.: Jajanan yang Membuat Kangen Rumah :. |
Lebaran tak lama lagi datang. Ramadhan tinggal menghitung hari. Jika tayangan di televisi lebih banyak dihiasi dengan iklan sirup dan kue, saya lebih tertarik memandangi deretan menu-menu jajanan di ponsel yang sanggup mengembalikan memori akan kenangan selama tinggal di rumah. Beberapa merupakan jajanan pasar. Selebihnya adalah sajian yang biasa disajikan melalui racikan tangan ibu di rumah.
Tak semua jajanan ini bisa didapatkan di daerah lain. Tapi, demi tinggal jauh dari orangtua, meski bisa mudik ke kampung halaman kapan saja, saya kerap menunggu hingga beberapa waktu agar terbit rasa kangen yang memuncak untuk bergumul dengan semua sanak keluarga dan kesempatan untuk mencicipi kembali jajanan yang sanggup membuat kangen perantau dari Nganjuk, Jawa Timur seperti saya ini. Berikut adalah beberapa jajanan yang pantang dilewatkan jika punya kesempatan mudik semepet apapun waktunya.
.: Dumblek Nganjuk :. |
Sama seperti beberapa sahabat saya di SMU dan bangku kuliah, banyak yang penasaran saat saya membagi gambar dumblek pada acara #IDTC (Indonesian Travel Chat)-sebuah obrolan dua mingguan tiap Selasa malam dengan para pejalan dan travel blogger asal Indonesia.
Dumblek. Nama ini kelihatan sederhana. Menurut saya, terdengar sungguh 'kampung' dan sangat Jawa untuk sebuah nama kudapan istimewa. Jajanan ini hanya dibuat pada hari Pon dan Kliwon saja mengikuti hari pasaran dalam kalender Jawa. Terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula aren, dumblek kualitas terbaik harus ditanak di atas wajan tembaga selama lima sampai dengan enam jam dengan perapian dari kayu jati.
Sekilas, orang akan mudah mengasosiasikannya dengan dodol. Padahal jauh berbeda. Jika dodol bertekstur agak keras, sementara jenang sangat lembek, maka dumblek berada di antara keduanya: kenyalnya sangat lembut di lidah. Bungkusnya yang terbuat dari pelepah pohon pinang membuatnya tidak mudah langu serta menjadikannya bermotif gerigi saat diiris.
Namun demikian, dumblek juga makanan yang termasuk manja. Makanan ini seperti membuat aturan tegas kepada pemangsanya untuk segera menghabiskannya atau membuangnya sama sekali. Untuk sebuah adonan yang selesai ditanak kemarin sore, hanya mampu bertahan hingga sore berikutnya sehingga sangat susah untuk dijadikan buah tangan.
.: Jenang Sengkala :. |
Sebagaimana tumpeng atau nasi kuning bagi masyarakat Jawa, sebenarnya jenang ini hanya dibuat saat ada ritual atau acara khusus. Biasanya merupakan sajian acara peringatan kelahiran dalam perhitungan menurut hari pasaran Jawa.
Saya sungguh beruntung jika saat mudik ada tetangga atau anggota keluarga yang sedang diperingati hari kelahirannya sehingga punya kesempatan untuk mencicipi kembali jenang sengkala. Meski sampai saat ini belum mendapatkan jawaban yang pasti menurut logika mengapa jenang ini harus disajikan di atas daun pisang dan dibedakan warnanya menjadi cokelat dan putih, saya mencicipi sajian ini tanpa merasa terbebani akan sebuah keyakinan bahwa menikmati jenang sengkala biar dijauhkan dari segala sengkala-pengaruh jahat dan nasib yang tidak baik. Saya pikir, segala sesuatu yang niatnya baik, apapun itu, harus tetap diamini.
.: Kerupuk Pecel :. |
Jika makan nasi pecel terlalu kenyang sementara lidah masih mau menikmati sajian pilihan yang lain, kerupuk pecel bisa dijadikan pilihan.
Isinya sama dengan sajian pecel pada umumnya yaitu berupa sayuran rebus yang sudah dipotong-potong dan ditempatkan di atas kerupuk yang telah diremas kasar. Tahu dan tempe goreng boleh disajikan dengan dipotong-potong atau dibiarkan utuh sesuai selera. Karena ditujukan sebagai alternatif pilihan cemilan yang 'agak ringan' dari nasi pecel, kerupuk pecel paling nikmat disantap saat sedang santai di siang hari.
.: Putu Ayu :. |
Bunyi yang sungguh berisik dari cetakan bambu itu sungguh mengingatkan kembali akan kenangan di masa kecil. Dahulu, tiap kali ada bunyi tersebut, saya langsung berlari keluar rumah, mengikuti asal suara tersebut untuk kemudian membeli jajanan yang ditawarkan oleh sang penjual.
Namanya jajanan itu adalah putu ayu. Nama yang sungguh apik untuk disematkan pada sajian tersebut. Benar-benar ayu seperti tampilannya. Terbuat dari beras, putu ayu menyimpan rasa manis di dalam sekaligus gurih dari baluran parutan kelapa di luarnya. Jajanan ini sudah lama tidak saya lihat lagi beredar di depan rumah. Tapi, tiap kali mudik ke Nganjuk, saya selalu menyempatkan diri untuk membeli sebungkus putu ayu untuk disantap di rumah bersama keluarga. (Warning! Dilarang berkomentar: "Sudah berkeluarga tho?").
.: Cenil :. |
Maaf, tampilannya mirip sekali dengan tai kucing. Tapi, kesannya centil sekali karena warna-warni. Jajanan ini berbahan tepung tapioka. Rasanya kenyal dengan tekstur seperti lem. Taburan kelapa parut menambah rasa menjadi gurih saat digigit. Rasa cenil memang tidak begitu manis karena sedikit gula di dalamnya. Jika dirasa kurang manis, saya biasa menambahkan beberapa sendok teh gula pasir di atasnya.
Entah mengapa tiap kali membeli putu ayu, saya seperti merasa punya kewajiban untuk membeli cenil juga. Saya menganggap bahwa kedua jajanan ini merupakan satu paket. Jadi, tak elok rasanya jika membeli yang satu sembari mengacuhkan yang lain.
Karena cenil begitu cepat berair, maka rasa yang paling lezat bisa dinikmati secara langsung begitu disajikan.
.: Roti Semprit :. |
Kalau ada cemilan yang tak pernah absen di rumah orangtua saya saat lebaran, selain roti Khong Guan, maka roti semprit layak dimasukkan dalam daftar. Roti ini merupakan favorit semua orang di rumah, terutama ayah saya. Untuk itu, ibu saya selalu menyediakan waktu beberapa hari sebelum lebaran untuk menyiapkannya.
Biasanya, jadwal tersebut disesuaikan dengan jadwal saya sampai di rumah. Alasannya sederhana. Konon, karena dibuatnya harus satu-satu, mencetak roti semprit sangat membentuk karakter. Kesabaran sangat dibutuhkan di sini. Selain tenaga ekstra untuk mencetak satu persatu roti, hawa panas oven sungguh menggerus cadangan kesabaran orang-orang yang berpuasa. Dengan alasan itulah ibu selalu mengundang dengan kalem
.: Madumongso :. |
Jajanan ini sungguh istimewa. Sesuai namanya, rasanya manis seperti madu. Dibuat dari campuran beras ketan, tepung beras, gula kelapa, dan santan, sajian ini kerap dijadikan buah tangan untuk kerabat dekat dan para saudara. Membuatnya sungguh ribet dan perlu tenaga ekstra.
Kata
Mungkin bagi sebagian orang, jajanan di atas kelihatan sederhana. Tapi, di balik kesederhanaannya itulah saya kerap disadarkan dengan kenikmatan-kenikmatan kecil yang luput untuk disyukuri. Tak sabar rasanya untuk mudik kembali. []
Ahhh semua jajanan ini membuat gue bener2 kangen sama rumah :(
BalasHapusLho, emang rumahnya di mana?
HapusAihhh,, semuanya benar-benar ngangeni haaaa
BalasHapusYaudah buruan pulang :'(
Hapusbikin ngiler dah :)
BalasHapusDicicipin aja biar gak ngiler hehehe ;')
HapusPecelnya sukses bikin aku kangen sama blitar :( Udah kemana - mana, tetep sambel pecel blitar yang menurutku paling enak!
BalasHapusDuh, aku yo kangen mudik je. Saking pengennya makan pecel, weekend kemarin sampai dibela-belain ngemall yang foodcourt-nya jualan nasi pecel. Orang Jawa Timur emang paling marem kalau makan nasi pecel pakai sambal pecel yang khas asli daerahnya. Pas nulis komen ini sambil nelen ludah mulu hehehe :')
Hapusaku ngak suka jajan sembarangan, mama ku suka marah kalo jajan yg murahan macam ini hua hua
BalasHapusTapi krupuk pecel nya BOLEH lah yaaaa, kalo yg manis2 daku ngak suka coz dah manis sejak lahir
Kak Cum suka 'dibuat jajan' ya? By online jugakah? hua hua hua :D
HapusDumblek iki koyok Pudak khas Gresik yo modele, tapi Pudak bisa bertahan lama loh :D
BalasHapusBeda. Dumblek lebih manis. Ada santannya pas bikin, jadi gak kuat lama. :'(
Hapus