Sabtu, 24 September 2016

Lari Jelajah Negeri

.: Hamparan Peta Indonesia di 'Danau' Taman Mini Indonesia Indah :.

Satu hal yang menjadi mimpi saya sejak kecil adalah melakukan perjalanan keliling Indonesia. Saya belajar, bekerja, menabung, lalu saat semua sudah terkumpul, saya mengajukan cuti ya untuk mewujudkan salah satu mimpi saya tadi. Mengingat Indonesia itu luas sekali, mau tidak mau, saya kerap berhitung, menimbang-nimbang sesuai kemampuan untuk memilih daerah mana yang akan menjadi tujuan saya berikutnya. Sejauh ini, selain Maluku dan Papua, semua pulau besar di Indonesia sudah pernah saya jejak. Dan kesemuanya meninggalkan kenangan yang menyenangkan.

Tetiba saja, saat mengikuti lari di Taman Mini Indonesia Indah, kepingan kenangan tersebut muncul kembali. Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang diresmikan Presiden Soeharto tanggal 27 April 1975 ini menjadi semacam 'wahana' belajar saya sejak kecil tentang Indonesia. Saat duduk di bangku kelas 4 SD, saya 'dihadiahi' orang tua tamasya keliling Jakarta dan Puncak. Salah satunya adalah main di TMII. Saat naik gondola melintasi danau dengan miniatur peta Indonesia itulah momen tebersit keinginan saya untuk keliling Indonesia muncul setelah bertahun-tahun sebelumnya diminta membaca peta buta Indonesia oleh ayah.

.: Saat pelari 'dilepasliarkan' :.

Seperti memutar ulang kenangan masa lalu, Minggu pagi tanggal 18 September 2016 saya ikut ajang lari bertajuk Compressport Heritage Run 2016 di TMII untuk kategori 10K. Jalurnya menarik sekali karena mengelilingi kawasan TMII. Dalam hati, saya sudah berdamai dengan diri sendiri untuk tidak mengharapkan capaian personal best (PB) di race ini karena sudah bisa dipastikan, saya akan banyak berfoto di sepanjang jalur.

Acara dibuka tepat jam 06.00 WIB dan pelari 'dilepasliarkan' bersamaan dengan bunyi dentuman pistol. Jalur awalnya cukup lega karena dipusatkan di area parkir depan Keong Mas. Namun, setelah melewati tikungan pertama, jalur lari yang berupa jalan kecil layaknya gang perumahan ini terasa sempit dijejali ribuan pelari. Saya memandang, mungkin ini semacam 'kebiasaan' tidak baik yang belum sepenuhnya dipahami oleh para pelari terutama pelari hore doyan swafoto, pelari stroller, pelari eksis doyan rumpi, dan jenis pelari lainnya. Bahwa mendahulukan pelari yang berusaha lari lebih cepat, memberi tempat kepada pelari dengan pace yang lebih kencang untuk berdiri dahulu di dekat garis start, belum dipahami oleh sebagian besar pelari. Akibatnya, saya memerhatikan, banyak sekali pelari yang pace-nya lebih cepat, berlari zig-zag untuk mencari jalur 'lengang' di antara jenis pelari tadi.

.: Jelajah Nusantara (Lokasi Asli dan Miniaturnya di TMII) :.

Hujan yang mengguyur Jakarta malam sebelumnya seakan menjadi bonus bagi para pelari. Sepanjang jalur, tak perlu risau adanya kepulan debu. Berhubung jalannya memang sempit, jalur lari dapat langsung disterilkan oleh pihak panitia sehingga keberadaan 'penyusup' race dapat dihindari. Beberapa mobil pengunjung yang sudah lebih dulu masuk area TMII sebelum acara dimulai dapat segera dihalau oleh petugas agak tidak membahayakan dan mengganggu kenyamanan para pelari.

.: Selalu Melesat Paling Depan (Dalam Satu Frame Foto Saja) :.

Saya berlari santai saja. Sejauh ini pace-nya masih sesuai target yaitu 5 poin sekian. Namun, setelah memasuki kawasan anjungan, kecepatan lari saya mulai terganggu. Apalagi kalau bukan masalah eksis di depan kamera. Saya mulai pasang mata untuk mencari keberadaan fotografer resmi panitia untuk membuat dokumentasi lari.

Pikiran saya tiba-tiba teringat akan kenangan perjalanan melintasi hutan hujan tropis di Lembah Anai dalam perjalanan menuju Istana Pagaruyung di Solok saat melintasi anjungan Sumatera Barat. Pun saat melewati anjungan Aceh dan Sumatera Utara, terlintas juga bahwa beberapa tahun sebelumnya, saya pernah menyambangi replika pesawat Seulawah di Lapangan Blang Padang, menyusuri pantai cantik yang tergerus tsunami, dan menyempatkan singgah sejenak di Danau Toba.  

.: Istana Anak-Anak :.

Saya sengaja absen untuk berfoto dengan latar anjungan rumah adat dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, dan NTB karena selain mengejar waktu, juga sudah pernah menyambangi rumah-rumah adat di tempat asalnya. Namun, mata saya tetap awas mengamati keberadaan anjungan di TMII. Ada 33 anjungan dari 33 provinsi. Meski sekarang Indonesia sudah punya 34 provinsi akibat pemekaran, anjungan untuk provinsi paling muda yaitu Kalimantan Utara masih tergabung dengan anjungan provinsi induk sebelumnya yaitu Kalimantan Timur. Hanya saja, saya penasaran dengan anjungan Timor Timur. Paska disintegrasi yang terjadi akibat referendum 1997 dan menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste, TMII masih merawat anjungan ini dan mengubah namanya menjadi Museum Timor Timur.

Selain rumah adat dan museum, TMII mengoleksi juga bangunan-bangunan unik seperti keong mas. Selain itu, ada Istana Anak-Anak yang mengingatkan saya akan karakter Oki dan Nirmala dalam majalah Bobo. Majalah ini kerap saya baca saat masih kecil dulu. Saya suka cerita pendeknya dan dongeng-dongeng singkat yang dimuat di dalamnya. Namun, saya tidak masuk ke Istana Anak-Anak karena saat hari Minggu, istana ini penuh pengunjung.

.: Dikejar Mas-Mas. Kejar Akooh Mas, Kejar Akooh :'( :.

Saya justru menyempatkan diri untuk mengambil foto di anjungan Maluku. Anjungan ini seakan menjadi pintu masuk dan referensi daerah yang akan saya kunjungi selanjutnya. Iya. Saya kerap datang terlebih dahulu ke TMII sekadar untuk mencari informasi tentang daerah yang akan saya kunjungi. Paling tidak, saat berada di daerah asalnya, saya bisa menyebutkan nama rumah adatnya berikut tetek bengek terkait adat istiadat daerah setempat. Dan sejauh ini, sepenggal informasi yang saya ketahui sebelumnya seperti ini, sanggup melumerkan percakapan saat bergaul dengan penduduk setempat. Membantu sekali bukan? 

.: Aku Ingin Menjelajah Maluku dan Maluku Utara :.

Saya terus berlari. Sesekali saya berjalan. Di kelokan dan tanjakan yang melewati kawasan Taman Budaya Tionghoa, saya banyak berjalan. Mungkin karena kelelahan. Mungkin juga karena ternyata, walaupun sudah berkali-kali berkunjung ke TMII, ada sudut-sudut tertentu yang luput dari perhatian saya. Contohnya sudut ini. Baru kali ini saya melihat sebuah bangunan bundar laksana tempayan besar. Khas sekali bangunan dari Negeri Tirai Bambu.

Melewati Museum Transportasi, saya kembali memelankan langkah lari. Ada beberapa tanjakan dan kelokan. Selain itu, ada MRT lewat. TMII kadang kala juga merupakan cerminan pembangunan di negara ini. MRT yang sedang dibangun di Jakarta saat ini sebenarnya sudah ada di TMII dari dulu. Hanya saja waktu itu cukup berhenti sebagai wahana wisata saja. Belum dijadikan sebagai alat transportasi massal.

.: Bhineka Tunggal Ika, Berbeda-Beda Tetapi Jomlo Semua :P #eh :.

Dalam waktu satu jam lebih satu menit saya menyelesaikan race ini. Cukup 55 menit saja sebenarnya. Saya hitung, 6 menit sisanya 'dirusak' dengan kesempatan foto-foto. Duh. Tapi tak mengapa, setidaknya, saya menikmati dan jadi lebih tahu sudut-sudut di TMII yang sebelumnya tidak saya lewati karena selalu naik mobil untuk berpindah dari satu area ke area yang lain. Rasanya seperti baru menyelesaikan kegiatan jalan-jalan keliling Indonesia seperti mimpi saya bertahun-tahun yang lalu.

Saat saya sampai di garis finish, area sudah ramai sekali. Selain pelari kategori 10K yang memang sudah lebih dulu menyelesaikan 'tugas' mereka, sudah banyak sekali pelari kategori 5K yang berkerumun di tempat yang sama. Refreshment-nya OK. Saya diperbolehkan mengambil lebih jatah pisang dan minum. Maklum, saya jarang sarapan pagi. Desain medalinya pun tidak kalah menarik. Bentuknya unik. Ada banyak booth hiburan yang mengadakan permainan.

Ada juga wahana permainan anak semacam rodeo bull dan papan selancar. Yang menarik, ada sekelompok duta wisata yang memakai pakaian adat daerah. Saya jadi ingat perhelatan Maybank Bali Marathon 2016 akhir Agustus kemarin yang juga ada penari dengan pakaian adat Bali sebagai ikon lomba. Saya pikir mereka merupakan duta dari pihak TMII. Saya juga menyangka, mereka berasal dari Abang None Jakarta karena acara lari seperti ini juga bagian dari sport tourism. Terus terang, saya cukup terkejut saat salah satu dari mereka bilang kalau duta wisata ini merupakan .... Abang dan Mpok Kota Bekasi. Ya Allah!

.: Kelakuan Anak Perawan dan Yang Sudah Tidak Perawan :.

Meski kompetisi lari ini baru pertama kali dihelat di TMII, secara umum acaranya cukup rapi. Belakangan saya juga tahu bahwa acara serupa juga dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia di hari yang sama. Menyelesaikan race lari kali ini, saya kembali disadarkan akan kenyataan sebagaimana pernah saya alami saat ikut Komodo Sailing Trip di Laut Flores. Bahwa Indonesia itu luas sekali dan sungguh menarik untuk dijelajahi setiap sudutnya. Perjalanan masih panjang kawan. [] #AyoMlayu 

20 komentar:

  1. enak juga lari keliling indonesia ya:))

    Adis takdos
    travel comedy blogger
    www.whateverbackpacker.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak banget kalau ada yang bayarin atau punya dana yang cukup. Indonesia itu indahnya merata dan luas sekali. Hehehe :)

      Hapus
  2. Saya juga punya beberapa tema di Jogja yang suka ikutan lari mas. Kayaknya bulan kemarin ikut di Bali Marathon. Kali aja ketemu, namanya Bagus Gowes. Ada juga yang senang trail atau apa itu, dia sukanya naik ke gunung merbabu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terlalu banyak event lari di Indonesia mas. Seneng juga sih kalau bisa kenal banyak pelari atau (bahkan) bisa lari bareng hehehe ;)

      Hapus
  3. Balasan
    1. Belum. Kurang Maluku sama Papua nih yang belum. Hiks :'(

      Hapus
  4. Lama ndak mampir ke blog ini, ternyata Adie wes mlayu-mlayu keliling Indonesia. Keren oii hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm ... kamu jahaddh. Sengaja gak mampir di mari. OK fine! :'(

      Hapus
  5. Balasan
    1. Laah, ini. Kan bikin reportase juga hehehe. Menularkan 'virus' untuk semangat olahraga itu penting banget lho ;)

      Hapus
  6. unik ya bisa lomba lari di tmii skrg lomba lari makin beragam

    BalasHapus
  7. asyik ni lomba lari ... kalau bisa sampai ke medan mas...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Medan ada juga kok fun run. Dateng aja pas CFD hari minggu hehehe ;)

      Hapus
  8. aku kok gak seneng ya bahasa "tetiba", risih kak. HAHAHAH

    Awakmu melu mlayu ndik Borobudur gak?

    Aku sayange gak melu, soalnya tanggal 22 piknik ning Meduro. piknik butuh stamina soale hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut dong. Udah lama juga gak ke Borobudur nih. Pengen jalan-jalan pokoknya. :)

      Hapus
  9. Saya selalu mengikuti kegiatan kari mas Adie di FB. Seru banget, apalagi kalau ke tempat2 beresejarah seperti candi. Pengen ikutan, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo lah dicobain. Malang mah banyak banget lho anak2 yang suka lari. Ikutan aja lelarian bareng pas hari Minggu pagi gitu :)

      Hapus