jalan bareng temen SMP |
Setelah acara di kapal selesai, saya melipir sendiri dari rombongan saat moving ke Museum Jalesveva Jayamahe. Gara-garanya, saya terpesona dengan KRI Dewaruci yang lagi parkir dengan gagahnya di sebelah museum. Saya pertama kali tahu nama KRI Dewaruci dari acara tivi (baca: TVRI) di acara iklan cinta tanah air sebagai jeda antara acara yang satu dengan acara berikutnya. Dan saat studi banding inilah saya pertama kali melihat KRI Dewaruci dengan mata kepala sendiri ada di depan mata. Rasanya pengen naik dan keliling Indonesia naik kapal tersebut. Sejak saat itulah saya bermimpi bisa mengarungi lautan luas naik kapal. Atau paling tidak ya naik perahu lah.
Acara jalan-jalan saya mengarungi lautan paling-paling hanya ke Pulau Madura doang gara-gara ikut ayah mengantar murid-muridnya liburan sekolah. Itupun naik kapal ferry yang gak tahu rasanya ada ombak tiba-tiba sudah nyampai saja di Pulau Madura. Setelah lulus SMA, saya bersama beberapa teman mencoba ikut sailing trip di Teluk Perigi, Kabupaten Trenggalek. Karena murah meriah, ternyata sailing tripnya berupa naik perahu nelayan keliling-keliling teluk lalu balik lagi ke pantai. Yaelah.
Setelah lulus kuliah, mulai berani agak jauh naik perahunya yaitu ke Kepulauan Seribu. Berangkat habis subuh dari Muara Angke naik perahu sekitar 3 jam menuju ke Pulau Tidung. Yah, lumayan ngerasa ada ombak dan angin laut. Bonusnya, bisa ketemu dengan lumba-lumba dan ikan cucut di alam bebas.
karena nenek moyang (juga) orang pelaut |
Saya berpikir keras antara pengen ikut tapi takut gak kuat mengingat medannya yang cukup jauh dan penuh tantangan. Karena saya pikir kali ini ada temannya, maka saya iyakan saja. Kapan lagi coba bisa merasakan pengalaman sailing trip seperti yang saya impikan kalau tidak dimulai-mulai. Betul kan?
diajari 'nyupir' perahu |
Selama seminggu saya dibuat terkagum dan melongo melihat alam Nusa Tenggara yang gersang dan indah.
gersang nan cantik |
Pasir pantai pun bermacam-macam dari yang putih kasar, putih halus kayak bedak bayi, cokelat, abu-abu, sampai yang merah muda ada semua. Belum lagi keberadaan tanaman dan hewan yang hidup liar di alam bebas. Baru kali ini saya melihat ikan terbang berlompatan di kanan kiri perahu dengan cantiknya dalam jumlah besar. Ada juga ikan hias yang biasa ada di akuarium rumah-rumah mewah itu banyak berseliweran di bawah perahu. Wah, kalau dipikir-pikir, gak salah kalau Indonesia disebut negeri cantik Zamrud Khatulistiwa. Saat sailing trip ini berakhir, saya baru benar-benar sadar bahwa ternyata Indonesia itu luas sekali.
Setelah berhasil menaklukkan Lautan Flores, suatu saat saya ingin ikut Sail Banda kalau ada waktu dan uang tentunya. Yah, pelan-pelan asal kesampaian, gak ada salahnya kan punya cita-cita.
PS: Thanks untuk Devara Auriga yang masih menyimpan foto studi banding waktu SMP ;=)
*) Pelan-pelan asal kesampaian.
hai Ignotus, sekarang aku tau gimana berdamai dengan blogpost haha.. numpang ijin follow yah :)
BalasHapushore, dibilang senior travelblogger
mau dong nyuri ilmunya ...
cheers - isna
Lho, gimana caranya? Bagi-bagi ilmunya dong kak ;)
Hapuspoto berendamnya yang kumisan keren loh kakaaaaak…
BalasHapusKok komennya di postingan yang inih :P
Hapus