Rabu, 20 Juli 2016

Lelarian di Bandung

.: Lari di Depan Gedung Sate, Bandung :.

Apa yang akan Anda lakukan saat berkunjung ke Bandung? Kebanyakan akan menjawab wisata kuliner. Saya pun akan melontarkan jawaban serupa. Menjadi kota ketiga favorit saya setelah Jakarta dan Yogyakarta, Bandung sepertinya selalu menyimpan magnet tersendiri untuk selalu dikunjungi. Meski untuk menuju ke sana untuk saat ini sudah tidak 'semulus' dulu karena macetnya sudah bertambah, sepertinya selalu saja ada alasan yang mendorong saya untuk bertandang ke Kota Kembang ini. 

Seperti misalnya, saat saya sudah merencanakan untuk main ke Bandung karena ada pelatihan fotografi, tidak tahunya di bulan yang sama, saya mendapatkan tugas untuk mengikuti pelatihan menulis dan menjadi pembicara. Alhasil, main ke Bandung yang direncanakan hanya sekali saja di bulan itu menjadi tiga kali. Kuliner seperti batagor dan siomay sudah menjadi menu wajib cicip. Brownies sudah lama tak wajib disambangi karena cabangnya bisa ditemukan juga di luar Bandung. Bolu pisang Kartika Sari jelas menjadi cemilan wajib yang pantang untuk ditolak. Saat ini, deretan menu tersebut bertambah dengan aneka racikan kopi dari kafe-kafe yang tersebar di seantero Bandung. 

Di luar kebiasaan dalam urusan perut tersebut, rasa-rasanya saya juga pantang untuk melewatkan kesempatan lari saat berada di Bandung. Di saat semua orang masih terlelap dengan kenyamanan kasur empuk hotel, saya sudah menyelinap keluar bahkan saat matahari belum bangun. Awalnya saya hanya lari di sekitar lokasi hotel saja, karena memang kondisi badan tidak boleh terlalu lelah untuk mengikuti kegiatan pelatihan atau bahkan menjadi pembicara. Rasanya tak lucu bukan kalau saya selalu menguap ngantuk saat berada di atas podium dan menjadi perhatian ratusan pasang mata.

.: 10K Pertama di Bandung :.

Lari 10K pertama di Bandung, saya lakukan tanpa ekspektasi apa-apa. Niatnya lari saja melewati jalanan yang sudah saya kenal sebelumnya. Dimulai dari depan Hotel Savoy Homann, saya lari melewati Jalan Braga lalu belok ke arah stasiun menuju kawasan Pasteur, melewati kampus ITB dan Gedung Sate, lalu kembali lagi ke depan hotel. Berhubung masih pagi, tak terlalu banyak lalu lalang kendaraan. Saya bisa berlari dengan tenang dan santai sembari menghirup udara pagi yang masih bersih dari polusi. 

Yang menyebalkan di mana-mana adalah saat melewati jalanan bebas kendaraan di hari Minggu di mana orang lebih sibuk berbelanja di pasar kaget daripada lari atau jalan pagi. Jalanan bisa macet layaknya orang antri sembako. Kalau sudah begini, saya pun akhirnya lebih permisif soal waktu tempuh dan pace. Saya akui bahwa selama menempuh 10K pertama di Bandung, saya sering sekali berhenti untuk foto. :P Kebiasaan lari pagi di Bandung ini akhirnya menjadi semacam agenda wajib pagi hari sebelum memulai aktivitas.

Setelah itu, saya lama tidak main ke Bandung karena harus melakukan ekspedisi kopi ke beberapa daerah di Indonesia. Sampai saya mendapat tautan di facebook tentang acara lari di Bandung tepat beberapa hari sebelum Ramadhan. Saya pikir, menarik sekali bisa ikut lari di Bandung sebagai 'penutup' lelarian di beberapa daerah selama ekspedisi. 

.: Finisher 10 K Bandung Great Run :.

Manariknya, acara larinya dimulai dari tempat saya biasa lari yaitu di depan Gedung Merdeka Bandung, tak jauh dari Hotel Savoy Homann. Dibuka oleh Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil, menurut saya acara lari yang digawangi oleh Yayasan Olahraga Indonesia (YOI) ini dimulai terlalu siang. Bayangkan, demi menunggu pejabat-pejabat yang datang terlambat, para peserta mulai lari pukul 07.00 WIB di mana matahari sudah terik dan denyut kota sudah menggeliat. Alhasil, lalu lalang kendaraan bermotor sudah banyak.  

Jalur larinya lumayan rapi. Jalanannya mulus dan tidak banyak kelokan. Panitianya cukup sigap dalam memberikan 'kenyamanan' para peserta sepanjang jalur lari. Paling tidak, ada petugas yang mengatur lalu lalang kendaraan saat pelari melintasi perempatan, menegur pesepeda motor atau pengendara mobil yang tiba-tiba memotong jalur lari, dan menyediakan water station di beberapa titik selepas jarak 5K. Ada banyak petunjuk arah yang mudah diperhatikan oleh peserta lari agar tidak salah arah.

.: 10K Kedua di Bandung :.

Bagi saya pribadi, ikut kompetisi lari seperti ini membuat pace menjadi sedikit lebih cepat. Setidaknya, menurut yang terukur dalam aplikasi Nike+, pace lari saya meningkat dari 6'31'' menjadi 5'52''. Mungkin karena pesertanya banyak, jadi adreanalinnya menjadi lebih terpacu saat lari. Apalagi kalau saat lari santai tiba-tiba dari belakang ada cewek atau anak kecil yang dengan semangatnya mendahului kita. Wah, bisa mendidih ini semangat saya biar tidak didahului. 

.: Sekalian Jumpa Fans bareng dedek-dedek gemes Bandung :P #eaaa :.

Dasar Bandung memang tempatnya perempuan cantik, begitu sampai di garis finish, saya pun dikalungi medali finisher oleh mbak-mbak cantik itu. Mengejar garis finish serasa mengejar jodoh perempuan saja. Saya kira bakal dapat pelukan sayang, ternyata hanya dikalungi medali saja. Ngarep.com. Setidaknya, kehadiran mbak-mbak cantik ini bisa membuat suasana lelarian di Bandung ini menjadi lebih semarak. Saya selalu berbesar hati pada kenyataan dan asumsi sederhana bahwa kecepatan lari seorang perempuan biasanya berbanding terbalik dengan penampilannya. Walaupun, ada juga sih perempuan cantik yang larinya kencang. 

Sepanjang Ramadhan, saya tidak lari sama sekali. Dari awal, di bulan penuh rahmat itu memang saya niatkan untuk 'insyaf' setelah beberapa bulan sebelumnya selalu keluar masuk hutan, lari di perbukitan, dan menjejak banyak gunung. Selepas lebaran, Minggu kemarin yaitu tanggal 17 Juli 2016, saya kembali menyambangi Bandung untuk ikutan acara lari.

.: Finisher 10K Bandung Indihome Run 2016 :.

Kali ini acaranya diampu oleh PT. Telkom Indonesia. Bertajuk Indihome Run 2016, saya ikut pada kategori 10K. Acaranya sendiri cukup meriah. Terletak di pusat kota dan keramaian. Jalurnya lumayan berkelok namun beraspal mulus. Acaranya dimulai agak lebih pagi daripada kompetisi lari sebelumnya yang diselenggarakan oleh YOI. Mungkin karena larinya agak lebih awal dari para pelari lainnya, saya tidak mengalami kesulitan atau hambatan apapun terhadap penyelenggaraan acara ini.

Belakangan, saya baru tahu kalau banyak 'kekacauan' yang terjadi selama acara berlangsung. Mungkin karena personil panitianya tidak sebanyak saat acara larinya YOI, saya hanya melihat ada sedikit petugas yang mengatur lalu lintas saat pelari melintasi perempatan sehingga tak jarang ada beberapa pengendara motor yang nekat menerobos di antara kerumunan. Bahkan, di beberapa perempatan, saya harus berhati-hati sendiri karena memang tidak ada panitia yang berjaga. Parahnya, ada beberapa pelari yang tersesat atau salah jalur. Kalau yang ini saya tidak habis pikir apakah kelalaian ada di peserta atau di panitia. Yang jelas, saya cukup terkejut saat ada peserta yang bercerita.

Water station masih relatif bagus dan rapi. Pemberian gelang untuk pembeda saat penyerahan medali finisher agak acak-acakan saat terjadi penumpukan pelari beda kategori yang sama-sama sampai di garis finish di waktu yang sama. Pembagian snack dan minum antrinya terlalu panjang. Harusnya bisa dibuat beberapa booth di mana peserta bisa 'dipecah' kerumunannya sehingga tidak perlu ada antrian yang mengular. Saya sih tidak akan kapok untuk mengikuti ajang seperti ini meskipun ada beberapa hal yang kurang rapi. Namun, berkaca pada hal tersebut, saya berharap panitia akan melakukan perbaikan pada penyelenggaraan berikutnya yang masih akan berlangsung di Surabaya dan Makassar.

.: 10K Ketiga di Bandung :.

Yang membuat saya tetap senang walaupun ada hal-hal yang mengganggu di atas, setidaknya saya sampai di garis finish dengan pace 5'45'', sedikit lebih baik daripada saat ikut lari saat YOI Bandung Great Run 2016. Saya mendapat medali finisher yang hanya dibagikan untuk 250 orang pelari pertama saja dan saat undian doorprice, rezeki anak sholeh berupa TV layar datar 32'' bisa saya bawa pulang. Sungguh, hal ini berada di luar ekspektasi saya mengikuti acara lari semacam ini.

Saya bertemu dengan banyak sekali kawan baru yang mempunyai passion dan semangat olahraga yang menularkan energi positif untuk senantiasa hidup sehat. Selesai lelarian di Bandung, setidaknya masih ada beberapa ajang lari di kategori 10K yang akan saya ikuti sepanjang tahun 2016 ini. Mungkin, kita bisa berjumpa di salah satu acara tersebut. Salam olahraga. #AyoMlayu. []

21 komentar:

  1. Pasti sangat menyenangkan jika ada car free day di depan Gedung Sate. Tempat tersebut akan intragramable banget untuk foto-foto. Begitu juga untuk olahraga perhatian tidak teralih oleh kendaraan yang lalu lalang :)

    BalasHapus
  2. Pasti sangat menyenangkan jika ada car free day di depan Gedung Sate. Tempat tersebut akan intragramable banget untuk foto-foto. Begitu juga untuk olahraga perhatian tidak teralih oleh kendaraan yang lalu lalang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha bunda kekinian banget ya ternyata. Instagramable banget lah kalau Gedung Sate, pas saya foto aja yang antri di spot ini banyak banget. Deuhh :'(

      Hapus
  3. Kalau di Bandung bukan Mbak-Mbak atuh mas Adie tapi teteh-teteh...hehe.
    bandung keren uy..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha bener juga ya. Mungkin karena kebiasaan nyebut mbak-mbak (istilah yang umum dalam bahasa Indonesia) saja. ;)

      Hapus
  4. Aku jadi ingat beberapa temanku yang sekarang fokus lari marathon. Menyenangkan dapat berbagi ilmu dengan dia, kadang juga sesekai aku ikut lari. Hahahahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. November nanti aku akan ikutan lari di Borobudur. Ikutan yuk hehehe ;)

      Hapus
  5. aduhh jadi penegn ke bandung lagi nih.. Wih keren sob dapat TV 32" :) seumur-umur belum pernah saya dapat hadiah tv. paling juga dapat buku sama pensil itu juga lomba lari 17an. hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehe, alhamdulillah, rezeki anak sholeh itu mas. Saya juga gak nyangka bisa dapet doorprise ini hehehe ;)

      Hapus
  6. Saya sering lari di bandung tapi bukan di race mas, kalau kebetulan lagi tugas ke bandung saja. Bandung juga banyak ngadain trail run, layak dicoba....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sama. Ini karena udah sering lari di Bandung, lalu kebetulan dapet tautan di facebook jadi ikutan lari di race. Seru banget Bandung emang :)

      Hapus
  7. Balasan
    1. Lho, suka lari juga? Atau suka wisata kulinernya hehehe :D

      Hapus
  8. Kamu ini lari beneran ??? atau hanya godain ce2 ???atau liat2 body co ???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau semuanya gimana mak Cum? Boleh gak? Hahaha. Ya lari beneran lah ndes ;)


      *pecutin punggung cumilebay biar lari kencang* :P

      Hapus
  9. Wooow...lari? Keren!! Saya nyerah kalau suruh lari sekarang. Keberatan badan Mas. Tapi Bandung di pagi hari emang asyik dipake buat lari lari kecil sepanjang Gasibu..hehe..buat saya itu mah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Bandung emang asyik banget. Gazibu banyak makanan enak juga. Jadi, habis lari langsung bisa icip-icip makanan kesukaan juga ;)

      Hapus
  10. Aku kalo ke Bandung lelariannya cari tempat makan ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha sama dong. Setelah lari juga biasanya kelaparan. Palingan ya ngembat makanan hotel dulu, sarapannya nambah :P

      Hapus
  11. saya belum pernah ikutan lari ... habis waktu mau ikut lari .. teman malah bilang ... mau lari .. siapa yang ngejar lo .. wkwkwk
    btw .. kalau ada wece2 yang seperti itu sih .. saya mau ikutan lari ah ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha acaranya di Bandung nih, makanya wece-wecenya heits banget. Bening-bening euy ;)

      Hapus