Rabu, 07 Oktober 2015

Fusi Seni untuk Negeri #SmescoNV

.: Aneka Produk Fashion Produksi Dalam Negeri di JakCloth 2015 :.

Saat jalan-jalan, tas punggung yang saya gunakan selalu sama. Hal itu karena hanya tas tersebut yang saya punya. Pertimbangan paling utama sebenarnya karena tas tersebut nyaman buat dibawa ke mana-mana, mampu menampung barang-barang yang saya butuhkan dalam perjalanan, dan dapat berubah fungsi jadi bantal atau guling jika diperlukan. Perihal kenyamanan itulah mungkin yang diburu oleh para penggila tas. Saya tak habis pikir saat tahu ada orang yang rela menggelontorkan ribuan dolar pundi-pundinya hanya untuk membeli sebuah tas kesayangannya.

Merek-merek seperti Louis Vuitton, Hermes, dan Channel seakan menjadi 'benda ajaib' yang wajib dimiliki hingga mencari bajakannya pun mutlak dilakukan agar punya pengalaman menentengnya ke mana-mana. Tapi, ada sebagian kalangan yang menyebutnya sebagai aib jika ketahuan menenteng tas bermerek tapi palsu. Tas-tas bermerek itu sepertinya telah berubah fungsi dari hanya sekadar 'wadah' barang, menjadi 'tiket masuk' ke dalam suatu komunitas. Untuk itulah orang berlomba-lomba memilikinya hingga rela berburu ke luar negeri, mencari yang bekas pakai hanya untuk bisa masuk ke dalam suatu komunitas atau agar lebih dihargai di suatu kalangan masyarakat tertentu. Selain tas, barang-barang yang konon bisa mendongkrak penampilan seseorang adalah baju dan sepatu. Tapi keduanya tak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan layaknya pengaruh tas yang ditenteng.

.: Tas Punggung Produk Bandung :.
Mungkin, demam barang-barang bermerek ini sungguh masif melanda kalangan masyarakat hingga membuat pemerintah khawatir masyarakatnya sangat konsumtif dan menghambur-hamburkan uangnya ke luar negeri untuk mendapatkannya. Orang rela antri di butik terkenal di Paris atau di Singapura hanya untuk mendapatkan sebuah tas atau sepatu model mutakhir dengan edisi terbatas.

Untuk itu, akhir-akhir ini saya perhatikan ada iklan di televisi, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan seperti mengingatkan warganya untuk kembali cinta produk dalam negeri. Tapi tetap saja, anjuran hanyalah sebuah anjuran jika tidak diberi teladan oleh pemerintah sendiri. Saya jadi ingat dengan isi blog salah satu wartawan Istana. Di blog tersebut dijelaskan bahwa seorang menteri perempuan membungkus tas bermereknya dengan kantong plastik sesaat setelah Presiden mengeluarkan instruksi untuk cinta produk dalam negeri.

Sebenarnya, ada bentuk-bentuk ekspresi cinta produk dalam negeri yang dilalukan oleh banyak sekali orang atau komunitas di seluruh Indonesia, jauh sebelum Presiden mengeluarkan instruksi tersebut. Mereka kebanyakan datang dari anak-anak muda dengan 'keresahan' tertentu yang melahirkan suatu produk kreatif sebagai jawaban atas keresahan yang mereka alami. Saya bergerilya hampir ke seluruh penjuru negeri hanya untuk mengetahui dan membuktikan sendiri bahwa semangat untuk cinta produk dalam negeri sangat mungkin dan dapat dilakukan dengan menggunakan produk merek lokal.

.: Membeli Oleh-Oleh Kaos Piyoh di Banda Aceh :.
Kelihatannya, melalui ide dan tangan-tangan kreatif anak muda ini, sebentuk anggapan pelan-pelan mulai dilesapkan ke dalam benak para konsumennya bahwa produk dari merek lokal tak kalah berkualitasnya daripada produk dari luar negeri. Mereka mengekspesikan ide tersebut melalui berbagai macam cenderamata yang cocok untuk oleh-oleh dalam suatu perjalanan.

Saya paling suka membeli beberapa potong kaos khas suatu daerah saat jalan-jalan. Sejak produk Joger Bali dan Dagadu Jogja diterima dengan sangat baik di kalangan para pejalan, banyak sekali lini kaos lokal yang bermunculan. Berangkat dari ide untuk mengenalkan kearifan lokal suatu daerahnya, kaos-kaos ini seolah menjadi media yang cukup efektif dalam mengampanyekan nilai-nilai yang selama ini disampaikan secara kaku dalam bahasa Undang-undang.

Misalnya, saya tergelitik dengan kata-kata pada kaos produksi Piyoh dari Banda Aceh. Di kaos tersebut tertulis kalimat dalam bahasa Inggris: "Sorry, I'm Illegal" dengan gambar daun ganja di atasnya. Saat bertandang ke tokonya, saya pernah bertanya kepada penjaga kios, apa yang membuat tokonya merasa perlu untuk membuat kaos seperti itu. Jawabannya sungguh membuat saya senang sekaligus sedih.

"Dalam pandangan masyarakat kebanyakan, Aceh itu sering disangka sebagai ladang ganja. Bahkan ada yang beranggapan bahwa pagar rumah orang Aceh itu ganja. Anggapan seperti inilah yang berusaha kita lurusan bahwa sama seperti daerah lain di Indonesia, ganja merupakan barang terlarang di sini."

Dari jawaban tersebut, saya seperti menangkap suatu keresahan sekaligus kepedulian seorang warga Aceh untuk memperbaiki citra yang selama ini salah disangka oleh kebanyakan orang tentang Aceh. Dan kaos itulah yang menjawab keresahan tersebut.

Selain kaos Piyoh, saya juga mengoleksi beberapa potong kaos Joger Bali. Di dalam kaos tersebut tertera tulisan "Untuk bisa tumbuh secara laras, kita harus punya kreativitas dan aktivitas, bukan hanya fasilitas atau secarik kertas dari atas."

Dari kata-kata tersebut, saya seperti melihat bahwa ada nilai-nilai untuk saling mendorong dan menumbuhkan semangat berkreasi melalui pesan-pesan dalam sebuah produk yang mereka buat. Saya pikir, jika kain-kain tradisional dibuat karena ekses dari ritual adat, maka kaos-kaos ini lahir melalui fusi yang teramu apik dari kreativitas dan semangat untuk memajukan negeri, mengenalkan daerahnya, atau menyampaikan pesan-pesan positif kepada siapa saja yang melihat dan membaca tulisan di kaos tersebut. 

.: Salah satu lini cloting dalam ajang JakCloth 2015 :.

Dalam sebuah perjalanan, saya pernah melihat ada seorang pejalan bule yang menggunakan kaos bertuliskan "DAMN! I Love Indonesia" dan "Travel Warning: Indonesia, Dangerously Beautiful". Setelah saya cari-cari, produk tersebut merupakan kreasi orang Indonesia. Yang pertama merupakan produk kreasi mantan VJ MTV, Daniel Mananta. Dan yang kedua merupakan produk kreasi Provotoko. Dalam hati saya merasa bangga bahwa merek lokal ternyata diminati pula oleh turis mancanegara.

Saya percaya bahwa energi kreatif itu dapat menyebar dengan masif. Selama memperoleh saluran dan media yang tepat, segala ide dan kreativitas yang terangkum dalam sebuah produk yang dibuat dengan kualitas prima, akan mampu bersaing dan mendapat tempat bagi pasar. Kendala utamanya mungkin adalah akses pengunjung atau pejalan untuk mendapatkan produk berkualitas dimaksud.

.: Deretan Baju dan Produk Fashion di JakCloth 2015 :.
Kecuali bertandang ke daerah penghasil produk atau menitip untuk dibelikan, dengan bentangan wilayah Indonesia dari Sabang sampai dengan Merauke, sepertinya akan sangat banyak sekali produk unggulan yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia, hanya akan tersembunyi di balik dinding rumah mereka.

Akses itulah yang berusaha dijembatani oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia untuk membangun Smesco. Tempat ini seolah menjadi wahana berkumpulnya berbagai produk unggulan dari seluruh penjuru negeri agar terbuka pasar yang lebih luas. Hal itu diharapkan agar produk dengan merek lokal tidak hanya bergeming di wilayah tempat produk tersebut berasal, tetapi juga mampu bersaing di kancah global. Tidak hanya kaos dan produk fashion, banyak sekali produk kriya nusantara berjejer rapi menunjukkan kualitasnya demi menjangkau kalangan yang lebih luas.

Melihat kenyataan tersebut, sekali lagi saya yakin bahwa energi positif itu akan menyebar dengan masif selama mendapatkan saluran dan media yang tepat. Dengan adanya Smesco sebagai wahana untuk memasarkan dan meningkatkan mutu produk dalam negeri, bukan tidak mungkin jika suatu saat, produk-produk tersebut akan mampu bersaing ke lingkup yang lebih luas lagi di seluruh penjuru dunia. Saya akan selalu yakin bahwa saat itu akan tiba. []

10 komentar:

  1. Wah, gak sempat hadir kemarin di acara Jakcloth, padahal waktu diajakin teman yang punya stand disana.

    Acara seperti ini, harus sering2 dilakukan agar ada wadah buat para orang2 kreatif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, saking kesengsemnya, aku sampe borong dua tas punggung hahaha :)

      Justru jangan terlalu sering. Nanti malah gak dinanti-nanti kehadirannya. Cukup setahun sekali tapi ajeg aja.

      Hapus
  2. produk dalam negeri banyak yang keren2.. dan kreatif2 ...
    permasalahannya mungkin tidak bisa membangun brand .... tidak seperti merek dari luar ... ya .. jadinya sulit berkembang ...#sotoy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada beberapa brand yang sukses di pasaran dan cukup mengena di benak baik orang Indonesia maupun turis asing. Jumlahnya sih setiap tahun semakin bertambah. Cuma, karena beberapa memang harganya mengikuti pangsa pasarnya, jadi banyak orang Indonesia malah tidak tahu kalau itu brand dalam negeri. ;)

      Hapus
  3. Nyari barang murah dan oke.

    Event yang keren.

    BalasHapus
  4. Oh piyo itu buka stand juga yaaa, gw pikir jualan online

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kiosnya ada dua. Satu di Sabang, satu lagi di Banda Aceh. Kalau kak Cum dijual online juga gak? :D

      Hapus
    2. Aku jual online aja biar praktisssss

      Hapus
    3. Emang ada yang beli gitu? Atau cuma buat tester doang hua hua hua :D

      Hapus