.: Malimbu, Salah Satu Magnet Pertama Pulau Lombok :. |
Jauh sebelum pantai-pantai cantik di timur dan selatan Pulau Lombok mulai ramai dibicarakan oleh para pejalan, Bukit Malimbu sudah melambung namanya dan menjadi primadona. Bersama Senggigi dan trio gili di dekatnya (Meno, Air, dan Trawangan), kawasan ini seolah menjadi bintang pertama dalam khasanah pariwisata pulau seribu masjid ini. Berada di persimpangan jalan dari kota Mataram menuju Pelabuhan Bangsal, perhentian di kawasan Malimbu seolah menjadi episentrum menikmati eksotisme Lombok masa lalu.
Di Barat Laut, trio gili bernaung dan menggoda untuk disambangi. Di timurnya, selaras dengan tempat matahari menyapa pagi, puncak dewi Anjani yang agung seolah menggoda siapa saja untuk bertandang. Di seberang barat, melangkahi garis imajiner Wallace, puncak Gunung Agung di Pulau Bali seperti tak ingin dilupakan pesonanya. Namun begitu, sama seperti waktu yang berjalan perlahan tapi pasti, pariwisata juga mengalami metamorfosis serunut dengan perkembangan zaman. Dulu, para pejalan sepertinya merasa perlu berhenti sejenak di bukit Malimbu. Namun sekarang, berhubung euforia untuk mengeksplorasi sudut-sudut Pulau Lombok yang jarang dijamah nafas manusia kian meningkat, lambat laun bukit cantik ini mulai sepi, dilewatkan begitu saja, dan perlahan-lahan dianulir dari daftar tempat pejalan wajib menjejakan kaki.
.: Gunung Agung di Bali dilihat dari Bukit Malimbu :. |
Saya mampir ke Bukit Malimbu saat pagi masih malas beranjak. Mungkin langit terlalu syahdu atau saya yang kurang tepat memilih waktu bertandang. Bukit Malimbu masih sepi. Awan tebal menggantung rendah dan siap menghunjam bumi. Air laut yang biasanya royal sekali menampakkan gradasinya, kali ini cukup malu dan tersipu hingga dua warna saja yang tersaji: biru kelabu dan hijau beriak.
Setelah mengalami insiden dikejar anjing di Senggigi dan merasakan hening sejenak di Pura Batu Bolong, saya berani menahbiskan bahwa Bukit Malimbu merupakan kawasan spektakuler yang sanggup menyesapkan ketenangan sejenak dari kepenatan hidup. Saya tak perlu was-was dikerumuni kawanan anjing seperti saat di pantai Senggigi. Warung makan berdiri seadanya, menawarkan pengganjal perut seperti bakso, mie, rujak, hingga jagung bakar. Buah nyiur muda turut hadir dalam daftar menu pengusir dahaga.
.: Pantai Malimbu di Sebelah Kiri Bukit :. |
Beberapa orang penduduk terlihat sibuk menjajakan mutiara. Kata beberapa pejalan, harga mutiara di tempat ini cukup terjangkau dan masuk akal. Karena tak begitu tertarik godaan barang bling-bling, saya justru jatuh hati pada pemandangan yang disuguhkan. Sejauh mata memandang, yang tampak adalah persekutuan dinamis antara gerumbulan bukit menghijau dan air garam yang tenang. Dalam hati, saya selalu berharap bahwa pantai-pantai yang mengapit Bukit Malimbu ini tetap steril dari atraksi wisata dan tidak dimonopoli oleh hotel-hotel bermodal kolosal.
Saat cuaca cerah, komposisi pasir pantai di Malimbu terlihat putih menggoda. Beberapa resort yang jaraknya tak terlalu jauh dari kedua pantai yang mengapit Bukit Malimbu kerap membuat paket wisata berupa permainan kano atau naik perahu nelayan. Sopir yang mengatar saya bilang kalau tempat ini merupakan tempat yang ideal untuk melihat matahari terbenam. Sayang sekali saya tak bisa menunggu hingga sore menjelang karena harus segera mengejar perahu untuk menyeberang ke Gili Trawangan.
.: Trio Gili: Meno, Air, dan Trawangan :. |
Selain itu, saat berjalan di jalanan beraspal, waspada dengan banyaknya kendaraan yang melintas, terutama saat pekan liburan tiba. Tak ada biaya tiket masuk atau retribusi pariwisata yang harus ditebus. Cukup sediakan uang parkir, Anda sudah bisa liburan murah meriah sembari memuaskan hasrat kegalauan hati di tempat ini.
Saya mencoba duduk sejenak di pagar pembatas tebing sembari menghirup udara pagi dalam-dalam. Dari tempat ini, saya perhatikan ketiga gili cantik di barat daya Lombok terlihat begitu dekat. Saat mendung, ketiga pulau mungil ini tampak sebagai tiga lempeng hitam yang mengapung di tengah laut. Semangat liburan saya kembali terbit saat membayangkan bisa kembali jogging mengelilingi pulau.
.: Santai Sejenak di Bukit Malimbu :. |
Malimbu akan selalu saya ingat sebagai bukit cantik yang tetap wajib dijejak barang sejenak. Saya yakin bahwa tempat-tempat yang nantinya sudah populer dan mulai dianggap standar untuk sebuah kunjungan, lambat laun akan sepi pengunjung. Meski banyak pejalan datang dan pergi, satu hal yang tetap saya harapkan dari tempat ini, jika sudah tak lagi populer, setidaknya masih menyisakan wajah aslinya, tanpa dirusak dengan banyaknya sampah yang ditinggalkan pengunjung maupun puing yang disisakan oleh bangunan permanen. Mungkin terlalu prematur untuk memvonisnya. Tapi dalam hati, saya tak akan pernah rela jika Malimbu suatu saat berakhir seperti Kuta di Pulau Dewata. []
wahaha, indah ya malimbu :)
BalasHapusgili trawangan itu nama hotel kan ya?
Hahaha aku cedih kak, kok Gili Trawangan nama hotel sih. Mungkin ada ya, cuma aku gak tau. Tapi, Gili Trawangan kan nama pulau :')
HapusAw, keren banget, sepertinya memang harus segera didaftarkan daerah ini ke rute perjalanan. :D :D
BalasHapusYoi, kalau ke Lombok jangan lupa mampir di mari ya :)
HapusHmmm... memang sepertinya kamu datang di saat yang kurang tepat Die. Semoga kalau besok kamu mampir ke sini lagi tidak pas mendung ya.
BalasHapusHahaha iya nih. Ini liburan gara-gara diajak sama teman kantor yang lagi pengen banget ke Lombok. Karena aku udah pernah ke sini beberapa kali, akhirnya didapuklah buat nemeni main-main ke Lombok :)
Hapusini spot mainstream di garis Senggigi sampai Bangsal. :)
BalasHapusBetul sekali. Saking mainstreamnya biasanya suka ditinggalkan oleh pejalan masa kini yang semangatnya ingin mengeksplorasi daerah-daerah baru :)
HapusWeettt Gili Terawangan... Pengen kesana sambil bersepedaan :-D
BalasHapus*Semoga bisa terlaksana
Wah asyik banget lho Gili Trawangan. Kalau saya sih kangen bisa jogging keliling pulau. Hehehe. Ini kisah saya di Gili Trawangan -> http://adiedoes.blogspot.com/2011/12/berlibur-ke-desa-dunia-di-gili.html :)
HapusSelamat liburan ya ;)
Lombok..indah banget. masih belum terlalu krodit kayak Bali.
BalasHapusIya sih, tapi dengan riuhnya dunia pariwisata saat ini dan dibangunnya bandara Internasional Lombok, kayaknya tinggal nunggu waktu aja deh Lombok bakal ramai juga. Semoga sih keamanan, kenyamanan, dan kelangsungan kelestarian alam tetap dikedepankan saat ada pembangunan besar-besaran untuk memajukan Lombok nantinya :)
Hapustempatnya keren banget buat jalan2
BalasHapusbtw baru main ke sini
salam kenal yaa
Oh, iya mas, terima kasih sudah mampir. Salam ;)
HapusKalo pas ke sana lagi dan bisa lihat matahari terbenam, bikin postingan lagi, Mas. Dilengkapi dengan foto matahari terbenamnya :D
BalasHapusSiap! Insya Allah kalau ada rejeki dan kesempatan. Aamiin :)
HapusSpot pertama yg gue datengin waktu di Lombok. Pemanasan banget buat ngeliat kecantikan alam Lombok yang ahmazing itu.
BalasHapusHahaha bener banget. Dari dulu sih, yang didatengi setelah Senggigi, biasanya memang ke sini :)
Hapusaku juga ke sini pas mendung
BalasHapushiks
Mendung cuaca alam, apa mendung cuaca(na) hati kak? Hahaha :D
Hapus