|
(bukan) sepatu kaca Cinderella |
Ada yang bilang kalau jalan-jalan kurang lengkap tanpa ada acara belanja. Terus terang, saya tidak terlalu suka belanja. Paling-paling beli sesuatu hanya sekadar untuk oleh-oleh orang rumah atau di bawa ke kantor. Saya niat belanja saat jalan-jalan apabila melihat ada sesuatu yang unik, harganya sesuai dengan kantong, gak ribet bawanya, dan seringnya untuk tujuan menghadiahi diri sendiri karena berhasil melakukan sesuatu. Itupun jumlahnya terbatas dan intensitasnya jarang. Makanya saya heran kalau melihat ada orang yang jalan-jalan, sudah bawaannya banyak, eh begitu pulang, kopernya beranak-pinak.
Barang-barang yang menjadi sasaran belanja favorit saya kebanyakan adalah buku, kain tradisional, kaos oblong (untuk dipakai di rumah), dan cemilan. Kayaknya sudah bukan jamannya lagi
deh saya beli oleh-oleh berupa gantungan kunci, hiasan kulkas, kartu pos, dan pernak-pernik lainnya. Karena saya tak punya pohon duit, jadi biar 'kehidupan' tetap jalan terus dan acara jalan-jalan berikutnya tetap lancar, saya menyiasati acara belanja-belanji saat jalan-jalan seperti ini:
Tentukan budget
Ini yang paling penting. Jangan sampai acara jalan-jalan malah menyiksa diri dengan tagihan-tagihan yang membuat mata terbelalak ngeri di kemudian hari. Tentukan dana yang masuk akal dengan kemampuan dan membeli sesuatu sesuai dengan keperluan. Kadang, kita baru sadar barang yang (capek-capek) kita beli adalah barang yang tak ada gunanya kecuali menuh-menuhin gudang. Sediakan pula dana cadangan di tempat terpisah sebagai dana 'toleransi' saat kalap berbelanja. Jumlahnya pun jangan melebihi
budget yang digunakan untuk berbelanja. Saya biasanya menambahkan ekstra 20% kalau harus beli 'barang sejuta umat' untuk oleh-oleh.
Pandai-pandailah menawar
|
kaca mata bling-bling |
Banyak penjual memasang harga tinggi untuk barang yang dijualnya. Apalagi kalau ngaku (atau kelihatan seperti) turis dari Jakarta (makanya kalau
elu bukan berasal dari Jakarta, gak usah deh ngomong
elu gue, gak nambah keren juga, *pis*). Makanya, tawar dulu, baru bayar. Tapi, ingat juga, kalau tidak benar-benar mau beli, tak usahlah mencoba menawar kalau hanya untuk iseng. Ada beberapa tempat yang orang-orangnya berpandangan bahwa menawar sama dengan mau beli. Dan saat harga yang ditawarkan tidak cocok, kita akan dikejar-kejar terus sampai dapat harga yang pas. Saat-saat seperti ini adalah saat paling tidak nyaman belanja karena saya gak punya waktu untuk memilih. Langkah paling tepat adalah pasang muka melas gak punya duit dan perlahan-lahan
ngeloyor pergi.
Belanja saat jam buka toko atau saat mau tutup sekalian
|
pilih-pilih kostum |
Orang Indonesia itu biasanya percaya kalau pembeli pertama dan terakhir di setiap hari akan membawa berkah rejeki sendiri. Pembeli pertama dianggap sebagai
penglaris yang dipercaya mengundang pembeli-pembeli lain untuk berbelanja. Biasanya saya dapat harga murah meriah. Dan pemandangan yang selalu saya suka adalah saat si penjual mengibas-ngibaskan uang saya ke barang-barang dagangannya supaya 'menular' lakunya. Makanya, saya senang membeli barang pada pagi hari saat toko baru saja buka. Selain itu, saya suka beli-beli barang saat toko sudah mau tutup atau penjualnya sudah mau pulang. Barang-barang akan dijual habis (diobral) karena mereka juga malas membawa kembali barang berat ke rumah. Toh, target laba sudah mereka kantongi dari penjualan-penjualan sebelumnya.
Beli banyak = dapat diskon
|
manik-manik cantik |
Heh, saya bukannya mau jualan lagi atas barang-barang yang saya beli. Tapi, kalau
dept collector yang menagih oleh-oleh dari jalan-jalan banyak, gak ada salahnya kan kalau kita nyari barang diskonan. Berdasarkan pengalaman saya sih, yang penting adalah 'oleh-oleh'nya, dan bukan karena harganya yang mahal. Barang-barang mahal yang didiskon pun tak ada salahnya
disikat. Biasanya saya belinya patungan dengan teman.
Manfaatkan promo
Sejak acara jalan-jalan menjadi
happening seperti sekarang, banyak juga toko atau
outlet yang mengadakan promo-promo demi menarik pembeli. Tak ketinggalan juga maskapai penerbangan dan bank. Beli tiket pesawat jauh-jauh hari bisa dapat harga yang lebih murah. Apalagi kalau bank penyedia kartu debit (atau kartu kredit) yang kita pakai, mengeluarkan program
buy one get one atau diskon sekian persen untuk pembelian minimal sekian rupiah. Wah, lumayan banget kan?
Hindari belanja di tempat yang touristy
|
gerai tenun di Desa Sade, Lombok |
Karena selalu mahal. Dan ini hampir selalu benar. Tempat-tempat yang sudah di
set untuk turis
biasanya memang mematok harga yang lebih tinggi daripada di tempat-tempat yang
nontouristy. Dalam pandangan mereka, yang datang dan bakal beli adalah orang-orang yang banyak duit. Padahal kalau dipikir-pikir, saat ini turis yang
budgetnya tipis lebih banyak jumlahnya
lho daripada yang berkantong tebal. Makanya, kadang saya perhatikan, suvenir-suvenir banyak yang berakhir jadi pajangan saja daripada ludes terjual.
Untuk urusan belanja-belanji saat jalan-jalan, saya harus selalu mengingatkan diri sendiri bahwa ini bukan saat dan tempat terakhir yang akan dikunjungi. Masih banyak lagi tempat yang mesti dieksplorasi di kemudian hari sehingga harus hemat untuk biaya jalan-jalan berikutnya. Tapi, saya juga tidak mau berbuat 'ekstrim' saat jalan-jalan seperti harus selalu menginap di losmen murah, naiknya selalu angkutan umum, dapat tiket pesawat yang promo, eh, makan juga mesti di warung pinggir jalan, dan tidak pernah belanja apa-apa. Lah, ini kan lagi liburan, bukan saatnya untuk 'menyiksa diri', apalagi berlaku seperti 'gembel'. Jangan kayak orang susah ah. Ada kalanya saya juga naik transportasi kelas eksekutif, tidur di hotel berbintang, makan makanan yang 'bener' di restoran (dengan menu lengkap), dan belanja-belanji sesuai dengan keinginan hati. Intinya, ada dana, (tak harus selalu) ada hura-hura juga, yang penting bisa menghadirkan bahagia walaupun sederhana. Selamat berbelanja.
Nice article :)
BalasHapusterima kasih bang :)
Hapus