Minggu, 19 Januari 2020

Balon Raksasa di Langit Cappadocia

.: Up In The Air :.

Cappadocia yang menghampar di jantung Anatolia, Turki kerap dijadikan rujukan untuk wisata balon udara. Meski bukan satu-satunya, tapi balon udara Cappadocia hampir selalu dijadikan bucket list oleh kebanyakan pejalan dari seluruh dunia saat mengunjungi Turki. Saya saja sampai bosan ditanya orang-orang di bus saat menuju Desa Göreme.

"Mau naik balon udara ya," duga mereka.

Begitu populernya wisata balon udara ini sampai-sampai setiap penginapan pun sepertinya bisa mengurus pendaftaran paket wisatanya. Harganya bervariasi, tergantung kapasitas keranjang dan jumlah peserta yang ikut. Berkisar antara US $140-$200. Jumlah yang cukup 'mahal' jika dibandingkan dengan keseluruhan biaya yang saya keluarkan untuk #TurkeyTrip ini.

"Sepadan kok dengan pengalaman yang didapat. Kamu bisa lihat betapa meriahnya balon udara di Cappadocia. Kalau cuaca cerah, bisa jadi sampai 200 balon yang mengangkasa," kata Emre, resepsionis tempat saya tinggal selama di Göreme.     

Berhubung hanya 'mampir' saja di Göreme dan tidak tinggal lama, saya sengaja tidak mendaftar untuk ikut tur balon udara. Sebagai gantinya, saya akan menikmati panorama Cappadocia dan atraksi balon udara dari bukit di belakang penginapan. 

.: 'Bandara' Balon Udara :.

Demi tidak mau melewatkan atraksi 'spektakuler' balon udara, saya sudah bangun sejak pukul 04.00 pagi waktu Göreme. Saya keluar kamar untuk melihat cuaca. Langit tampak cerah. Bintang bertaburan di seantero langit berpadu dengan kerlip lampu-lampu di penjuru desa.

Namun, suhu pagi itu begitu dingin membuat gigil. Gila. 0 derajat Celcius. Pengalaman pertama dibekap suhu kulkas di kawasan terbuka. Saya segera kembali ke kamar yang memang dilengkapi dengan pemanas ruangan. Untuk menghangatkan badan, saya mandi air panas. Setelah salat subuh, bersama kawan dari Suriname yang menginap di sebelah kamar, saya berangkat menuju bukit di belakang penginapan.

Meski lokasinya persis di belakang penginapan, saya harus memutar melewati jalan melingkar dan berliku untuk sampai ke puncak bukit. Jalurnya berupa jalan setapak yang melewati kompleks rumah-rumah batu Desa Göreme. Rasanya seperti berada di dalam labirin. Saya sempat tersesat dan dikejutkan oleh keberadaan anjing galak. Untunglah bantuan datang tepat waktu entah dari mana.  

.: Balon-Balon Udara Mulai Mengudara :.

Saya 'diselamatkan' oleh seekor anjing baik hati dan dituntun langkahnya menuju jalan tembus lain yang lebih dekat untuk menuju bukit. Begitu sampai di sebuah dataran lapang di atas bukit, sudah banyak pengunjung yang menunggu atraksi balon udara. Untung belum mulai. Langit masih gelap.

Dari ketinggian, saya bisa melihat jalanan Desa Göreme yang mulai ramai lalu lalang kendaraan pengangkut balon udara. Mereka berhenti di sebuah tanah lapang tak jauh dari lokasi Göreme Open Air Museum. Dengan jarak yang diatur sedemikian rupa sehingga tetap rapi, satu persatu balon udara mulai mengembang. 'Kompor' pemanas balonnya bersuara keras layaknya kompor gas tukang gorengan. Meski jauh, saya bisa mendengar suaranya.

.: Desa Göreme dengan Taburan Balon Udara (1) :.

Begitu semburat kemerahan di langit mulai mencuat, satu persatu balon mulai mengudara. Dari prosesnya terbang, saya mengamati balon-balon ini bergerak mulus saat mengangkasa. Dari Emre juga saya tahu bahwa balon-balon ini dipandu oleh seorang pilot balon udara yang bersertifikat. Jadi, mereka memang sudah terlatih untuk menerbangkan dan menurunkan balon di titik yang dituju.

Tak membutuhkan waktu lama sejak balon-balon tersebut mulai mengudara, langit Cappadocia segera saja ditaburi dengan bola bulat warna-warni dalam berbagai ukuran. Saya memperkirakan jumlahnya lebih dari 100 balon pagi itu saking rekatnya.

Entah mengapa, tiba-tiba saja saya merasa sedang berada di negeri antah berantah. Kombinasi lanskap yang dijejali batu-batu berbentuk aneh, dipadu dengan warna-warni balon udara dengan berbagai ukuran, panorama yang disajikan begitu ajaib dan mengundang decak kagum. Saya tak henti-hentinya mengucap subhanallah saat menyaksikan panorama ini. Pantas saja orang rela datang jauh-jauh dan membayar mahal untuk menikmati pengalaman ini. Saya yang tidak naik balon saja bisa merasakan keajaiban itu, apalagi yang menikmatinya dari langit Cappadocia.     

.: Wingardium Leviosa :.

Balon-balon ini beterbangan ke sana ke mari di selingkungan Desa Göreme dan sekitarnya. Saya amati arah terbangnya membelakangi matahari terbit. Mungkin biar tidak silau. Dari bukit tempat saya berdiri, balon-balon ini melayang di atas rumah-rumah warga, di hamparan tanah gersang., meliuk-liuk di antara pilar batu, dan mengudara lagi di ketinggian tertentu. Semua tampak menyebar dengan ketinggian terukur.

Saya tiba-tiba teringat dengan balon-balon udara yang diterbangkan secara amatir di Indonesia. Beberapa diprotes dan dianggap mengganggu lalu lintas udara karena memang tidak berizin, tidak diukur dan dikendalikan proses terbang dan mendaratnya, hanya mengejar euforia terbangnya balon udara saja. Balon tampak bebas saja mengudara sehingga berpotensi mengganggu lalu lintas udara. Begitu berbahayanya. 

.: Desa Göreme dengan Taburan Balon Udara (2) :.

Meski bergerak dengan lambat, balon-balon udara Cappadocia cepat sekali berubah formasi. Saya sampai harus berlari ke sana ke mari untuk mengambil gambar terbaik agar tidak ketinggalan momen. Beberapa saya nikmati dengan mata telanjang. Beberapa yang lain saya abadikan dengan kamera.

Keasyikan dalam mengambil gambar balon udara, saya sampai tidak merasa sudah terpisah dari kerumunan pengunjung. Saya berada di ujung sebuah bukit yang menghadap bagian lain dari Desa Göreme. Sendirian. Saya melihat bebatuan yang lebih unik daripada yang sudah saya lihat di Göreme Open Air Museum.

Selain lembah dengan hamparan stepa, pilar-pilar aneh berbentuk alat kelamin pria dalam ukuran superlatif berjejer seperti rudal perang. Saya sampai terbengong dibuat takjub berkali-kali. Lalu tersenyum geli. Betapa alam begitu lembut mengukir batuan menjadi bentuk-bentuk aneh yang mencengangkan. Dan betapa besar kuasa Ilahi membuatnya demikian.

.: Batu-Batu yang Mirip dengan Nganu 😋 :.

Lalu tiba-tiba, entah dari mana datangnya, saya digonggongi oleh dua ekor anjing yang muncul dari semak-semak. Ukurannya besar sekali. Saya sampai kaget dan dibuat berdebar. Mampus deh. Mana jauh pula dari orang-orang kalau harus teriak minta tolong.   

Melihat kepanikan saya, semesta sepertinya begitu cekatan memberikan pertolongan. Seekor anjing baik hati yang tadi menuntun saya menuju bukit, menggonggong dengan keras dan berlari kencang ke arah saya seperti hendak melindungi dari dua anjing galak tadi. Saya pun berusaha tenang. Anjing-anjing ini bergelut seperti bercengkerama dan berkejaran sehingga membuat saya bisa mengendap perlahan untuk kembali menuju kerumunan orang.

Dalam perjalanan menuju kerumuman, saya kembali 'menemukan' sisi lain Desa Göreme yang sudah dibangun menjadi sebuah kompleks penginapan premium dengan masing-masing kamar dalam satu batu karang. Terlihat privat sekali areanya. Kamar-kamar ini dihubungkan dengan jalan setapak berundak. Tapi, begitu tahu kalau di suatu sudut penginapan premium tadi 'dijaga' oleh anjing galak yang juga menggonggong ke sana ke mari di bawah sana, saya segera melipir menuju kerumunan pengunjung. 

.: Sudut Lain di Kawasan Sunrise Point Desa Göreme :.

Matahari mulai merekah di ufuk timur. Balon-balon udara juga banyak yang sudah mendarat. Atraksi balon udara memang tidak lama. Durasinya sekitar satu hingga satu setengah jam. Saya menikmati beberapa balon udara yang masih melayang di kejauhan dengan duduk-duduk santai di bibir tebing yang menghadap desa. Suasananya sungguh tenang sekali. Tiba-tiba, anjing baik hati tadi bergabung dengan saya, menikmati suasana Desa Göreme yang mulai menggeliat.

Saya benar-benar dibuat tercengang dengan beberapa kejadian pagi ini. Perasaan seperti campur aduk antara takjub dengan panorama yang sungguh magical dan pengalaman unik yang tidak akan pernah saya lupakan. Perjalanan memang kerap memberikan kejutan, perlahan-lahan mengantarkan kita pada kejadian ajaib, hingga akhirnya mengendap menjadi kenangan tak terlupakan. Untuk itulah, saya pikir, perjalanan-perjalanan ini harus tetap dilakukan. []  

28 komentar:

  1. Saya juga termasuk turis yang mengejar balon udara ke Cappadocia hihi. Padahal di beberapa negara lain ada balon udara juga seperti Bagan, Myanmar~ cuma tetap yang di Turki yang paling fenomenal, mungkin karena dari dulu sudah terngiang-ngiang harus ke Cappadocia, jadi pas kesempatan itu datang, nggak mau dilewatkan :D

    Meski saya juga sama seperti mas Adie, lihatnya pasti dari bawah karena saya nggak berani naik balonnya hahahaha. Saya suka balon udara mungkin karena efek kebanyakan menonton disney juga sepertinya :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bener banget. Sebenernya di Turki pun ada dua lho. Satunya lagi di Pamukkale. Seperti saat ini akibat cuaca yang kurang kondusif, kalau gak bisa di Cappadocia biasanya turis bisa punya opsi naik balon udara di Pamukkale.

      Cuma memang pemandangannya kurang spektakuler macam di Goreme ini. Keren lah :)

      Hapus
  2. Sensasi naik balon udara pasti beda sama naik pesawat ya kang. Lihat gambarnya aja udah bikin ngiler apalagi yang merasakan sendiri. Sayangnya harganya cukup lumayan mahal ya.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha mahal bangets. View yang bagus ditambah durasi yang singkat biasanya memang meninggalkan kesan mendalam. Cobain deh suatu saat :)

      Hapus
    2. Nyobain kereta gantung di Ancol saja yang harganya 50k udah kapok, apalagi ini harus keluar negeri..😁

      Hapus
    3. Hahaha ya begitulah. Traveling itu memang 'hasilnya' tidak bisa dilihat macam kalau kita beli mobil atau barang.

      Makanya, bisa jadi generasi 'lama' orang Indonesia agak kurang bisa menerima konsep hidup seperti ini :)

      Hapus
  3. Yaa ampun mas, indah bangeeeet. Langitnya juga. Dududdu
    Auto bayangin lagi liat langsung, btw kl aku yg dikejar anjing gt udah nangis teriak2. Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe emang bagus banget ini pemandangannya. Aku aja sampe takjub banget :)

      Nanti aku tulis di postingan selanjutnya. Gak semuanya anjing jahat kok. Ada yang baik juga :)

      Hapus
  4. Lanskapnya outlandish banget, seperti gambar-gambar dalam komik Doraemon seri petualangan. Habis baca tulisan ini kok ya saya jadi pengen main ke sana pas musim balon udara. Bawa termos, seduh kopi, terus melamun sambil lihat-lihat pemandangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha ide cemerlang. Harusnya memang bawa kopi ini pas pagi hari. Kalau naik balon udara sih begitu mendarat dapat champange atau minuman apa gitu dari operator turnya :)

      Semoga segera kesampaian yak ;)

      Hapus
  5. Duluuu aku sempet masukin naik balon udara di Cappadocia dlm bucket listku. Tapi pas tau, balon udara ini ada di beberapa tempat, aku berubah pikiran. Kalo buatku pribadi, ga ptg background nya seperti apa, yg ptg bisa rasain naik balon :p. Jadilah akhirnya aku pilih naik balon udara di Vang vieng Laos. Jauh LBH murah dengan latar gunung karst, tp ttp aman.

    Yg paling fenomenal memang yg di Turki ini, mungkin Krn itu jg harganya jauh LBH mahal :D. Setidaknya aku ga penasaran lagi pengen ngerasain :D. Kalo nanti bisa balik ke Cappadocia, bisa sekedar liat2 pemandangannya aja :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang menarik kedua atraksi balon udara gini ada di Bagan, Myanmar. Itu salah satu yang aku pengen datengin saat ini.

      Kalau di Turki ini ada lagi di Pamukkale. Ada banyak sih sebenernya. Bahkan, meski dalam skala kecil, di Penang pun ada lho. Putrajaya Kuala Lumpur juga katanya ada, tapi kayaknya ala ala aja. Eh, di Bali juga ada. Tapi balonnya memang gak massal begini.

      Cappadocia lah teteup pilihannya kalau urusan perbalonudaraan begini :)

      Hapus
  6. Tenan Turki marai saya ingin kesana. Next ketika umroh ingin ambil sekalian turki kemudian mampir capadocia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak banget orang Indonesia di Istanbul. Kebanyakan yang paketannya sama umroh sih. Tapi, kemarin itu emang gak ketemu sama orang Indonesia sama sekali selain di Istanbul.

      Menyenangkan sih. Ya paling tidak, bisa sekalian mengasah kemampuan bahasa Turki dan Inggris saat jalan sendirian :)

      Hapus
  7. saya masukin ini ke list kalau suatu hari nanti travel ke turki mas, sebenarnya udah rencanain buat tahun ini haha, tapi duitnya ditabung untuk modal nikah dan kpr rumah... kwkwkw...

    semoga suatu saat bisa main kemari, ga habis, indaah sekali ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah, semoga kesampaian ya. Diniatkan saja mz. Kalau diniatkan biasanya ada usaha lebih untuk mendapatkannya hehehe. Good luck :)

      Hapus
  8. capadocia turki, tempat destinasi impian nih sm calon nanti hhehe. semga bsaa

    BalasHapus
  9. busyet, mahal juga ya... 200 dolar? hmmm, gak cukup isi dompet ane sob... hehe... :D
    tp asik juga tuh... kira2 bisa bikin mabok balon udara gak? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe memang lumayan mahal sih bagi turis Indonesia dengan budget terbatas. Tapi atraksi ini layak kok dicoba minimal sekali seumur hidup. Harga tersebut bisa fluktuatif tergantung musim dan isi keranjang. Nabung lah biar bisa menikmati pengalaman tersebut :)

      Karena terbangnya pagi dan suhunya bisa drop, kalau badan lagi tidak fit ya bisa masuk angin. Tapi jangan khawatir, biar gak kedinginan, mendekatlah ke 'kompor gas'nya biar agak hangat :)

      Hapus
  10. Luar biasa, Mas, pengalamannya! Dokumentasi dan ceritanya apik. Semoga nular buat ke sana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Banyak tiket promo kok ke Istanbul dari Jakarta. Nabung aja dari sekarang biar segera kesampaian :)

      Hapus
  11. senoroknya kalau dapat naik belon panas ini...

    dari info yang pernah saya baca, harga untuk naik belon panas ini, yang paling mahal di Bagan, Myanmar. kedua barulah di Cappdosia. paling murah, di Luxor, Egypt. tapi satu pun saya belum pernah menaikinya heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali. Bagan is the most expensive. Saya akan ke sana Oktober tahun lepas, tapi tak jadi. Sebab ada hal yang perlu saya selesaikan.

      Yaah, It's always a next time for everything, right? :)

      Hapus
  12. di kei tali ora kuwi, ngko nek saling bertabrakan piwe

    BalasHapus