Senin, 25 Desember 2017

Lumpia Istimewa

.: Kenikmatan Paripurna :.

Pernahkah Anda membayangkan ingin menyantap suatu makanan hingga terbawa sampai mimpi? Entah mengapa, saya selalu mengalaminya. Meski tidak tahu sendiri karena memang sedang tidak sadar, orang-orang yang kebetulan sedang berada di dekat saya selalu mengonfirmasi kalau saya kerap mengigau tentang makanan saat tidur. Misalnya, saat menginap di suatu penginapan murah di Magelang untuk ikut Borobudur Marathon 2017, tiba-tiba, sehabis magrib kawan saya mengajak untuk santap malam nasi goreng dan mie godog. Hal itu dilakukannya karena mereka tak sengaja mendengar saya mengigau dengan menyebut-nyebut nasi goreng dan mie.

Hal yang sama saya alami saat ingin sekali makan nasi pecel Nganjuk dan bolu pisang Kartika Sari, dua makanan favorit saya. Suatu ketika, seorang kawan dari Semarang mengunggah foto lumpia di akun instagramnya. Dan entah bagaimana, foto lumpia tersebut sanggup menghipnotis saya untuk segera menyantapnya. Bahkan, kalau boleh jujur, saya sering (secara tak sengaja) meneteskan air liur saat teringat lumpia istimewa dari Semarang itu. (Saat menulis postingan inipun, saya sering menelan ludah mengintip foto lumpianya. Duh 🙈)

Terus terang, meski sudah berkali-kali ke Semarang, saya tidak pernah benar-benar punya tujuan untuk jalan-jalan atau main hanya khusus ke Semarang. Selalu saja ada agenda atau hal lain yang harus saya selesaikan di tempat-tempat sekitarnya sehingga saya mau tidak mau harus ke Semarang. Misalnya menghadiri pernikahan seorang kawan atau mengikuti ajang lari di Ungaran. Dan pada kesempatan tersebut, tak seorang pun dari kawan-kawan saya yang mengajak atau merekomendasikan untuk mencicipi lumpia. Mungkin, mereka sebagai 'tuan rumah', sudah bosan makan lumpia.

.: Kedai Lumpia di Gang Lombok :.

Maka dari itu, saat mudik ke Nganjuk, saya sengaja menyempatkan diri melewati kota Semarang hanya untuk mencicip kelezatan lumpia yang digadang-gadang semua orang itu. Yang menjadi masalah, ada banyak kedai lumpia di Semarang. Lumpia di kedai manakah yang paling istimewa? Saya pun bertanya kepada para sahabat yang tinggal di Semarang. Saya pikir, siapa lagi sumber valid yang bisa memberikan rekomendasi selain penduduk setempat.

Karena tak punya banyak waktu, saya pun segera meluncur ke Lumpia Gang Lombok. Konon, lumpia di sini paling lezat di seantero Semarang. Tempatnya di gang sempit berbatasan sungai. Tak jauh dari situ terdapat kelenteng Tay Kak Sie. Kedainya sendiri begitu sederhana. Persis seperti warung kecil. Dari luar, tampak tumpukan besek bambu di segala sisi kedai. Besek ini digunakan sebagai bungkus lumpia yang dibawa pulang.

.: Nasi Ayam Bu Widodo :.

Siang itu terik sekali. Demi melihat antrian pesanan yang mengular dan waktu sholat Jumat yang sudah mepet sekali, akhirnya saya mengurungkan niat dan beranjak kembali ke penginapan saja. Berhubung setelah sholat Jumat hujan deras dan jalanan Semarang dilanda banjir, saya akhirnya merelakan diri untuk mendekam di dalam kamar saja. Keinginan saya untuk mencicipi lumpia khas Semarang di tempat asalnya harus tertunda sejenak.

Saat sore tiba dan hujan masih juga mengguyur Semarang, saya memaksakan diri untuk keluar dari penginapan. Saya bertanya kepada resepsionis tentang lokasi penjual lumpia paling dekat dengan penginapan. Saya pun diberi petunjuk ke mana harus menuju. Sebelum beranjak ke kedai lumpia, langkah saya tiba-tiba berbelok ke warung-warung tenda di kawasan Simpang Lima. Sungguh, demi melihat tempe mendoan hangat dan nasi liwet yang mengepul, rasa-rasanya mencicip sebentar tidak akan berdosa. Saya pun memesan sepiring nasi ayam di kedai Bu Widodo.

Lokasinya persis di ujung jalan di seberang Mal Ciputra. Nasinya lembut dan wangi. Sayur labunya cukup pedas untuk ukuran masakan Jawa Tengah. Sebenarnya saya tidak terlalu suka dengan menu daging (ayam, kambing, sapi). Saya lebih suka menu sayuran dan makanan laut. Untuk itu, suwiran ayamnya hanya syarat untuk penghias saja. Seperti menu nasi ayam ini, hanya syarat untuk mengganjal perut sejenak sebelum mencicipi lumpia.

.: Lumpia Isi Ikan Kakap :.

Setelah hujan agak reda, saya segera menuju ke kedai lumpia Delight. Menurut informasi dari resepsionis penginapan saya, pemilik kedai lumpai ini masih kerabat dengan pemilik kedai lumpia di Gang Lombok. Namun, berbeda dengan kedai lumpia di Gang Lombok yang masih kelihatan aslinya, kedai lumpia Delight sudah tertata rapi dengan sistem open kitchen. Setelah memesan, kita bisa melihat atraksi para pramusaji tersebut memasak pesanan kita.

Secara umum lumpia berisi rebung, udang, dan telur. Selain itu, ada beberapa isian lain untuk menambah varian rasa. Ada lima varian lumpia yang dapat kita pilih yaitu lumpia ikan kakap, lumpia kepiting, lumpia kambing jantan muda, lumpia Raja Nusantara, dan lumpia polos. Tadinya saya penasaran dengan lumpia Raja Nusantara. Ternyata itu lumpia biasa dengan isi tambahan berupa jamur dan kacang mete pilihan. Saya memesan dua porsi: lumpia isi ikan kakap dan isi kepiting.

.: Lumpia Isi Kepiting :.

Berhubung hujan, suasananya sungguh tenang. Saya bebas memilih tempat duduk. Interior kedai ini dipenuhi dengan kliping-kliping ulasan dari berbagai surat kabar tentang lumpia Delight. Begitu pesanan datang, sebagai remaja milenial, pastinya tak luput dari ritual mengambil gambar menu makanan dari berbagai sisi sampai-sampai mengalihkan perhatian dari para pramusajinya. Salah satu dari mereka bahkan ada yang langsung menawarkan diri untuk mengambil foto saya. Sungguh, keramahan sederhana yang membahagiakan.

Lumpia ini renyah. Isinya benar-benar terasa. Kakap dan kepitingnya berpadu dengan irisan rebung yang gurih. Bumbunya mirip sekali dengan tepung tapioka yang dicairkan. Untuk menambah sensasi di lidah, saya sengaja menyantapnya dengan beberapa buah cabai rawit dan potongan acar. Sebagai bagian dari omnivora, tentu saja dua porsi lumpia langsung lenyap dalam hitungan menit. Jauh lebih lama menunggunya matang daripada menyantapnya. Tapi, begitulah hakikatnya menikmati sebuah hidangan.

.:Nikmatnya Tiada Tara :.

Hujan masih turun meski tak sederas saat siang hari. Setelah beristirahat sejenak, saya memaksakan diri untuk beranjak kembali menuju penginapan. Rasa-rasanya, saya belum begitu tertarik untuk jalan-jalan malam di kota Semarang. Apalagi saat hujan. Setidaknya, meski tidak pernah meniatkan diri untuk secara khusus menjelajah Semarang, saya sudah kesampaian mencicipi kelezatan lumpia istimewa di tempat asalnya. Sungguh suatu pengalaman yang dapat meredam igauan malam-malam saat sakau ingin makan lumpia. []

18 komentar:

  1. menurutku, semua sajian di Semarang itu Enak semuaaaa!!!. apalagi Lumpia nya. napol abis..tapi Lumpia Semarang di gang Lomobk ini saya belum pernah coba. semoga nanti kesampaian coba pas lagi ke Semarang. thanks banged info nya brother.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha bener sih mz. Aku paling suka lumpianya. Tapi, harus berbagi ruang di perut buat icip-icip semuanya :)

      Hapus
  2. Lumpia di Semarang enak-enbak mas. Murah juga hahhahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang di Gang Lombok itu halal gak sih? Aku belum sempat makan soalnya waktu itu :)

      Hapus
    2. Kl yg gang lombok byk yg meragukan. Mending yang jelas halal mui aja kak

      Hapus
    3. Kl yg gang lombok byk yg meragukan. Mending yang jelas halal mui aja kak

      Hapus
  3. jadi inget terakhir ke semarang lg bisnis trip tapi sempet2in beliin titipan lumpia di gang lombok buat temen yang ngidam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya memang seperti itu. Untuk oleh-oleh khas Semarang sih, seringnya lumpia yang Gang Lombok itu :)

      Hapus
  4. Ngomongin makanan jadi laper nih. wkwkwkwkwkwkwkwk...

    BalasHapus
  5. iya nih sepertinya moncer banget
    sering aku search di twitter tentang lombok, eh keluarnya lumpia gang lombok. heuheuheu

    btw tapi biasanya di semarang nulisnya lunpia bukan lumpia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, lunpia, tapi berhubung di Jakarta ngomongnya lumpia, ya aku tulis lumpia aja hehehe :)

      Hapus
  6. menggoda sekali, dulu saat ke Semarang juga ngga kepikiran jajan lumpia... jadi pingin deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wajib diagendakan kalau ke Semarang lagi. Aku sampai ngiler kalau inget lumpia ini. Pengen makan lagi hehehe :)

      Hapus
  7. Dulu aku pun ta suka lunpia. Tp yang lunpia delight atau sekarang lunpia cik me me berhasil bikin ketagihan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha enak sih emang. Aku juga ketagihan. Kayaknya kalau ke Semarang lagi jadi punya tempat nongkrong yang bisa dituju :)

      Hapus
  8. Wah...ini artikel ini bisa kushare buat yg bingung2 nyari kuliner smg nih. Sippp

    BalasHapus