Kamis, 12 Maret 2015

Anomali Ayer

.: Welcome to Ayer Island :.
Saya sering ditanya oleh rekan-rekan di kantor, ke mana sebaiknya menghabiskan waktu akhir pekan di Jakarta? Sebenarnya saya bingung menjawabnya. Pilihan tempat wisata di Jakarta ini sungguh beragam. Ada banyak bioskop yang menyajikan film-film pilihan. Ada wahana permainan yang tersebar di seantero kota. Ada pula taman bermain yang menawarkan ketenangan dan keleluasaan bercengkerama dengan keluarga. Ada bermacam-macam kedai, warung, dan restoran yang sanggup menyiapkan petualangan kuliner tak terlupakan. Selain itu, ada pula lusinan museum yang bersedia berbagi informasi akan kekayaan sejarah bangsa yang melegenda. Semua tersedia sepanjang akhir pekan dan siap menampung siapa saja, tergantung pada isi kantong dan kemampuan masing-masing.

Selain hingar bingar dan hiruk pikuk di daratan, yang seringkali terlupa oleh warga Jakarta adalah kenyataan bahwa Jakarta mempunyai wilayah laut yang bertaburan pulau-pulau eksotis yang layak untuk dijelajahi. Untuk ukuran sebuah ibukota negara, Jakarta merupakan ibukota istimewa di dunia dengan mengoleksi sekitar 105 buah pulau. Ke salah satu pulaunya itulah saya mencoba menghabiskan waktu luang di suatu akhir pekan.

.: deretan jet sky yang siap dimainkan :.
Perahu cepat yang saya tumpangi merapat dengan manis di dermaga Pulau Ayer pagi itu. Meski hanya berjarak sekitar 14 km dari dermaga Marina, Ancol, Pulau Ayer tidak serta merta dikenal oleh banyak orang. Teman-teman sering mengira saya salah menulis atau menyebut Anyer dengan Ayer. Padahal hari itu, saya sedang berlibur ke Pulau Ayer, salah satu pulau yang terdapat dalam gugusan Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Mendapat sebutan sebagai Mutiara Kepulauan, konon Pulau Ayer pernah menjadi tempat persinggahan bagi Presiden Soekarno. Tak tanggung-tanggung, Sang Putra Fajar pernah memboyong mantan presiden Bros Tito dari Yugoslavia dan mantan sekretaris jenderal PBB U Nu untuk bertetirah ke pulau ini.

Setelah memberitahu ke pihak resort, saya segera menuju ke pantai sebelah timur untuk mencari sinar matahari sembari menunggu welcome drink. Meski di pulau ini pasokan air tawar tersedia melimpah, tapi untuk segalanya, harga-harga melambung dua kali lipatnya: makanan, minuman, rokok, dan segala sesuatu yang tidak bisa diproduksi langsung dari tempat ini dan harus di'impor' dari Jakarta "daratan" bisa dipastikan harganya jadi berasa mahal.

.: Penginapan Apung di Pulau Ayer :. 

Kalau semuanya serba mahal, lalu apa yang bisa dilakukan di tempat ini? Sebenarnya, tujuan ke sini memang untuk refreshing sekalian reuni dengan teman-teman kantor lama. Jadi, isinya hanya leyeh-leyeh sesantai-santainya. Berhubung biayanya bisa patungan, jadi gak perlu pusing merasa kemahalan. Setiap orang boleh memesan satu batok kelapa muda dan mencicip beberapa gorengan 'jatah' yang makannya pun harus dibagi-bagi. Air putih bawa sendiri dari rumah dan bisa minta ke restorasi. Untungnya makan siang sudah termasuk dalam paket yang ditawarkan pihak resort.

.: Jalan Setapak menuju Ujung Pulau :P :.
Untuk menyiasatinya, setelah kelapa muda dan gorengan habis, setiap orang langsung angkat kaki dari tempat santai dan mulai jalan-jalan keliling pulau. Yang pertama dijajal tentu adalah berfoto di tempat penginapan apung. Penginapan ini mirip sekali dengan penginapan apung yang ada di Derawan, Kalimantan Timur. Bungalow-bungalow tampak mengapung dengan tiang pancang tinggi menyangga penginapan dengan jembatan kayu panjang yang menghubungkan daratan pulau menuju masing-masing bungalow berada. Promosinya, dengan menginap di bungalow terapung, pengunjung akan merasakan sensasi menginap di tengah laut dengan debur ombak persis berada di bawah bantal. Hayah.

Tapi, karena memang tidak ada agenda menginap, saya lanjut melipir saja menuju tengah pulau yang agak lapang. Meski tanahnya serba pasir putih, demi menjamin kenyamanan pengunjung, telah disediakan semacam paving block yang menghubungkan satu area dengan area yang lain. Pepohonan rindang menjulang menaungi jalan-jalan sehingga pengunjung bebas dari terik matahari secara berlebihan. Tak jauh dari pantai timur ada semacam play ground untuk anak-anak seperti jungkat-jungkit, ayunan, dan semacamnya. Memilih agak jauh dari keriuhan para keluarga yang sedang berlibur, saya dan beberapa teman menuju lapangan olahraga untuk bermain bola voli. Meski mainnya tak lama, tapi cukup membuat nafas menjadi pengingat akan usia. Jadi, daripada kelelahan lalu pingsan, akhirnya semua menuju kolam renang untuk mendinginkan diri.

.: Udah ada Laut Biru, Tetap Aja Dibangun Kolam Renang biar Makin Mantab :.

Inilah yang dari dulu saya bingung. Setiap kali menginap atau 'liburan' di hotel pinggir pantai, selalu saja tersedia kolam renang yang letaknya persis di pinggir pantai pula. Apakah kebiasaan turis kita atau turis asing memang suka berenang di laut, lalu dilanjut berenang di kolam renang? Padahal kalau saya sudah berenang di laut, bawaannya capai dan inginnya leyeh-leyeh saja, tanpa berenang lagi. Asumsi saya, salah satunya, mungkin kolam renang dulunya disediakan untuk mereka yang tidak mau ambil resiko berenang di laut yang jauh dari pengawasan keluarga sehingga berenangnya cukup di kolam renang saja.

Saat duduk di sebuah kursi malas, saya sempat berpikir sejenak, apa yang membuat tempat ini begitu spesial sehingga dijuluki Mutiara Kepulauan. Jika diperhatikan resortnya sebenarnya biasa saja. Fasilitasnya sama atau mungkin hampir sama dengan resort serupa yang ada di Kepulauan Seribu. Air laut yang ada di sekitarnya juga tidak bening-bening amat karena gedung-gedung pencakar langit Jakarta masih jelas kelihatan. Dari dulu saya membuat aturan untuk diri sendiri bahwa selama gedung-gedung di Jakarta masih kelihatan, saya tidak akan berenang di lautnya Kepulauan Seribu karena sering airnya terasa agak lengket karena tercampur ceceran oli dari galangan kapal.

.: Santai Sejenak di Dermaga setelah Kenyang Makan Siang :.
Saat beralih duduk di dermaga saya mendapati pemandangan bahwa pulau ini sering sekali disambangi oleh kapal-kapal mewah carteran dari dermaga Marina, Ancol. Mungkin (sekali lagi saya berasumsi), di antara pulau resort di Kepulauan Seribu yang berjarak dekat dengan kota Jakarta, akomodasi di Ayer paling modern dan nyaman. Selain bisa menikmati fasilitas yang ada, pulau ini tidak termasuk gugusan pulau yang menjadi titik awal sejarah panjang kolonialisme di Nusantara. Karena tak masuk dalam konstelasi pulau sejarah tersebut, pengunjung menjadi seakan punya 'jarak' sehingga mendorong mereka-mereka yang haus akan petualangan sekaligus pengetahuan untuk setidaknya pantang melewatkan tur singkat menuju pulau Unrust, pulau Cipir, pulau Kelor, dan pulau Bidadari yang bisa dijadwalkan oleh pihak resort. Mungkin ini juga yang mendorong Presiden Soekarno senang bertetirah di tempat ini. Meski kelihatannya tidak ada yang terlihat spesial, tetapi justru karena tempat ini dekat dengan pulau-pulau bersejarahlah yang membuatnya menjadi resort premium paling spesial di area sepelemparan pandangan dari ibukota tercinta. []

22 komentar:

  1. Setuju banget kalau tempat wisata di Jakarta itu ada dimana - mana, tapii.. macetnya jakarta juga dimana - mana, itu yang bikin males keliling di jakarta. Gak terlalu efektif dan waktu lebih banyak terbuang di perjalanan euy :( Kalau pulau seribu sih enggak perlu ditanya lagi~ tempat paling deket kalau pengen liat laut di jakarta :) Mau cobain pulau ayer juga eh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha ternyata persepsi kita sama. Kadang aku males banget keluar rumah gara-gara macetnya gak karuan. Tapi begitu tinggal lama di daerah, kadang-kadang kangen juga suasana macet yang tiada tara itu hehehe :')

      Ayer cocok juga buat bulan madu lho ;)

      Hapus
  2. Eh Die, di pulau Ayer ada berapa resor sih? Jangan-jangan resornya itu yang bikin pulau Ayer disebut sebagai Mutiara Kepulauan karena jadi bikin apa-apa di sana jadi mahal? Hehehe :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu doang sih. Mungkin karena semuanya harus 'diimpor' dari Jakarta daratan, makanya jadi serba mahal. Hiks :'(

      Hapus
  3. Aku dah lama banget ngak ke pulau seribu, kayaknya dah setahunan. Jadi kangen kesana :-)
    Tapi ayer ini lumayan mahal yessss

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Ayer lumayan mahal sih dibanding apa yang bisa didapet. Dengan harga segitu, bisa kali leyeh-leyeh di Bali pakai kancut doang ;)

      Hapus
  4. Indah pulau Ayer ini Mas Adie. Saya belum perrnah ke pulau Ayer. ke Pulau seribu saya cuma mampu ke pulau pulau murah saja..hehe.

    http://sederhanaperjalanan.blogspot.com/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, iya nih, sebenernya pulau ini asyik, tapi mahal :'(

      Hapus
  5. Kepulauan Seribu setidaknya masih piliha untuk kabor dari jakarta. Dekat, gak macet dan banyak pilihan. Belum ke Pulau Ayer sih, ya karena mahal tempat nginapnya dan di fasilitasnya bisa didapatkan lebih murah di pulau lain di gugusan pulau seribu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener sih, untuk alasan harga, tempat ini memang agak mahal daripada resort yang lain. Tapi kalau untuk ngabur sejenak dari ibukota yang bisa teng dung sejam-an dari Marina, Ancol sih, pulau ini bisa dijadikan pilihan hehehe ;)

      Hapus
  6. kalau ke Kep. Seribu lebih suka camping di pulau-pulau yang masih kosong. lebih tenang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya banget, itu kalau jalannya bareng teman-teman yang senang backpackeran, kalau yang ikut bos-bos, jalannya musti slow banget dan nginepnya di resort yang agak mihil hehehe ;)

      Hapus
  7. Baru tau kalau ada pulau keren kayak gini di Jakarta. Kalau boleh tau pulau-pulau yang ada di taman nasional kepulauan seribu udah dikelola semua ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bilang dikelola, sebenarnya semua pulau di bawah pengawasan bidang pariwisata pemda DKI Jakarta, tapi kalau pengelolaan, ada yang dikelola swasta, ada juga yang dikelola oleh penduduk setempat karena pulaunya berupa kampung nelayan, dsb. Tapi, masih ada juga kok pulau-pulau di kawasan Pulau Seribu yang masih kosong tak berpenghuni. Coba aja jelajahi pulau-pulau sekitar Pulau Macan, Pari, dan Semak Daun. ;)

      Hapus
  8. Anyer one of the best spot menurutku, banyak pilihan water sportnya terus villa2nya asyik banget, dan disitu ada sebuah kenangan bersama mantan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuiiiih horangkayah. Emang sih fisilitasnya lengkap dan nyaman, secara presiden aja pelesirnya juga di mari kan. Tapi kalau kenangan sama mantaaaan? Kayaknya lo doang tuh. Gw gak punya kenangan apapun sama mantan (laaaaah?) :'(

      *malming kok pada curcol sih*

      Hapus
  9. bisa dicoba nih... thn ini dan thn dpn aku lg ga bisa traveling keluar dulu sementara krn ada yg mw dibeli :D.. Jd mungkin wisata2 yg deket bgini jd alternatif sementara...udh 9 thn di jkt blm prnh nih mas maen2 kesana.. -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuih, mau beli mobil nih kayaknya hehehe. Iya, saking banyaknya pulau di Kepulauan Seribu, jadi banyak yang belum dieksplorasi hehehe. Sempatkanlah selagi ada waktu dan dana hahaha ;)

      Hapus
  10. Jakarta emang full tempat liburan cuma lama perjalanan makan 1/2 waktu dari lama liburannya.. haduh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, ada 'celahnya' kok mas kalau udah nge-blend tinggal di sini ;)

      Hapus
  11. keren bang, saya juga belu lama pernah main kesini. nginep gak bang??
    cek cerita saya tentang pulau ayer ya bang.. makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe terima kasih sudah mampir. Saya gak nginep. Tek dung saja satu hari :)

      Hapus