Kamis, 20 Agustus 2015

Pesta Pora Hari Merdeka

.: Perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 :.

Tujuh puluh tahun bukan waktu yang lama untuk membangun sebuah negeri. Tapi juga bukan waktu yang singkat untuk dihitung. Ada banyak kejadian yang patut dikenang, diperingati layaknya sebuah hari kelahiran, dan dicatat sebagai pelajaran berharga untuk menentukan langkah di hari depan. Di antara begitu banyak perayaan yang dihelat sepanjang tahun, hari ulang tahun kemerdekaan selalu disambut oleh segenap lapisan masyarakat. Semua orang seolah tumpah ruah memiliki panggilan hati yang sama dalam menyatakan nasionalisme kepada negeri tercinta. Tak terkecuali dengan institusi tempat saya mengabdi.     

Tak ada upacara bendera. Tak ada potong tumpeng atau sekadar makan bersama. Tak ada tiup lilin. Begitu juga potong kue. Ada berbagai bentuk perayaan yang dihelat. Kegiatan-kegiatan sederhana sengaja dilangsungkan sehari setelah upacara di Istana Merdeka, Jakarta berlangsung. Mungkin, dari sekitar seratusan manusia yang menghuni kantor kami, hanya sedikit yang paham kisah-kisah dibalik terciptanya permainan-permainan yang begitu populer di seantero Indonesia saat perayaan 17 Agustusan.

.: Sarimin yang Tampan ikut Perlombaan :.
Sebelumnya, dengan kerendahan hati, saya mohon untuk tidak perlu membahas dengan serius segala bentuk permainan yang dipilih untuk menyemarakkan hari jadi negeri tercinta. Perlombaan ini dihelat hanya sekadar untuk membuat semacam jeda dan rehat sejenak dari sederet rutinitas dan prosedur birokrasi yang harus kami jalankan agar negeri ini bisa terus berjalan secara mandiri.

Semua pegawai, termasuk petugas cleaning service dan satpam juga terlibat. Semua orang wajib ambil bagian. Untuk sementara, sekat dan pangkat sengaja kita lepas sejenak. Semuanya mempunyai kedudukan dan peluang yang sama untuk memenangkan perlombaan. Meski sebenarnya, bukan kalah menang yang menjadi poin utama. Tapi kebersamaan dan membangun senyum kebahagiaan untuk semua orang. Hal itu diharapkan bisa menjadi semacam suntikan semangat untuk kembali berkarya di hari berikutnya.

Sebagai seorang pejalan, tentu saya tak akan melewatkan kesempatan langka seperti ini. Migrasi sejak lulus SMU dari kampung halaman membuat saya sesekali ingin memutar kembali kenangan masa silam, menyaksikan permainan serupa yang pernah dihelat di lingkungan rumah dan di kawasan pasar.

Jika Anda punya tafsir sendiri tentang permainan-permainan ini dikaitkan dengan sejarah diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, saya sungguh menghargainya. Tapi, sekali lagi, pada tataran ini, saya hanya ingin meramaikan suasana saja. Jika pun saya debat demi sebuah keyakinan untuk membangun kesadaran sejarah, saya pikir hal itu akan disikapi oleh para anggota gedung dengan senyum (karena mereka berusaha menghormati posisi saya), tanpa ada penghayatan mendalam, untuk kemudian dilupakan lagi. Ini bukan pembelaan. Alih-alih mengaitkannya dengan sejarah, berikut adalah penjelasan sederhana mengapa saya tetap ikut ambil bagian dalam satu atau dua perlombaan.

.: Mz, Jangan Tusuk Aku dari Belakang. Please! :.
Yang pertama yaitu lomba memasukkan pensil yang diikatkan di pinggang bagian belakang ke dalam botol. Bagi saya, aktivitas ini menuntut konsentrasi dan ketenangan pikiran. Lengah sedikit saja, maka lawan dengan mudah bisa menyalip kapan saja. Relevansinya terhadap pekerjaan, saya pikir yang perlu didefinisikan dengan jelas adalah gol atau tujuannya. Setelah itu konsentrasi dan kerja keras dalam mewujudkannya. Filosofi rumput tetangga selalu lebih hijau ditampakkan dari posisi antar peserta yang berdekatan sehingga memungkinkan ada peserta yang lengah karena terlalu banyak memerhatikan botol milik lawan. Fokus pada tujuan sendiri perlu ditekankan pertama kali dalam mencapai suatu tujuan.

.: Sepeda-sepedaan? Aku Pengennya Kuda-kudaan kang #eh :.
Lomba berikutnya adalah permainan sepeda pelan. Jika sekarang banyak resort yang mendulang untung dengan perhelatan sepeda balap, permainan ini justru menuntut pesertanya untuk memperlambat laju sepedanya dalam mencapai garis finis. Tujuannya untuk melatih keseimbangan, menjaga tumpuan beban berada di sadel dan setang, serta menjaga sepeda tidak jatuh ke samping kanan atau kiri. Permainan ini mengingatkan saya pada perlombaan serupa di mana lawan saya adalah sepupu sendiri. Meski sama-sama tinggal di seputaran Jakarta, tapi karena kesibukan masing-masing, saya sepertinya hanya bertemu dengannya setahun sekali saat lebaran tiba.

Lomba yang paling heboh tentu saja adalah lomba merias wajah. Pesertanya semuanya kaum Adam. Yang bertugas merias, ditutup matanya. Jadi, sembari mengikuti instruksi yang dibisikkan panitia dan diberi alat-alat rias, seorang perias mengikuti feeling dan indera perabanya melakukan eksekusi dengan penuh kebrutalan terhadap mereka-mereka yang bersedia dijadikan 'korban'nya. Karena konsentrasi untuk berusaha menampilkan hasil riasan sesempurna mungkin, teriakan penonton tidak saya dengarkan sama sekali. Tapi, begitu penutup mata dibuka, saya melihat pemandangan sebuah makhluk yang sungguh berpotensi membuat taman kanak-kanak bubar lebih awal. Semua orang pecah dalam tawa membahana.  

.: Lomba Make Up, Para Peserta dan Korban Kebrutalan Tukang Make Up Gadungan :.

Kalau ada jenis permainan yang sebaiknya tidak dilakukan saat di rumah adalah gebug air. Dengan mata tertutup, peserta diberikan semacam pentungan dari bahan lunak untuk memecahkan kantung air dari plastik. Permainan dinyatakan selesai jika sudah ada satu peserta yang berhasil membuat kantung airnya pecah. Jika dibilang permainan ini menuntut konsentrasi dan kekuatan feeling, dalam keadaan tertentu bisa menimbulkan efek brutal. Saya sendiri berpendapat bahwa jika ada permainan yang berpotensi untuk ditiadakan pada kegiatan selanjutnya, saya akan memilih perlombaan gebug air ini.

.: Don't Try This at Home. Khusus untuk Bocah Tua 'Nakal' :.

Lomba seru lain yang saya ikuti adalah lomba makan kerupuk. Pesertanya paling banyak. Areanya dipersempit. Semua peserta dijajar dalam satu garis lurus, menghadap sebuah kerupuk renyah yang sudah diolesi gula cair. Berhubung acaranya ada di ruang terbuka dengan tali pengait kerupuk hanya berupa tali rafia, saat angin berhembus agak kencang, maka kerupuk-kerupuk tersebut menjadi terombang-ambing dan susah untuk digigit. Belum lagi lelehan gula cair bisa mengenai baju dan muka saat kerupuk ditiup angin. Saya sampai mencoba beberapa kali untuk menangkap kerupuk dengan mulut sebelum menggigit dan mengunyahnya. Setelah terpilih pemenang, saya hanya bisa menghabiskan setengahnya saja.

.: Mz, kamu lapar atau nepsong? :.
Dalam lomba-lomba selanjutnya, saya tidak turut serta karena ada panggilan untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan yang tidak dapat ditunda. Beberapa permainan yang saya lewatkan keseruannya adalah lomba menangkap belut, lomba mengambil kelereng dengan sumpit, lomba mengambil koin dengan mulut pada buah pepaya yang sudah dilumuri cokelat cair, dan sepak bola dengan muka ditutupi contong. Meski tidak dapat melihat langsung, dari ruang kerja saya masih bisa mendengar sayup-sayup sorak sorai para peserta. Sungguh, hari itu merupakan satu hari yang sangat semarak di kantor.  

Selepas sholat ashar, perlombaan panjat pinang yang ditunggu-tunggu semua orang akhirnya dihelat. Dahulu, panjat pinang diadakan setiap tanggal 31 Agustus untuk memperingati hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. Bersama dengan permainan koekhappen atau lomba menggigit kue (sekarang diadopsi menjadi lomba makan kerupuk), de klimmast atau lomba panjat tiang begitu populer karena melibatkan banyak orang, termasuk anak-anak. Kontroversi seputar perlombaan panjat pinang karena lomba ini dianggap merendahkan martabat bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan, peserta panjat pinang adalah warga pribumi. Mereka melakukan aksi memanjat pohon pinang yang sudah dilumuri pelumas untuk memperebutkan barang-barang yang bagi orang Belanda tidak berarti, seperti kemeja, celana, dan lain-lain. Sementara orang-orang Belanda sendiri menonton aksi konyol tersebut sambil tertawa terbahak-bahak.

.: Maaak, pengen kawiiin :.

Sekali lagi, saya tak ingin terjadi debat kusir di sini perihal diadakannya lomba panjat pinang. Saya paham sekali kalau ada yang keberatan lomba panjat pinang dihelat saat perayaan kemerdekaan Indonesia. Mungkin, dari semua instansi pemerintah di sekitaran Jakarta, hanya kantor kami yang mengadakan lomba panjat pinang yang pesertanya warga kantor sendiri. Dalam hal ini, panjat pinang dihelat, murni untuk hiburan dan tanpa pretensi apapun. Apalagi merendahkan suatu pihak tertentu.

Peserta dikhususkan untuk para petugas cleaning service dan satpam. Untuk mereduksi adanya kontroversi terkait sejarah awal mula diadakannya panjat pinang, hadiah yang diperebutkan adalah barang-barang yang tergolong berharga dan setiap orang di kantor rela untuk memperolehnya. Jika nantinya hadiah tersebut susah dibagi, maka akan diadakan lelang atas barang tersebut untuk kemudian, uang yang terkumpul dibagi rata kepada seluruh peserta. Cukup adil bukan?

.: Panjat Pinang, Dipanjat (Dulu), (Baru) Dipinang #eh :.
Segala aktivitas berakhir saat adzan magrib berkumandang. Semua orang tergelak dalam tawa. Semua orang juga sepertinya punya kisah dalam versi masing-masing terkait keseruan mengikuti perlombaan.

Karena masih menunggu hasil lelang barang-barang lomba panjat pinang, penyerahan hadiah diadakan saat Jumat krida. Semua orang tampak tersenyum penuh suka cita. Bagi saya, yang membuat berkesan dari semuanya sebenarnya bukan hadiah-hadiah yang beraneka macam tersebut, tapi betapa manusia-manusia yang terlibat di dalamnya begitu dihargai sebagai sesama manusia tanpa ada sekat berupa pangkat dan kedudukan, serta tak ada yang merasa perlu terintimidasi atau mengintimidasi pihak tertentu terkait pelaksanaan lomba yang telah dilakukan bersama. Mungkin, hal inilah yang dapat dimaknai secara sederhana sebagai sebuah kemerdekaan hakiki. Bahwa setiap manusia dapat bebas bersama-sama melakukan segala sesuatu semenyenangkan mungkin di negerinya sendiri dalam keadaan 'setara' tanpa khawatir ada yang mengkotak-kotakkannya dalam klasifikasi hierarki baik sebagai tuan ataupun budak. []

22 komentar:

  1. waaah udah lama gak ikut lomba 17-an, jadi pengen deeeh.
    liat foto temen anak ada yang ikut lomba makan bengbeng, kayaknya anak jaman sekarang udah gak doyan kerupuk jd lomba makan kerupuknya diganti bengbeng bwahahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha foto temen anak ya, .... temen lo udah punya anak lho, ... kabuuur

      Asalnya sih emang lomba makan kue. Di Indonesia diganti kerupuk. Eh, kalau sekarang jadi bengbeng berarti udah dimodifikasi lagi. Beda zaman beda asupan kayak bok hahaha :D

      Hapus
  2. Jadi konsen ama caption fotonya yang notabene curhatan si penulis deh hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heh! Udah dibilang, jangan fokus ke captionnya. Hahaha *tutup muka* :'((

      Hapus
  3. hahaa, aku dulu cuma pernah ikut lomba yang ambil uang koin pake mulut, sama makan kerupuk :D emang seruuu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum pernah ikut lomba ambil koin, senangnya ambil yang merah-merah gambar Soekarno-Hatta aja hahaha. Iya, akoooh murahan kak hahaha :D

      Hapus
  4. Wah seru acaranya. Bergembira ria bersama sekali setahun.
    Panjat pinang asik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha seru banget. Sepertinya akan dijadikan agenda tahunan nih, berkaca pada keseruan dan kehebohan tahun ini hehehe. :)

      Hapus
  5. kereeennn..kantorku mah ga ada acara beginian ;p.. Tapi mas, itu hadiah2 panjat pinangnya, msh penasaran nih, cara masangnya ke atas gimana sihh??? trs kalo ada yg nyampe ke atas, cara dia nurunin hadiahnya juga piyee :D? berat bukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha acaranya seru banget mbak. Paling seru emang tahun ini. Cara masang hadiah-hadiahnya ditarik pakai tali mbak. Nuruninnya juga sama, ditarik ulur pakai tali tambang. Soal berat atau enggak, udah ditangani dengan baik sama mas-mas OB sama satpam di kantor mbak hehehe :))

      Hapus
  6. seruuu .... selama pindah2 kerja di kantor swasta ...
    hanya pernah disatu kantor yang mengadakan lomba agustusan ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho, masa? Bukannya biasanya di swasta malah lebih heits ya :)

      Hapus
  7. Balasan
    1. Hatinya siapa mas Cum yang mau kamu perebutkan? Wkwkwk :D

      Hapus
  8. Balasan
    1. Usulin dong ke Pak RTnya supaya tahun depan ada lomba beginian hehehe :)

      Hapus
  9. sumpah seru abis itu..aku mau sepedanya yang di atas itu mas??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sepedanya sudah dilelang, uangnya dibagi ke para satpam dan CS :)

      Hapus