Jumat, 28 September 2012

Istirahat di Pulau Yang Tak Pernah Beristirahat

Unrust yang akhirnya istirahat total
Pulau ini kelihatannya kecil dan terkesan tidak istimewa. Tahun 2003 saya pernah diajak camping seorang teman ke Pulau Unrust. Tapi saya menolaknya. Saya pikir, tak ada cukup alasan untuk mengunjungi pulau asing yang penuh puing ini, apalagi sampai menginap. Beberapa teman yang lain menganggap pulau ini sebagai 'tempat jin buang anak' dan memberi kesan seram saat melintasinya. Padahal, dari gugusan pulau yang menjadi basis pertama pertahanan Belanda di nusantara, Pulau Unrust adalah primadonanya.

Saya tak menyalahkan teman-teman saya yang menganggap Pulau Unrust biasa saja. Mungkin, apa yang ada di pikiran teman-teman saya tersebut sama seperti persepsi Pangeran Jayakarta yang memperbolehkan para kompeni Belanda mendiami pulau ini pada tahun 1610. Sebuah keputusan yang didasari pada persepsi positif dan tak ada prasangka bahwa keputusan itulah yang menjadi tonggak penjajahan bagi bangsa Indonesia selama berabad-abad lamanya.

Rabu, 26 September 2012

Melipir ke Pulau Cipir

Pulau Cipir yang terlupakan zaman ;'(
Pulau Cipir memang tak sengetop pulau lain yang termasuk dalam gugusan pulau bersejarah yang menjadi basis pertahanan kompeni Belanda di Kepulauan Seribu, Jakarta. Namanya seakan tenggelam dalam nama besar yang disandang oleh pulau yang menjadi 'kembaran'nya, Unrust. Ya, Pulau Cipir dari kejauhan memang tampak seperti saudara kembar dari Pulau Unrust: sepi, penuh pepohonan lebat yang meneduhkan, dan sesak oleh puing-puing bangunan tua yang dilupakan oleh zaman.

Kunjungan wisatawan ke pulau ini pun seringnya hanya selintas sambil lalu saja. Tak banyak orang yang merasa perlu untuk berlama-lama tinggal. Tak banyak pula yang mencatat dengan detil kunjungannya ke pulau ini. Padahal, Pulau Cipir tak kalah berperannya menjadi basis pertama wilayah kompeni Belanda dalam menguasai nusantara.

Jumat, 21 September 2012

Ziarah ke Pulau Kuburan

Pulau Kherkof, sepi, sendiri, dan penuh misteri
Sering disangka atau salah disebut sebagai Pulau Unrust, Pulau Kherkof memang seolah punya daya tarik tersendiri dibanding tiga pulau lain yang berada di dekatnya. Setiap pejalan yang melintasi pulau ini untuk menuju kawasan wisata di Kepulauan Seribu hampir selalu pernah mengabadikan kemisteriusannya. Hal itu berkenaan dengan keberadaan satu-satunya benteng Mortello di Indonesia yang wujud fisiknya masih utuh. Benteng peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini dibangun untuk menghadapi serangan Portugis ke Batavia pada abad ke-17.

Berbeda halnya saat menuju pulau-pulau di sekitarnya, diperlukan sedikit 'ketegangan' untuk bisa merapatkan perahu motor di Pulau Kherkof. Beberapa saat sebelum sampai di bibir pantainya yang berpasir putih, mesin perahu sempat tersendat dan mati. Perahu jadi terombang-ambing di tengah laut dan para penumpang yang tak berbekal pelampung pun sempat ada yang menjerit takut dan segera merapalkan doa. Pulau ini seakan ingin mempertahankan eksistensi kemisteriusannya tanpa mau dijamah oleh pendatang.

Jumat, 14 September 2012

Galau di Pulau

.: Tapal batu Pulau Bidadari :.
Lebaran baru saja usai. Libur lebaran yang menyenangkan pasti akan meninggalkan banyak cerita. Mulai cerita mudik, bertemu keluarga, jalan-jalan di kampung halaman, bertemu dengan teman-teman, dan lain-lain. Tapi, ada juga yang tidak terlalu suka dengan libur lebaran karena saat itulah berondongan pertanyaan kepo tentang pacarnya siapa, kapan menikah, kapan punya anak, dan semua pertanyaan sejenis dilontarkan.

Awalnya sih sebenarnya cuma pertanyaan basa-basi, tapi kalau ditanggapi dan itu ditanyakan secara rutin tiap lebaran tiba, sesuatu yang tadinya basi-basi akan jadi semakin basi dan sangat mengganggu. Lagian, emang kalau orang tersebut menikah atau punya anak, efek signifikansinya dengan orang-orang yang selalu tanya itu apaan coba? Kecuali kalau yang tanya itu adalah orang Jawa yang mau segera menikah, sementara saudara tuanya belum menikah, itu sih masih reasonable karena meski diperbolehkan tapi biasanya dianggap nglangkahi saudara tua.

Jumat, 07 September 2012

Angkor Wat di Nganjuk

Candi Lor
What? Biasa aja bray. Memang bukan Candi Angkor, secara letaknya saja gak elit di tempat yang tidak semua orang Indonesia tahu. Nganjuk? Di mana tuh? Saya sih gak menyalahkan orang karena pelajaran geografi bukan pelajaran favorit orang kebanyakan. Malah yang lebih ekstrim, teman saya pernah bilang, "Ini Nganjuk kotanya kecil banget, gue kedip aja padahal baru lihat tulisan Selamat Datang, begitu melek lagi udah ada tulisan Selamat Jalan." Jleb. Halah, omongan lebay sih menurut saya.

Anyway, ceritanya gara-gara suntuk gak bisa ke mana-mana saat libur lebaran kemarin, saya putar otak kanan-kiri untuk mencari objek wisata di Nganjuk yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Tadinya mau mandi di air terjun Sedudo, tapi karena keterbatasan waktu, saya hanya sempat mampir ke Candi Lor. Heran, berkali-kali melewatinya tapi saya belum pernah sekalipun mampir ke candi ini. Saya akui sih, ini salah satu 'penyakit' orang Indonesia: sudah ngacir ngalor ngidul ke mana-mana tapi belum pernah datang ke objek-objek wisata tidak populer di daerah sendiri.