Minggu, 24 Juni 2018

Kuala Lumpur dalam Sekejap Mata

.: Selamat datang di Kuala Lumpur :.

Hari kedua lebaran di Kuala Lumpur berjalan tanpa kejutan berarti. Saya bangun pagi dan mendapati langit begitu sendu. Sisa hujan malam tadi. Lantai kolam renang masih basah. Embun mengambang di udara. Munudungi pucuk-pucuk gedung yang menjulang ke angkasa.  

Tak mau digiring kembali oleh hawa dingin untuk meringkuk di balik selimut, setelah subuh saya segera mengambil sepatu lari. Pagi yang menerbitkan semangat harus diawali dengan sesuatu yang membangkitkan energi. Saya berlari ringan menyusuri Dataran Merdeka yang suasananya tak kalah syahdu. Sepi. Palagan Standard Chartered Kuala Lumpur Marathon ini seperti meringkuk dalam hening.

Dalam keadaan seperti ini, saya bisa leluasa mengambil gambar dengan latar bangunan bersejarah tanpa ada halangan yang berarti. Bahkan, saya sempat berpikir bahwa seharusnya jam-jam seperti inilah waktu paling baik untuk jalan-jalan. Belum ada pejalan lain yang memulai harinya. Bahkan, signage I💓KL pun masih sepi dari infasi pengunjung. Tapi niatan saya bukan itu. Hari ini jadwal saya adalah keliling kota Kuala Lumpur dengan berganti-ganti moda transportasi.

.: Semacam Alun-alun di Tengah Kota :.

Untuk itu, setelah sarapan pagi, saya segera beranjak keluar dari hotel untuk memulai perjalanan. Kadang saya agak terkejut sekaligus takjub. Betapa cuaca begitu cepat berganti tanpa permisi. Hal ini juga yang pada akhirnya mengajarkan saya untuk lebih cerkas dalam menyiapkan segala sesuatu sebelum memulai perjalanan. Berhubung siangnya saya ingin main ke Melaka, maka berikut inilah beberapa hal yang bisa saya lakukan saat keliling Kuala Lumpur dalam waktu setengah hari.

.: Light Rail Transit Rapid KL :.
Naik Light Rail Transit (LRT)

Saat di Indonesia masih ribut saja soal mana yang lebih murah antara biaya pembangunan jalur LRT bawah tanah dan jalan layang, Malaysia sudah jauh lebih dulu memiliki keduanya.

Ongkosnya cukup terjangkau dan jalurnya mudah dimengerti. Jadi, sangat menghemat biaya untuk yang ingin jalan-jalan di Kuala Lumpur dengan dana terbatas. Yang belum pernah ke Palembang, atau yang mau pemanasan dulu sebelum menikmati LRT di Jakarta yang baru akan beroperasi tahun depan, bisa mencoba di Kuala Lumpur dulu.

Dari stasiun Pasar Seni menuju stasiun KLCC, kita bisa merasakan pengalaman menikmati jalur jalan layang lalu masuk ke jalur bawah tanah. Kecuali sedang terburu-buru, saya sih hampir selalu memilih posisi berada di ujung gerbong agar bisa melihat 'lorong' saat berada di jalur bawah tanah. Rasanya seperti naik wombat menembus perut bumi.  

Mengunjungi Menara Kembar Petronas dan Taman Suria KLCC

.: Menara Kembar Petronas :.

Sebagai warga ibokata Jakarta yang sudah mahfum dengan keberadaan Monumen Nasional (Monas), rasa-rasanya saya selalu terpesona melihat bangunan tinggi dengan klaim-klaim tertentu. Menara Kembar Petronas sebagai tengara kebanggaan Malaysia dibangun tahun 1992-1998. Menara ini diresmikan dan mulai beroperasi tahun 1999. Pernah bertengger sebagai bangunan paling tinggi sejagat hingga akhirnya dipatahkan oleh keberadaan Taipei 101 pada tahun 2004.

Saya bertandang ke sini karena ingin mengunjungi Toko Buku Kinokuniya di lantai 5 Mal Suria KLCC. Entah mengapa, saya hampir selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi toko buku ini sekadar untuk melihat-lihat buku yang dipajang di raknya.

.: Kolam Air Mancur di Taman Belakang Suria KLCC :.

Setelah puas keliling mal, tak lupa saya 'melemaskan' otot mata dengan mengunjungi taman di belakang Suria KLCC ini. Tamannya cukup luas. Ada tempat untuk lari dan berenang. Cocok digunakan sebagai tempat melepas penat. Yang menarik, kolam airnya dilengkapi dengan 'atraksi' air mancur menari di jam-jam tertentu. Yang tidak mau keluar uang untuk beli air minum, di beberapa sudut taman belakang Suria KLCC ini juga disediakan air minum gratis yang bisa ditampung di tempat minum. Begitu bahagianya, saya sampai menandai pancuran air minum yang menyediakan air dingin. Sungguh, tempat ini merupakan favorit saya untuk lari pagi saat berada di Kuala Lumpur.

.: Bus Gratis Go KL :.
Naik Bus Gratis Go KL

Seperti halnya di Jakarta yang ada tur dengan bus gratis keliling kota, Kuala Lumpur juga menyediakan bus gratis untuk keliling beberapa tempat di penjuru kota. Bentuk busnya tidak tingkat tapi lumayan nyaman. Mirip sekali dengan bus TransJakarta tapi menurut saya lebih 'ramah' penumpang. Apalagi penumpang lansia. 

Saat menunggu bus ini di depan Mal Suria KLCC, saya memerhatikan ada satu bus yang kebanyakan diisi penumpang lansia. Senang melihat mereka bisa ceria jalan-jalan keliling kota dengan sarana transportasi yang nyaman. Berhubung waktunya sudah mepet sekali, saya urung naik bus ini dan kembali naik LRT menuju stasiun Pasar Seni.

Kuil Shri Maha Mariamman Kuala Lumpur

Inilah akibatnya kalau malas membaca. Saya sebelumnya sudah pernah membaca sambil lalu tentang keberadaan kuil ini. Berhubung pernah mengunjungi kuil yang sama di Medan dan Singapura, saya bertekad untuk bersambang juga kuil Shri Maha Mariamman di Kuala Lumpur. Saya pikir lokasinya di luar kota yang harus ditempuh dengan naik bus terlebih dahulu. Setelah saya baca ulang informasinya, ternyata lokasi kuil ini tak jauh dari tempat saya menginap. 

.: Kuil Shri Mariamman Kuala Lumpur :.

Dibangun pertama kali tahun 1883. Tapi, kuil yang ada sekarang merupakan buah restorasi yang dilakukan tahun 1960-an. Kuil ini tidak terlalu besar. Fasadnya mungil dengan ukiran relief kisah Ramayana di pucuk bangunannya. Kalau tidak jeli melihat atapnya yang menjulang di antara bangunan ruko dan memerhatikan penjual kelengkapan sesaji untuk berdoa, saya akan melewatkan bangunan ini karena berada di jalur ramai kompleks pecinan. Sungguh ajaib memang, kuil India Tamil yang lokasinya dikepung oleh bangunan dengan langgam Tionghoa. Konon, tempat ini begitu ramai saat perayaan Thaipusam berlangsung yaitu saat prosesi pengarakan patung Dewa Murugan ke Batu Caves.

Melintas Sejenak di Kawasan Jalan Petaling

.: Jalan Petaling yang Legendaris :.

Kalau tidak melihat adanya deretan lampion merah yang menggantung di tengah jalan, mungkin saya akan melewatkan jalan ini. Padahal, pamornya tak kalah legendaris dari tempat-tempat terkenal di Kuala Lumpur. Lokasinya tak jauh dari kuil Shri Maha Mariamman. Semacam Pasar Baru di Jakarta, Jalan Petaling merupakan lokasi untuk berburu pernak-pernik untuk oleh-oleh semacam gantungan kunci, tas, sepatu, kaos, dan lain-lain dengan harga relatif terjangkau. Mulai sore, jalan ini disulap menjadi kawasan bebas kendaraan bermotor dan dijejali dengan beragam restoran yang menawarkan menu Chinese Food.

Segitiga Bersejarah yang 'Misterius'

Menjelang tengah hari, saya bergegas kembali ke hotel melewati jalan-jalan kecil yang membelah ruko-ruko kuno. Ada satu sudut di kawasan Pecinan Kuala Lumpur ini yang disebut sebagai kawasan Segitiga Bersejarah. Areanya tak terlalu luas. Hanya berisi taman sederhana dengan pohon cukup rindang, tempat duduk santai, dan penanda kawasan.

.: Kawasan Segitiga Bersejarah Kuala Lumpur :.

Tak ada penjelasan lebih lanjut tentang mengapa kawasan itu disebut sebagai Segitiga Bersejarah. Saat berselancar di dunia maya pun, saya tidak menemukan penjelasan yang memuaskan tentang kawasan ini. Mungkin, seperti kawasan segitiga serupa di tengah laut yang keberadaannya penuh misteri, saya berasumsi bahwa kawasan segitiga yang ini sengaja dibiarkan begitu saja dan tidak ada bangunan permanen yang bercokol di atas tanahnya karena sesuatu hal yang memang pantang dijelaskan alasannya.  

Mampir Sejenak di Central Market

Pada dasarnya, saya suka juga jalan-jalan di pasar tradisional. Hal ini mengingatkan kenangan saat saya harus berbecek ria membantu ibu belanja sayuran untuk kebutuhan sehari-hari di pasar. Nah, saat masuk kawasan Central Market, kenangan itu seperti berputar kembali.  

Central Market ini awalnya merupakan pasar basah di episentrum Kuala Lumpur masa lalu. Dibangun tahun 1888 dan direstorasi 1937. Sempat akan dibongkar dan diganti dengan bangunan gedung baru tapi berhasil 'diselamatkan' atas usaha keras kelompok Malaysian Heritage Society dalam melobi pemerintah. Demi menunjang promosi pariwisata dan merawat bangunan sepuh, pasar ini disulap menjadi sentra kerajinan ekslusif. Harga barang yang ditawarkan memang relatif lebih mahal daripada barang serupa yang dipasarkan di kawasan Kasturi Walk di samping gedung. Tapi, jika hanya sekadar untuk 'cuci mata' melihat kerajinan unik produksi Malaysia, pasar ini pantang untuk dilewatkan. 

.: Central Market :.

Saya meninggalkan Kuala Lumpur saat tengah hari sudah lewat. Langit kelewat cerah. Bahkan cenderung terik. Saya baru sadar bahwa jalanan di depan hotel termasuk jalur macet juga. Lagi-lagi, saya merasa beruntung karena memilih moda transportasi LRT sebagai sarana untuk bepergian selama di Kuala Lumpur. Mungkin belum semua sudut saya jelajahi dengan agak jenak. Tapi setidaknya, saya jadi mempunyai alasan untuk kembali ke kota ini di kemudian hari. []

13 komentar:

  1. Kalo lg musim peralihan, cuaca di malaysia bisa sekejab aja ganti. Aku pernah loh, pas kuliah, lg nyuci baju, trus dijemur mednadak hujan hahahaha. Padahl tadinya puanaaas banget. Lgs dong angkat jemuran, eh, 5 menit kemudian panas lg. Dikerjain bener aku :p. Ibu kos sampe ngakak.

    Aku baru tau ttg segitiga bersejarah itu loh mas. Coba ya aku tanya ama temen2ku yg org sana. Mungkin ada yg ngerti sejarahnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha selama mampir di Malaysia belum pernah nyuci-nyuci sih. Tapi kalau payung selalu bawa. Buat jaga-jaga kalau tiba-tiba hujan :)

      Hapus
  2. Jadiiiiii, setelah aku tanya dosenku yg juga pengajar sejarah di kampus,
    yg dimaksud segitiga bersejarah itu adalah Stasiun kereta api yg udh berdiri selama 102 thn, pasar seni yg Juga udh lama banget berdirinya dan trakhir bangunan abdul samad yg didirikan 1884, namanya diambil dr nama penguasa di tahun itu :). 3 bangunan ini kalo ditarik garis, akan membentuk daerah segitiga :)

    Bangunan abdul samad itu dejet dataran merdeka kok mas. Yg bangunanya klasik, ada jam di puncaknya. Itu jam masih bekerja sampe skr. Kamu ngeliat juga seharusnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin yang Mbak Fanny sampaikan itu benar. Area yang dilingkupi ketiga titik bangunan bersejarah itu membentuk kawasan yang disebut Segitiga Bersejarah. Namun, yang dimaksud Segitiga Bersejarah di tulisan ini merupakan kawasan seupil di daerah China Town Kuala Lumpur. Areanya sempit sekali yang dikepung tiga jalan kecil yaitu Jalan Petaling, Jalan Leboh Pudu, dan pedestrian Jalan Tun HS Lee. Coba ditanyakan lagi ke dosen sejarahnya. Mungkin beliau lebih paham tentang hal ini. Ih, btw, seneng lho bisa diskusi begini. Jarang banget bahasan di blog ini dikomen dengan 'serius' oleh pembacanya. Jadi semangat nulis aja. Terima kasih lho mbak ;)

      Hapus
  3. yang menjadi perhatian saya adalah bagaimana 'budaya' masyarakat disana?

    kok bisa itu kota tetap cantik ya...
    padahal karakteristik indonesia dan malaysia sebenarnya sama, sama sama melayu.. bahasa pun sama.. bahkan religi pun tidak jauh berbeda..

    tapi kenapa kok bisa berbeda sekali antara kecantikan malaysia dan indonesia?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya ada pada pola pikir yang diulang-ulang dan menjadi kebiasaan hidup. Berawal dari hal-hal kecil dan sederhana seperti membuang sampah pada tempatnya, tidak mencoret dinding, dan sebagainya.

      Banyak juga kok sebenarnya bangunan tua di Indonesia yang tidak kalah cantik. Tapi lagi-lagi, kita agak kurang telaten saja dalam merawatnya. Hiks :'(

      Hapus
  4. Gua tertawa aja Bray, Indonesia ribut masalah a atau b, negara lain udah c hehe,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha semoga C yang dimaksud di sini merupakan ukuran yang lebih maju dan modern ya bray wkwkwk :P

      Hapus
  5. Aku jadi ikut penasaran soal Segitiga Bersejarah.. Kejawab di komen Mba Fanny, tapi ternyata mungkin ada kemungkinan lain ya kalo dari lokasi yang ada di for itu.. Aku kalo ke KL pingin banget nyobain bus Go KL sama hop hop-nya yang tingkat ituuu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Jadi memang ada dua kawasan segitiga yang dibahas. Segitiga Bersejarah saya maksud di postingan ialah area kecil yang di Chinatown yang dibatasi oleh Jalan Petaling, Jalan Leboh Pudu, dan pedestrian Jalan Tun HS Lee.

      Sedangkan yang dimaksud Mbak Fanny itu mencakup kawasan yang lebih luas lagi, berbeda kawasan dengan yang disebut dalam postingan.

      Bus Go KL dan Hop On Hop Off menawarkan sensasi dan pengalaman keliling Kualalumpur yang pantang dilewatkan. Sempatkan kalau sedang berkunjung dan mempunyai sedikit waktu luang :)

      Hapus
  6. Halo, maaf saya tidak bisa bahasa Arab. Hiks :'(

    BalasHapus
  7. wah, menarik ya mas itinerary-nya.
    saya penasaran sama Toko Buku Kinokuniya di lantai 5 Mal Suria KLCC. nemu apa aja di sana mas?

    ehiya, tos dulu mas buat sesama pengguna bus gratis goKL haha. saya juga kalo ke sana naik itu, gratisan hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak buku yang saya gak nemu di Kino PS bisa saya dapat di Kino KL. Senang lah pokoknya begitu tahu ada Kino di KL hehehe :)

      Hapus