Minggu, 28 Agustus 2011

Informasi Perjalanan: Sebuah 'Tongkat' Penunjuk Jalan

Kisah Sukses Tony dan Maureen Weeler

Orang seperti Tony dan Maureen Weeler mungkin termasuk manusia-manusia 'ajaib' yang pernah ada di dunia ini. Di saat orang bepergian dengan jalan konvensional melalui jalur yang sudah ada, tahun 1972 mereka mencoba mengikuti jejak para 'hippie' Inggris untuk pergi ke Australia melintasi Asia. Setelah perjalanan 'santai' selama setahun tersebut, mereka berpikir akan pentingnya suatu panduan perjalanan yang memberikan informasi bagi pelancong jenis baru yang melakukan perjalanan secara mandiri. Keluarlah buku pertama mereka Across Asia on The Cheap di bawah bendera The Lonely Planet (LP) yang membantu mereka untuk menjawab banyak sekali pertanyaan keheranan tentang perjalanan yang dilakukannya melintasi Asia. Sampai saat ini, buku-buku LP merupakan kitab wajib bagi para traveler di seluruh dunia di mana terdapat lebih dari 600 judul yang sudah diterbitkan.

Sebenarnya, informasi yang ada di buku-buku LP dapat dengan mudah kita cari di internet. Tapi, kadang orang tidak mau ribet googling jika informasi yang dibutuhkan sudah ada lengkap dalam genggaman. Menurut saya, buku-buku terbitan LP itu mahal walaupun (mungkin) sebanding dengan informasi yang akan kita dapatkan. Sudah gitu, karena bukunya tebal-tebal, membawa LP saat traveling rasanya seperti membawa 'bantal' waktu piknik.

Dengan semakin berkembangnya dunia pariwisata, informasi perjalanan sudah terbuka bagi siapa saja. Orang dengan mudah mendapat informasi untuk menuju suatu tempat, memesan tiket, reservasi hotel, wisata kuliner, dan mengerti tentang sejarah budaya sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Walaupun LP seperti kitab wajib panduan perjalanan, saat ini banyak sekali informasi yang mudah kita peroleh dalam bentuk yang lebih murah dan ringkas daripada buku-buku LP. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

 1. Buku Travel Guide Gaya Backpacker.

'How to' Travel Guide
Banyak sekali traveler yang melakukan perjalanan dengan gaya backpacking menuliskan kisah perjalanannya lengkap dengan itenerary dan budget yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dalam beberapa hari. Buku jenis ini biasanya diberi judul "Sekian juta rupiah keliling 'mana gitu' dalam sekian hari". Informasi yang diberikan cukup lengkap karena dialami sendiri oleh yang membuat buku selama perjalanan. Tapi, buku-buku seperti ini jangan dijadikan acuan atau harga mati untuk menentukan anggaran selama perjalanan karena harga rincian biaya yang ada di buku adalah harga yang dibayar saat perjalanan tersebut dilakukan oleh si penulis. Bisa jadi harga-harga tersebut melambung tinggi, berbeda dengan keadaan beberapa tahun setelahnya.

2. Majalah Perjalanan.

Majalah Perjalanan
Saat ini banyak sekali bermunculan majalah-majalah perjalanan dan wisata yang memasok informasi bagi para traveler sesuai dengan tipe dan gaya jalan-jalannya. Majalah-majalah ini menampilkan foto-foto yang indah dari suatu tempat sehingga menarik untuk dikunjungi. Beberapa majalah bisa dijadikan sebagai panduan perjalanan karena memuat informasi tentang suatu tempat (termasuk yang tidak populer sekalipun) lengkap dengan akomodasi dan bagaimana cara menuju ke tempat tersebut. Saya pernah keliling Sumatera Utara hanya bermodalkan majalah bekas yang informasi di dalamnya tidak saya temukan di buku-buku LP dan banyak tidak diketahui oleh orang Sumatera Utara sendiri. Diperlukan kecermatan untuk memilih majalah perjalanan karena beberapa di antaranya lebih mirip brosur pariwisata yang membosankan karena penuh iklan daripada sajian informasi yang membantu kelancaran perjalanan.

3. Travelogue atau Catatan Perjalanan.

Travelogue
Berbeda dengan guide book, catatan perjalanan adalah kisah pengalaman yang dialami oleh si penulis yang melakukan perjalanan ke suatu tempat. Saya mengoleksi beberapa buku catatan perjalanan sekadar untuk mencari inspirasi tentang tempat-tempat yang ingin saya kunjungi dan 'mencari' pengalaman yang berbeda dengan apa yang dialami oleh si penulis. Setelah tahu tempat mana yang kepikiran untuk dikunjungi, baru kemudian saya cari informasi dari sumber lain yang lebih lengkap di internet. Buku-buku jenis ini juga sering saya bawa saat traveling terutama untuk membunuh waktu dan menghindari kebosanan saat harus menunggu jadwal penerbangan pesawat atau keberangkatan kapal atau bus.


4. Facebook dan Tweeter

Hari gini gak punya facebook dan tweeter? Paling tidak, di Indonesia, facebook lebih familiar daripada tweeter. Tapi keduanya merupakan sumber informasi yang cukup memadai untuk mencari informasi perjalanan. Saya biasa menambahkan teman-teman baru terutama yang mempunyai passion yang sama dengan saya. Dan teman-teman yang suka jalan-jalan merupakan salah satu di antaranya. Dengan begitu saya jadi tahu tentang informasi suatu tempat dari foto-foto (narsis) yang diunggah, jadwal acara-acara untuk mengunjungi suatu tempat bareng-bareng, dan pengalaman seru tentang jalan-jalan di catatan yang ditautkan ke facebook saya. Jadi, salah besar kalau ada orang yang bilang bahwa facebook hanya untuk unggah-mengunggah foto narsis saja.

5. Blog-Blog Perjalanan.

Saya biasanya suka iri dengan orang-orang yang tidak hanya punya banyak koleksi foto perjalanan tetapi juga mampu menuliskan kisah perjalanannya tersebut (dengan menarik) di blog. Salah satu hobi saya di kala senggang adalah blogwalking, mengunjungi blog-blog menarik dan informatif tentang suatu perjalanan yang ditulis secara personal oleh pemilih blog tersebut. Blog-blog ini saya 'temukan' dari informasi yang disharing di situs jejaring sosial maupun tautan-tautan di blog yang sudah sering saya kunjungi. Menarik sekali membaca pengalaman orang lain saat mengunjungi suatu tempat sehingga menginspirasi saya untuk berkunjung ke tempat-tempat tersebut.

6. Kaskus, the best source of virtual tourism information.

Bagi saya ini unik. Saya tidak punya akun di kaskus tapi sering sekali mengintip situs ini hanya untuk mengumpulkan informasi tentang suatu tempat dan bagaimana menuju tempat tersebut. Para pemilik akun di kaskus ini saling berbagi dan bertukar informasi, bahkan membuat itenerary tentang perjalanan yang bisa diikuti rame-rame. Informasi yang dibagi juga cukup akurat dan sesuai dengan apa yang dialami oleh yang memposting informasi. Biasanya kalau informasinya salah atau kurang tepat akan langsung dikoreksi atau dikomentari oleh pemilik akun lain. Saya yakin kalau informasi yang dibagi di kaskus ini valid karena dalam kaskus dikenal slogan 'no pictures mean hoax' dan kalau ada yang membagi informasi 'menyesatkan' akan langsung dihadiahi bata oleh pemilik akun lainnya. Jadi, pilih saja informasi-informasi yang banyak fotonya dan banyak cendolnya. Lanjut gan ;=)

Pada dasarnya, informasi perjalanan (hanya) merupakan panduan bagi kita untuk memudahkan perjalanan yang akan dilakukan. Informasi ini tidak harus baku dipatuhi karena menurut saya justru fleksibilitas dalam perjalanan itulah yang membuat acara jalan-jalan jadi berkesan. Yang perlu diingat: tujuan jalan-jalan sebenarnya adalah untuk bersenang-senang dan melepas penat, bukan untuk menambah beban. Benar kan?

2 komentar:

  1. Koleksi bukunya mantap banget! Saya gak punya koleksi buku traveling sebanyak itu. Kapan dong nulis buku juga?

    BalasHapus
  2. @ Mas Hairun : buku-buku itu dikumpulin satu-satu dan dibeli pas lagi ada duit saja. Beberapa di antaranya merupakan buku bekas. Pengen banget nulis buku sendiri, semoga draft buku saya cepat selesai. :-)

    BalasHapus