Minggu, 27 Juli 2014

Luntang-Lantung di Bandar Lampung

.: Menara Siger, icon Provinsi Lampung :.
Begitu melihat Menara Siger, sesaat setelah berlabuh di Pelabuhan Bakauheni, saya pikir kota Bandar Lampung tidak jauh dari bibir pantai. Pasalnya, dari dulu saya mengira menara ini ada di tengah kota. Ternyata ibukota provinsi Lampung tersebut dari pelabuhan masih harus ditempuh sekitar 1,5 jam lagi berkendara dengan mobil.  Saya kembali membenamkan diri dalam alunan lagu-lagu dari Float dan Maliq and D'Essentials sembari mengikuti ritme jalanan yang bergejolak.

Setelah mengetahui kenyataan bahwa Waikambas harus saya relakan untuk tidak masuk dalam daftar kunjung saat ini, saya mulai mencari tempat menarik lain di sekitar Bandar Lampung. Setelah googling dan tanya sana-sini, ternyata tempat menarik di Lampung kebanyakan memang terletak di luar kota. Akhirnya diputuskan bahwa selain mengunjungi pulau-pulau cantik di Teluk Lampung, wisata kuliner di Kota Bandar Lampung merupakan pilihan paling asyik untuk para petualang musiman yang pengen liburan tanpa harus mengambil jatah cuti tahunan seperti saya. Dan karena judulnya wisata kuliner, hal esensial yang perlu disiapkan selain duit adalah badan sehat dan perut kosong. Berangkat!

.: Hotel Pop, cocok untuk petualang musiman :.
Nginapnya di mana?

Kecuali kamu memang anak 4l4y yang harus selalu pulang sore dan tidur bareng mami di rumah, Bandar Lampung punya banyak fasilitas hotel dan penginapan yang bisa dipilih sesuai dengan isi kantong. Sebagai petualang musiman yang butuh tempat tidur dengan fasilitas kamar mandi air hangat dan TV kabel hanya untuk beberapa jam, Hotel Pop bisa dijadikan pilihan. Desain kamarnya modern minimalis dan cukup nyaman untuk beristirahat setelah seharian jalan-jalan.

Dengan rate yang terjangkau, memilih kamar yang menghadap pesisir pantai dengan latar pulau kecil berbukit mengingatkan saya pada pemandangan kota Rio de Janeiro di Brasil. Yang membuatnya tambah nyaman, satu kamar bisa diisi dua orang (plus satu orang hasil selundupan). Paginya, setiap orang dapat sarapan nasi bogana dan bubur kacang hijau yang boleh nambah porsinya. Letaknya yang berada di tengah kota membuatnya mudah dijangkau dari pusat hiburan dan tempat karaoke paling hits se-Bandar Lampung. Jadi, tidak bakalan nyasar juga kalau harus balik ke hotel jam tiga pagi. #eh

.: Bakso Sony, bukan Bakso Kathok :.
Sudah sarapan di hotel tapi masih lapar. Solusinya?

Tak jauh dari Hotel Pop, ada tempat jual bakso dan mie ayam Sonhaji atau biasa disebut Bakso Sony. Kata salah satu teman saya, bakso ini bakso paling terkenal di Bandar Lampung. Kedainya tidak buka cabang di luar Lampung. Lokasinya sekitar 200 meter dari Hotel Pop, jadi tinggal ngesot saja. Kalau malas jalan kaki atau takut sanggul rusak dan make up belepotan, bisa naik ojek juga.

Sebagai penggemar mie ayam bakso, menurut saya bakso Sony memang enak. Hanya saja kok porsinya sedikit sekali. Masuk akal juga sih sebenarnya. Biasanya makanan enak dan mahal memang porsinya cenderung pelit. Makanya, jika tidak puas makan semangkok bakso dan mie ayam plus teh botol, bisa juga memesan bakso daging dalam bungkus plastik yang bisa awet sampai dengan tiga hari kemudian, asal segera dimasukkan kulkas begitu sampai rumah. Selain bakso dan mie ayam, kedai Bakso Sony ini juga menjual empek-empek dan daging sapi mentah kiloan. Tapi, karena sudah punya informasi tentang tempat empek-empek yang lebih enak daripada di sini, maka ke situlah saya meluncur setelah bakso terakhir tandas di dalam lambung. Cuuus!

.: Pempek 123, Nikmatnyo Teraso :.
Empek-empek nomor berapa?

Tak jauh berbeda dengan bakpia Pathuk asal kota gudeg Jogjakarta yang produknya dinamai sesuai dengan nomor tokonya berada, empek-empek di Bandar Lampung juga dinamai sesuai dengan nomor rumah kedainya. Ada satu jalan khusus yang menjual aneka olahan ikan seperti empek-empek, kerupuk ikan, terasi, sambal, dan lain-lain di Jalan Ikan Hiu.

Menuruti rekomendasi dari teman yang tinggal di Bandar Lampung, saya disarankan untuk ke Empek-Empek 123 yang ternyata letaknya bukan di jalan deretan penjual empek-empek itu. Setelah mutar-mutar tak jelas juntrungannya sambail tanya tukang ojek, sampailah saya pada kedai empek-empek yang dimaksud. Saya tak tahu nama kawasannya. Yang jelas, tempatnya ada di kota tapi terletak di sebuah gang sempit di sebelah vihara. Gangnya hanya cukup untuk satu mobil sehingga Pak Ogah di situ bakal terima omset besar dari ngatur parkir doang. Cis!

Kedainya cukup bersih layaknya kedai penjual makanan dan aneka oleh-oleh khas daerah pada umumnya dengan meja panjang dan kursi-kursi plastik. Terletak merapat di salah satu tembok berdiri lemari-lemari kaca tempat kerupuk, keripik, dan aneka jajanan oleh-oleh khas Lampung dipajang. Yang menarik, di salah satu bagian dindingnya terpajang berbagai macam kalender yang sekilas mengingatkan saya pada warteg di Jakarta.

.: Keripik Pisang Rasa Kopi Made in Yen Yen, Bandar Lampung :.
Oleh-olehnya mana?

Jujur, sebagai seorang petualang musiman yang hampir tiap akhir pekan jalan-jalan, saya boleh dibilang jarang sekali membeli oleh-oleh. Tapi, atas rekomendasi dari Cumilebay yang ngehits banget itu, saat ke Bandar Lampung saya disarankan untuk mampir ke Yen-Yen. Katanya ini tempat beli oleh-oleh paling lengkap di Bandar Lampung. 

Menempati sebuah ruko di pusat kota, Yen-Yen memang lengkap dan pilihan tepat untuk membeli aneka rupa cemilan Lampung untuk oleh-oleh. Dari luar sekilas tempatnya kecil, tapi begitu masuk ke dalam ternyata tempatnya seperti gua yang luas dan nyaman. Yang membuat ruko kecil ini menarik adalah ada satu sudut kecil di dinding tempat memajang foto-foto artis ibukota yang pernah belanja oleh-oleh di sini. Jadi semacam wall of fame-nya Yen-Yen gitu, semua artis ibukota yang datang ke sini akan difoto dan fotonya dipajang di dinding seperti kejadian pada artis ibukota di bawah ini. :P

Tuntutan sebagai artis, harus foto-foto juga di mari :P

Yang paling enak dan wajib dibeli kata teman-teman yang pernah ke Bandar Lampung adalah keripik pisang. Karena penasaran, saya sampai memborong seplastik besar yang berisi aneka keripik pisang dalam berbagai rasa dan kemasan: cokelat, original, kopi, dan lain-lain. Tapi yang paling direkomendasikan adalah yang rasa kopi jadi saya beli paling banyak, cukup untuk memberi makan satu kelurahan. Selain keripik pisang, di Yen-Yen juga dijual kopi Lampung, sambal goreng udang, sambel Lampung, toast bread, bagelan, keripik nangka, stik keju, kuaci putih, dan banyak lagi lainnya. Terus terang, baru kali ini saya super rempong dalam urusan oleh-oleh sampai menuh-menuhin mobil.

.: Pindang Pegagan :.
Makan siang di mana, bro? Lapar nih! 

Luntang-lantung keliling Bandar Lampung ternyata capek juga. Tapi karena prinsip yang berlaku hari ini adalah 'Hidup untuk Makan', jati hati tetap riang dan suka-suka saja.

Memilih opsi makan siang agak di luar kota sekalian mendekati pelabuhan Bakauheni agar tidak terlalu malam kembali ke Jakarta, Warung Makan Pindang Pegagan yang ada di Kalianda menjadi incaran sejak menginjak tanah Lampung. Tempatnya benar-benar warung makan biasa sampai saya tak percaya kalau di sini menyediakan menu lezat pindang ikan yang katanya paling mak nyus se-Lampung.

Karena laparnya lagi kebangetan (atau memang rakus ya?), segera saja dipesan pindang ikan lengkap dengan lalap segar, tahu dan terong balado, ikan asin goreng, sambal mangga, serta sepiring sambal tempoyak. Bukan promosi bukan pula karena lapar, tapi pindang ikan di sini memang miroso. Daging ikannya lumer di lidah, apalagi kalau pesan bagian kepala. Dipadu kuahnya yang pedas dengan aroma daun kemangi dan rasa asam dari potongan buah tomat dan nanas membuat dagingnya tidak terasa apak berlemak. Saya sampai nambah dua kali karena rasanya memang nikmat. Sebagai penutup, minumnya selain teh tawar juga sebutir kelapa muda dengan gula aren dan es batu untuk meluruhkan santan dan kolesterol agar badan tetap sehat dan bisa jalan-jalan terus.


.: Demi recehan, mereka rela berenang-renang di samping kapal :.
Cepek atau Capek?

Selama ada duit dan kondisi badan fit, jalan-jalan dan makan-makan itu tidak mengenal kata lelah. Setelah dua hari menikmati sebagian wilayah Lampung,  rasa-rasanya hanya waktu yang memaksa saya harus kembali ke rutinitas seperti biasa: bekerja, mencari nafkah untuk melanjutkan hidup dan menyambung dana untuk jalan-jalan selanjutnya.

Sembari menikmati semilir angin laut menunggu keberangkatan kapal ke Merak, saya menonton 'atraksi' dadakan para pemuda kampung dekat pelabuhan yang berenang ke sana ke mari untuk mengais beberapa keping uang logam yang dilemparkan penumpang dari atas kapal. Selain itu, jika diberi uang lebih, mereka bersedia untuk salto menyebur ke laut dari lantai kapal paling atas. Sungguh, meski mereka kadang kala terlihat menyebalkan karena selalu meminta lagi dan lagi lemparan koin atau tarif yang agak tinggi untuk sebuah salto biasa, tapi 'atraksi' tersebut menjadi pelengkap perjalanan saya kali ini. Setidaknya, tingkah polah mereka memberikan pelajaran penting bagi saya untuk selalu giat bekerja dan berolahraga agar acara luntang-lantung suka-suka seperti ini dapat senantiasa berjalan terus untuk mengenal dunia. []

21 komentar:

  1. Omaga omaga bakso sony mmg juara cetarnya dan terkenal di lampung meskipun rasa nya masih kalah ama bakso ciat di cempaka putih hahaha.

    Dan ada nama ku di postingan ini, duch jadi makin pemes aja gw hua hua hua. Eh pop hotel di lampung kena brp rate nya ?? Novotel juga juara pemandangan nya lho ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bakso Sony lumayan lah ya, btw udah pernah nyobain bakso khas Malang? Itu juga endang bambang gulindang lho :D

      Hahaha Cumilebay emang selalu ngehits lah di mana-mana. Pop Hotel sekitar 250-350 ribu. Terjangkau lah kalau yang masuk dua orang (plus satu orang selundupan) :)

      Hapus
  2. Wuueeh... Hotel Pop itu sih nggak masuk itungan kalau modal jalan2nya hanya perut kosong dan badan sehat, hahaha. :D

    Saya suka ungkapan-ungkapan yang dirimu sisipkan di artikel ini macamnya, "hal esensial yang perlu disiapkan selain duit adalah badan sehat dan perut kosong", "Biasanya makanan enak dan mahal memang porsinya cenderung pelit", dan "mencari nafkah untuk melanjutkan hidup dan menyambung dana untuk jalan-jalan selanjutnya". Itu bikin artikel ini (menurut saya) terdengar lebih mengelitik untuk dibaca. :D

    Tetep sehat ya! hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha ya kan jalan-jalan dan makan-makan tetep harus keluar duit kan.

      Wah aku tersanjung sekali lho, ada yang memerhatikan frasa-frasa di tulisanku. Semoga menghibur dan memberi makna ya hehehe. Keep traveling to you too :)

      Hapus
  3. Bandar lampung memqng menyediakan banyak hal... jadi ingin main kesana... :D disana berapa lama dan abis berapa kak..? (Duitnya )

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuma pas weekend saja kok. Berangkat Jumat malam, balik Minggu malam. Hehehe. Habisnya sih tergantung budget dan kebutuhan masing-masing mas bro :)

      Hapus
  4. Dulu pas KKN di Lampung Selatan, aku juga sempatin mampir ke Yen-Yen, Mas. Dapat suvenir juga dari sana, hehe....

    Dulu aku makan bakso enak banget dan gede banget, di Rajabasa. Baksonya ada isinya gitu, ati sapi giling. Namanya bakso rudal. Enak banget! :D

    BalasHapus
  5. Dulu pas KKN di Lampung Selatan, aku juga sempatin mampir ke Yen-Yen, Mas. Dapat suvenir juga dari sana, hehe....

    Dulu aku makan bakso enak banget dan gede banget, di Rajabasa. Baksonya ada isinya gitu, ati sapi giling. Namanya bakso rudal. Enak banget! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah, suvenir apaan di Yen-Yen? Ini baru denger juga ada bakso rudal. Wah, berarti saya harus balik ke Lampung lagi nih kapan-kapan :)

      Hapus
  6. selalu saya bookmark dah nemu temen yang suka jalan-jalan juga ^-^, mantap ams Adie jalan-jalannya membahana cetar dah ^-^.9 wah itu keren ams anak-anak yang pada amen lompat di lautt pengen banget saya motoin mereka belum kesampean nih...yah semoga bisa dah nyampe situ juag ams mantepd ah jalan-jalannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu yang loncat dari kapal bukan anak-anak, tapi orang dewasa yang kerjanya ngambil receh yang dilempar oleh penumpang kapal. Seru aja sih nonton mereka renang sambil lempar-lempar recehan hehehe, meski kasihan juga sih sebenernya :)

      Hapus
  7. Berkat tulisan ini jadi kesampaian mlipir cakep di Yen-Yen dan beli lampuk durian yang uenakkkk banget. Makacih kaka atas rekomendasinya *terima vocher hotel* ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha keripik pisang sama kopi buatku manaaaaa *nodong oleh-oleh* :'(

      Hapus
    2. Ahh LEMPOK kenapa kuketik "lampuk" ya, beda jauh amat hahaha... Kopinya sudah siap diseduh di balkon rumah, karena penuh perjuangan jadi nggak bagi-bagi #travelerpelit hahaha

      Hapus
    3. Hahahaha kejam, tapi tenang saja, temen kantorku ada yang orang Lampung kok, yang selalu mudik tiap akhir pekan. Jadi kalau sekedar keripik pisang sama kopi Lampung, pesen Jumat sore, hari Senin pagi udah bisa nyemal-nyemil ganteng di kantor. Btw, ditunggu catatan perjalanannya ke Lampung ya :)

      Hapus
  8. udah lama juga gak ke Lampung. Pengen lagi ah sekalian jalan-jalan

    BalasHapus