quba di Madinah yang merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pun awalnya tidak mempunyai menara. Keberadaan menara juga belum tampak pada masa Islam dipimpin oleh empat serangkai khalifah Al-Rasyidin. Masjid pada masa itu masih sangat sederhana meski sudah dibuat ruang tersendiri yang posisinya agak lebih tinggi di teras masjid sebagai tempat muadzin mengumandangkan adzan.

Rabu, 17 Juni 2015

Tur Literatur: Menjejak Latar Sebuah Cerita

.: Buku-Buku yang Menginspirasi Perjalanan :.

Dari tangan-tangan kreatif para perangkai cerita, imajinasi menyublim menjadi kisah-kisah yang menginspirasi. Berawal dari ide yang bermukim di kepala ditambah dengan sejumput kenangan akan masa silam, cerita-cerita yang menarik biasanya lahir dari dongeng yang dikisahkan dari mulut ke mulut. Saat kemudian kisah tersebut berubah wujud dalam bentuk bahasa biner, dengan pangsa khayalak penikmat cerita yang kian bertambah dan beragam, inspirasi untuk mendatangi sebuah nagari baru yang menjadi latar sebuah cerita bisa terbit karena penghayatan yang dalam dari kegiatan pembacaan yang intim.

Gejala tersebut bermula dari rasa penasaran atas beragam tanda tanya. Benarkah kisah tersebut nyata? Para penjelajah Barat berbondong-bondong datang ke nusantara karena terdorong untuk menemukan dunia baru di luar daerahnya. Awalnya, mereka hanya berbekal rumor dan keyakinan tentang adanya wilayah yang 'menjanjikan' sebagaimana disebutkan dalam kitab suci. Euforia itu berlanjut hingga era milenium. Bedanya, saat ini 'kitab' panduannya berupa buku-buku sejenis Lonely Planet dan catatan perjalanan yang tersebar di dunia maya.

Rabu, 10 Juni 2015

Foto Bareng Bule

.: Santai Sejenak di Gili Laba, Taman Nasional Komodo, NTT :.

Apa menariknya foto bareng bule? Dulu, waktu masih SMP, teman-teman saya tamasya ke Jogja, mengunjungi Borobudur, Keraton Jogja, Prambanan, dan begitu sudah masuk sekolah lagi dibawalah beberapa foto kenangannya bersama para bule. Waktu SMU antusiasme teman-teman saya kelihatan lebih 'brutal' lagi. Mereka niat banget ikut tur ke Bali dan begitu sudah masuk sekolah lagi, dengan bangganya bilang, "Ini lho foto-fotoku bareng bule'.

Lah, apa menariknya coba? Dulu waktu masih sekolah, keinginan untuk kenal bule hampir-hampir tidak ada. Lagian, urgensinya tidak ada. Mungkin juga karena dulu belum bisa bahasa Inggris. Di sisi lain saya dikasih tahu beberapa teman kalau bule itu bau. Begitu sudah 'menjajah' Jakarta dan mulai menginvasi beberapa mal, mulailah saya sedikit banyak tahu beberapa macam bule, dari bule ganteng sampai bule cantik, dari yang kaya sampai yang kere, dari yang pebisnis sampai yang turis, semua ada dan tumplek blek di Jakarta. Saya pikir, teman-teman yang bule hunter bisa ngiler foto dengan mereka.

Jumat, 05 Juni 2015

Kronik Kambira

.: Passiliran di Pohon Tarra, Kambira, Toraja :.
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertahta

                    ~ Nisan, Chairil Anwar ~

Ziarah kubur. Itulah istilah yang paling tepat untuk merangkum perjalanan saya ke Tana Toraja. Sejak mengungkapkan keinginan untuk mengunjungi Tana Toraja, saya hampir selalu mendapat komentar begini,

"Ngapain ke Toraja, mau lihat kuburan?"

Begitulah, Tana Toraja bagi sebagian orang memang identik dengan kuburan dan pesta kematian. Pendapat yang tak sepenuhnya salah. Saya datang ke Toraja salah satunya memang ingin menyambangi beberapa kuburan dan menghadiri 'perayaan' kematian dalam sebuah acara adat rambu solo'. Gambaran filosofis yang mengatakan bahwa 'hidup untuk mempersiapkan kematian' bukan hanya slogan dan isi khotbah semata di sini. Setelah mengikuti serangkaian acara mantunu di Desa Nonongan, Kecamatan Sopai, Toraja Utara, saya disarankan oleh penduduk setempat untuk mampir sejenak ke Kambira, sebuah desa di sebelah tenggara Rantepao.