Jumat, 30 November 2012

Bergaya di Bandara

Bergaya di Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar
Berfoto dengan latar belakang landmark suatu tempat seolah menjadi penanda wajib bahwa seseorang sudah pernah berkunjung ke daerah tersebut. Saat jalan-jalan, saya sering mengamati tingkah orang-orang yang sedang diambil gambarnya. Dengan berbagai gaya dan pose, mereka berekspresi sebaik dan semenarik mungkin untuk mendapatkan foto yang indah. Belakangan, setelah sering bepergian dengan pesawat terbang, saya pikir bandara merupakan sasaran pertama yang menjadi objek latar belakang foto diri saat jalan-jalan.

Awalnya saya hanya berniat untuk mengambil foto diri sesaat setelah pesawat yang saya tumpangi mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, Padang, Sumatera Barat. Seperti kebiasaan yang sudah diketahui teman-teman jalan, saya selalu meminta difoto dengan latar belakang bangunan atau tulisan di bandara yang menunjukkan bahwa saya sedang berada di daerah tersebut. Setelah cekrak-cekrek dan bergegas masuk ke dalam bandara, ternyata sebagian besar orang yang sepesawat dengan saya masih sibuk berfoto seperti yang baru saja saya lakukan. Kalau begini, saya jadi tak perlu merasa bersalah untuk berfoto narsis karena terbukti benar teori yang sering saya katakan kepada teman-teman: setiap orang pada dasarnya punya 'jiwa' narsis, hanya porsinya saja yang berbeda-beda. *ngeles kayak bajaj* :P

Selasa, 27 November 2012

Anti Mati Gaya di Bandara

menunggu boarding @ terminal 2 bandara Soetta
Saya sering ditanya oleh teman-teman --lebih tepatnya diprotes-- mengapa sering datang lebih awal di bandara padahal pesawatnya baru akan terbang beberapa jam kemudian. Terus terang karena saya orangnya parnoan, agak lelet (pengennya jalan dengan sesantai-santainya), dan 'trauma' gara-gara beberapa kali harus mengalami senam jantung demi mengejar pesawat, saya lebih memilih berada di bandara lebih awal daripada harus bersibaku dengan waktu di jalanan. Apalagi ada beberapa maskapai penerbangan yang keukeuh sudah menutup loket check in satu jam sebelum boarding, padahal pesawatnya hobi banget delayed.

Pertanyaan selanjutnya, terus ngapain aja di bandara? Karena sudah lumayan sering bepergian dengan pesawat udara dan sering pula keleleran di bandara, berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan supaya tidak mati gaya di bandara.

Kamis, 22 November 2012

Senam Jantung Menuju Bandara

butuh perjuangan naik pesawat ini ;'(
Tiga hari sebelum keberangkatan, saya mendapat pesan pendek dari maskapai penerbangan yang memberitahukan bahwa pesawat yang akan saya tumpangi bakal terlambat 15 menit dari jadwal seharusnya karena masalah teknis. Bagi saya ini tidak masalah, toh saya tidak buru-buru, dan salut pada maskapai tersebut yang sudah sibuk memberi tahu. Jadi, seperti kebiasaan yang sudah-sudah, karena terbang malam, saya masih bisa gowes bareng orang tua sembari sarapan dan makan-makan sampai siang. Barang-barang yang akan saya bawa pun sudah ditata dari kemarin, jadi tinggal mandi dan berangkat.

Asumsi saya, dengan waktu ke terminal bus setengah jam, menuju Surabaya maksimal 3 jam, dan ke bandara setengah jam, masih ada waktu untuk duduk-duduk ganteng di bandara menunggu boarding, jika saya keluar dari rumah pukul 1 siang. Hehehe, ribet banget ya bo' kalau rumah jauh dari bandara. Itung-itungan saya itu sesaat buyar ketika masuk terminal Nganjuk pukul 2 siang. Saya lupa kalau hari ini adalah hari terakhir liburan panjang akhir pekan dan liburan haji. Calon penumpang sudah tumpah ruah sementara bus dari Solo sudah penuh semua dan hanya sanggup memasukkan satu dua penumpang lagi. Duh, mampus deh. Bisa-bisa telah nih saya? Akhirnya, berbekal sedikit kenekatan dan tambahan jurus muka melas, saya berhasil diangkut salah satu bus dan berdiri tepat di samping pintu. Gak apa-apa deh, yang penting sampai Surabaya sebelum jam 6 sore.

Rabu, 14 November 2012

Selamat Tahun Baru 1434 Hijriyah

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh
Binarung lumingsiring bagaskara pungkasaning sasi Dzulhijjah, asung sasmita bebukaning sasi Muharram, kulo ngaturaken sugeng mapag warsa enggal 1434 H, mugi tansah pinaringan berkah, sih lumunturing Gusti, saha tinebihake saking rubeda lan sambikala. Aamiin.

Jumat, 09 November 2012

Pemandangan di Balik Jendela Pesawat

Window seat yang selalu saya suka :)
Saat bepergian naik pesawat, saya selalu memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Apalagi kalau penerbangan pagi, rasanya saya selalu semangat untuk motret pemandangan dari angkasa. Jika tempat duduk bisa dipesan saat pembelian tiket tanpa ada biaya tambahan, saya biasanya langsung pilih tempat duduk yang memungkinkan saya duduk dengan leluasa motret tanpa terhalang sayap pesawat. Tapi kalau harus bayar, saya berusaha check in lebih awal supaya bisa meminta tempat duduk yang dekat dengan jendela.

Sampai saat ini, saya belum pernah memaksa menduduki nomor kursi orang lain hanya untuk bisa duduk di dekat jendela. Kalaupun dapat duduk di tengah atau di dekat lorong pun, akan saya patuhi sesuai dengan nomor yang tertera pada tiket. Saya juga tidak mau kalau ada orang yang tidak berhak, tiba-tiba menyerobot tempat duduk yang sudah saya dapat. Jika sudah ada yang menempati, biasanya saya minta dengan sopan untuk pindah atau bergeser. Kalau gak mempan, saya akan tanya nomor kursinya. Kalau masih keras kepala juga gak mau pindah, saya bilang saja ke pramugarinya. Pernah saya mengalaminya, sampai langkah ketiga, eh si penyerobot ini tetap gak mau pindah dan malah bilang, "udah duduk aja di situ, sama saja kan mas."

Jumat, 02 November 2012

Menumpang Boeing 747-400 Garuda Indonesia

Boeing 747-400 yang gempal dan kokoh
Berkali-kali naik pesawat, saya tak pernah memerhatikan tipe pesawat yang saya tumpangi. Mungkin karena ndeso, jadi tiap kali masuk pesawat, yang dicari pertama adalah buku doa dan sibuk komat-kamit sendiri sampai pesawat take off. Gara-gara sering gak nyambung tiap kali diajak ngobrol sepupu saya tentang pesawat, saya jadi terpacu untuk memerhatikan tipe pesawat apa yang saya tumpangi tiap kali terbang.

Pertama kali naik pesawat, saya numpang Boeing 737-300 dari maskapai Sriwijaya Air menuju Tanjung Pandan, Belitung. Penerbangan 55 menit tersebut terasa lama sekali karena saat itu adalah penerbangan paling pagi dan cuaca agak mendung sehingga tiap kali pesawat nyenggol gumpalan awan, saya spontan pegangan kursi. Ini semua diawali dengan tingkah polah teman-teman kantor saya yang pada minta maaf dan memberi nasihat seolah-olah pesawat saya mau jatuh. Ih, amit-amit lah ya. Saya pikir, pengalaman pertama memang selalu meninggalkan kesan yang mendalam. Yang membuat saya lebih senang lagi, meski terbangnya cuma 55 menit, tapi dapat snack dan segelas air mineral yang cukup mengganjal perut sebelum sarapan.