Rabu, 22 November 2017

Terbang dengan Riang

.:  Pemandangan di Balik Jendela Pesawat Saat Akan Mendarat di Labuan Bajo :.

Saat bepergian naik pesawat, saya selalu memilih tempat duduk yang dekat dengan jendela. Apalagi kalau penerbangan pagi, rasanya saya selalu semangat untuk mengambil gambar pemandangan dari angkasa. Jika tempat duduk bisa dipesan saat pembelian tiket tanpa ada biaya tambahan, saya langsung memilih tempat duduk yang memungkinkan untuk mengambil gambar tanpa terhalang sayap pesawat. Tapi kalau harus membayar sejumlah uang, saya berusaha check in lebih awal supaya bisa meminta tempat duduk yang dekat dengan jendela.

Paling senang kalau terbang pagi ke arah timur nusantara. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan dua pertiga wilayahnya terdiri atas lautan, terbang di atas laut Indonesia merupakan pengalaman tersendiri. Saya sering melihat kapal-kapal besar berlayar di tengah laut, justru saat berada di udara. Saya juga pernah melihat sekawanan ubur-ubur dalam jumlah besar sedang bergerombol di permukaan laut. Melihat laut dari udara saat cuaca cerah itu lumayan bisa menjadi penyejuk mata. Gradasi warna air laut dari biru tua, biru, hijau toska, hijau muda, dan putih buih saat bertemu bibir pantai dapat terlihat dengan jelas.

Apalagi jika ada sekumpulan pulau yang letaknya berdekatan. Saya jarang melihat pulau-pulau di Kepulauan Seribu saat terbang di atasnya karena sering tertutup awan dan asap kota Jakarta. Paling asyik memang ke tempat-tempat yang jauh dari kota besar seperti terbang dari Denpasar ke Labuan Bajo atau ke tempat lainnya yang banyak bertebaran dari Sabang hingga Merauke.

Sejak sering bepergian menggunakan pesawat terbang, saya jadi memerhatikan tipe pesawat yang saya tumpangi. Saya ingat, dulu sekali saya tidak menganggap hal-hal seperti ini menarik. Maklum, mungkin karena masih ndeso, setiap kali masuk pesawat, yang dicari pertama adalah buku doa dan sibuk komat-kamit sendiri sampai pesawat benar-benar terbang. Gara-gara sering tidak nyambung setiap kali diajak ngobrol sepupu saya tentang pesawat, saya jadi terpacu untuk memerhatikan tipe pesawat apa yang saya tumpangi setiap kali terbang.

.: Menumpang Pesawat Embraer ERJ195-200LR by Kalstar Aviation :.

Pertama kali naik pesawat, saya menumpang Boeing 737-300 dari maskapai Sriwijaya Air menuju Tanjung Pandan, Belitung. Penerbangan 55 menit tersebut terasa lama sekali karena saat itu adalah penerbangan paling pagi dengan cuaca mendung sehingga setiap kali pesawat menyenggol gumpalan awan, saya spontan pegangan kursi. Ini semua diawali dengan tingkah polah teman-teman kantor saya yang pada minta maaf dan memberi nasehat seolah-olah pesawat saya akan jatuh. Saya pikir, pengalaman pertama memang selalu meninggalkan kesan yang mendalam. Yang membuat saya lebih senang lagi, meski terbangnya cuma 55 menit, tapi setiap penumpang mendapatkan sekotak snack dan segelas air mineral yang cukup mengganjal perut sebelum sarapan.

Penerbangan selanjutnya, saya lebih sering naik Boeing 737-900 dari maskapai Lion Air yang saat itu terbilang baru. Alasannya tentu karena armadanya banyak, jadi bisa berangkat kapan saja. Harga tiketnya juga relatif terjangkau dan melayani rute yang saya tuju. Beberapa kali naik Boeing 737-300nya Citilink, saya sempat kegirangan saat pesawat yang saya tumpangi pada lebaran Idul Fitri kemarin adalah Airbus dengan tipe A320. Pesawatnya besar dengan kapasitas 180 penumpang. Turbofannya besar, bodinya kelihatan kokoh, dan terasa mantab (tidak goyang-goyang) saat mengangkasa. Saya menikmati sekali penerbangan tersebut karena selain cuaca cerah, juga dapat tempat duduk di sebelah jendela tanpa terhalang sayap pesawat. Saya pun dapat menyaksikan deretan gemunung di tlatah para dewa dari ketinggian yaitu Sindoro, Sumbing, dan Pegunungan Dieng

.: [Negeri Para Dewa] Sindoro, Sumbing, dan Kompleks Pegunungan Dieng :.

Saya juga pernah menumpang Boeing 737-800 NG milik Garuda Indonesia. Sebagai seorang yang biasa naik pesawat murah, bisa naik Garuda itu sesuatu sekali. Apalagi kalau mendapat kejutan istimewa. Suatu ketika, saya kepagian berangkat ke bandara. Saya pikir, lebih asyik nunggu di bandara daripada harus gubrak-gabruk mengejar pesawat. Begitu dipanggil boarding itulah, dalam hati saya melonjak kegirangan gara-gara pesawat yang akan saya tumpangi adalah 'The Queen" Boeing 747-400 Garuda Indonesia, pesawat terbesar yang dioperasikan maskapai nasional.

Sungguh, hal-hal kecil seperti ini mungkin merupakan hal biasa saja bagi orang lain. Namun, akan menjadi pengalaman berharga untuk saya pribadi atau orang-orang yang konsen dengan variasi pengalaman menaiki pesawat berdasarkan tipenya. Bahkan, sejak naik Boeing 747-400, dari dulu saya ingin sekali naik Airbus 380, pesawat terbesar di dunia yang sanggup mengangkut hingga 800-an penumpang. Tapi, sampai sekarang belum kesampaian. Meski begitu, saya mendapatkan pengalaman baru dengan menumpang pesawat Embraer ERJ195-200LR milik Kalstar Aviation dan ATR 72-500 berbaling-baling milik Wings Air yang masing-masing mempunyai konfigurasi tempat duduk 2-2 saat menjelajah alam Flores dari barat ke timur.

.: Mendarat Sejenak di Bandara Soa Bajawa, Nusa Tenggara Timur :.

Ingin mendapatkan pengalaman baru saat terbang, saya pun berencana untuk keliling Asia Tenggara. Berhubung sebagai orang kantoran dengan jatah cuti terbatas, demi menghemat waktu, saya pun memilih moda transportasi udara untuk berpindah-pindah tempat. Saya memanfaatkan aplikasi Traveloka untuk melakukan reservasi demi mendapatkan harga terbaik dari banyak sekali maskapai sesuai dengan jadwal keberangkatan yang saya inginkan. Maklum, perjalanan ini termasuk impulsif bagi saya sehingga dana yang sudah ditabung beberapa bulan, harus dikeluarkan dengan sangat bijak dan membawa manfaat.

Untuk ukuran orang yang gagap teknologi seperti saya, aplikasi ini sungguh ringkas dan sederhana. Makanya saya berani bilang bahwa seharusnya sih semua #JadiBisa dengan Traveloka. Saya tinggal memasukkan rute (kota asal dan kota tujuan) serta tanggal keberangkatan, maka muncullah jadwal penerbangan yang ditawarkan maskapai untuk dipilih sesuai kemampuan kantong. Jika belum mendapatkan harga yang cocok, saya tidak perlu selalu memerhatikan layar monitor atau aplikasi mobile di gawai. Sebagai anggota aktif, saya tinggal mengaktifkan fitur Price Alert. Dengan begitu, saya bisa bebas melakukan apa saja dan tinggal memesan tiket saat datang notifikasi jika ada harga yang cocok di jadwal keberangkatan yang saya inginkan. 

.: Aplikasi Daring Traveloka :.

Memang, sejak memutuskan menjadi karyawan kantoran, saya harus berdamai dengan segala sesuatu yang bernama ketidakpastian. Ada kalanya izin cuti harus dijadwalkan ulang atau bahkan dibatalkan jika ada kegiatan mendesak yang harus segera dilaksanakan dan tidak dapat diwakilkan. Makanya saya bisa mereduksi tingkat kekhawatiran jika terpaksa batal atau keberangkatannya ditunda.

Aplikasi Traveloka memungkinkan pelanggannya melakukan penjadwalan ulang jadwal penerbangan melalui fitur Reschedule dan calon penumpang akan mendapatkan kode pemesanan baru. Kalaupun ternyata harus batal dan tidak jadi berangkat, kita dapat meminta kembali harga yang sudah dibayarkan setelah dikurangi dengan biaya administrasi. Sungguh membuat tenang bukan? Apalagi pihak Traveloka memberikan garansi uang kembali dalam jangka waktu maksimal 30 hari.

Yang paling menyebalkan justru hari-hari menjelang keberangkatan. Rasa-rasanya kerjaan jadi bertambah banyak sampai-sampai saya lupa kalau waktu keberangkatan sudah dekat. Untungnya, saya selalu mendapatkan pesan singkat dan pemberitahuan dari aplikasi gawai sehari sebelum jadwal penerbangan. Meski singkat, paling tidak masih ada kesempatan bagi saya untuk berkemas.

.: Berangkat :.

Saat check in, saya cukup menunjukkan paspor dan kode pemesanan dari aplikasi di gawai. Sungguh, pengalaman berburu tiket sama serunya seperti perjalanan itu sendiri. Mungkin, karena dari awal tidak ingin memasang harapan yang terlalu tinggi dalam segala hal, saya kerap menemukan kebahagiaan-kebahagiaan kecil dalam penerbangan.

Misalnya, saya mendapatkan tiket murah ke Kuala Lumpur dari maskapai KLM. Harga tiket ini lebih murah daripada tiket yang ditawarkan oleh maskapai lain di rute yang sama. Bahkan lebih murah dari harga tiket maskapai berbiaya rendah (Low Cost Airline). Kalau tidak sadar, saya bisa menjerit kegirangan saat akan memasuki pesawat Boeing 777-300 ER New World Business Class. Meski 'cuma' terbang singkat, pesawat ini sungguh nyaman sekali. Pesawatnya lega dengan konfigurasi tempat duduk 3-4-3. Hiburan selama penerbangan juga lengkap. Film-filmnya baru dan majalahnya informatif.

.: Majalah Penerbangan di Kabin Pesawat KLM :.

Selain hiburan selama penerbangan, semua pesawat yang saya gunakan selama keliling Asia Tenggara menyediakan makanan gratis kecuali Vietjet Airways. Berhubung saya doyan makan (makanan halal), saya pun 'memanfaatkan'nya dengan baik. Seperti saat keleleran gara-gara susah menemukan menu halal di Vientiane, saya sampai minta tambah makanan saat dalam penerbangan. Untungnya menunya enak-enak dan tentunya mengakomodasi menu saya: tanpa daging. 

Sejauh ini, makanan di atas pesawat favorit saya adalah vegetarian pizza dan muffin dari maskapai Malindo Air. Terkadang, terlalu doyannya atau memang sedang kelaparan, saya sampai meminta tambah snack maupun minumannya. Bahkan, saya pernah diberikan satu bungkus tambahan lagi sesaat sebelum mendarat di bandara internasional Kuala Lumpur

.: Kenyang di Ketinggian 36.000 kaki :.

Kejutan lainnya datang saat saya berada di bandara Suvarnabhumi Bangkok, Thailand. Seharusnya siang itu saya akan terbang dengan maskapai Bangkok Airways dengan armada Airbus 320-200. Ternyata penerbangan saya dibatalkan dan diganti keesokan harinya. Saya pun protes karena harus ada di Vientiane, Laos hari itu juga. Setelah berdebat panjang dan menunggu lama, akhirnya saya dialihkan ke penerbangan terakhir ke Vientiane jam delapan malam naik maskapai Thay Airways. Saya pun ingin menjerit kegirangan lagi setelah tahu akan naik armada berbadan jumbo Airbus 330-300 dengan konfigurasi tempat duduk 2-4-2

Meski terbang malam dengan durasi satu setengah jam, saya senang sekali. Apalagi makanannya enak dan pramugarinya baik. Saya pun menghabiskan waktu di udara dengan menikmati dua porsi waffle cokelat renyah dan roti isi sayur sambil menonton Harry Potter and The Sorcerer's Stone.

.: Di Dalam Pesawat Airbus 330-300 Thay Airways :.

Setelah sampai Jakarta kembali, saya pikir kejutannya sudah berakhir. Saya tidak berharap apa-apa dan bersyukur perjalanan saya lancar tanpa hambatan berarti. Saya pun memeriksa gawai demi mengecek harga tiket untuk perjalanan berikutnya. Ternyata, saya mendapatkan banyak tambahan poin hingga total menjadi 2.374 poin yang dapat ditukar sebagai potongan harga pada transaksi berikutnya.

Sungguh, meski sebenarnya suka agak deg-degan saat terbang, saya bukan pengidap pteromerhanophobia - ketakutan yang berlebihan saat naik pesawat terbang. Yang saya lakukan hanyalah memilih maskapai tepercaya dan banyak berdoa saja. Untungnya untuk hal pertama dapat diakomodasi oleh aplikasi Traveloka dan saya sangat terbantu karenanya. Maka tak berlebihan kiranya jika saya punya tagline sendiri yaitu Traveloka dulu, terbang dengan riang kemudian. Berangkat! []

18 komentar:

  1. Pertama kali naik pesawat tahun 2013, aku naik maskapai yang namanya baru kudenger: Jetstar. Pas mendarat di Changi, pintunya sempat macet dibuka :D

    Aku nggak pernah reserve seat, mas (baik saat online booking atau saat check-in). Tapi hampir semuanya menempatkanku di kursi samping jendela.

    Malindo Air itu worth the price banget ya. Murah, tapi dapet kualitas full service, dan pizza-nya (atau sandwhich) mengenyangkan! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha tuh kan samaan kita. Paling suka pizza-nya Malindo. Melelah di mulut. Selalu minta dua porsi hehehe ;)

      Hapus
  2. Tos, aku pun demen duduk di window seat, untungnya aku bukan tipe orang yang mudah beser hehe. terakhir pas pulang dari KL ke Palembang, aku duduk di pinggir jendela, ada anak dan ibunya mendekat.

    Si anak gak mau masuk ke dalam barisan, "kenapa bu? anaknya takut ya?"

    "Bukan takut mas, dia mau duduk di samping jendela"

    Duh dikodein nih aku haha.

    "Adek gakpapa ya duduk di tengah, om mau motret soalnya."

    Kedua orang ini manyun. Yeay, saking ngebelainnya kan kursinya aku (di)beli(in sama pengundang) hihihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha aku pun pernah mas kejadian seperti itu. Seringnya sih kursiku didudukin duluan. Pernah ada penumpang yang bilang, "Udah duduk di situ aja. Sama saja kok." Aku sampe melongo mendengarnya. Setelah melalui debat agak panjang dan didatangi pramugari, barulah penumpang itu dengan terpaksa dan manyunnya pindah bergeser tempat duduk. Yeay :)

      Hapus
  3. Yup. Traveloka pun sekarang dilengkapi pemesanan tiket kereta. Plus ada diskon pula. Hahaha.
    Kalo pesen tiket kereta aku juga pesen kursi deket jendela

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya, di pesawat atau kereta, senengnya memang milih kursi dekat jendela. Iya, traveloka udah bisa buat pesan kereta :)

      Hapus
  4. matek itu pose di dalam pesawat... mirip om-om riang *eh..*

    BalasHapus
  5. Toss! Aku juga selalu pilih duduk deket jendela. Kalo masalah makanan di atas pesawat, beberapa waltu terakhir ini ngerasain makanannya agak hambar. Gak tau emang hambar atau aku yang sudah kecanduan micin ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha paling nyaman kok deket jendela kalau suka motret. Tapi lebih nyaman lagi kalau naiknya di kelas bisnis ;)

      Hapus
  6. Sekarang kalau kita ingin terbang ke mana-mana aman hahahhah. Banyak pilihan maskapi dan aplikasi untuk berburu tiket.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan sekarang aja sih mz sebenernya. Aku udah lama pakai. Makanya poinnya juga lumayan itu buat ditukar dengan diskon :) #eaaa

      Hapus
  7. weh,, sampe hafal tipe2 pesawatnya ahaha.. Gue udah puluhan atau mungkin di atas 100x naik pesawat (SOMBONG :V, padahal mah kebanyakan dibiayain kantor wkwk ) tapi gak hafal tipe2 pesawatnya :D

    #JadiBisa

    Salam kenal mas...
    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe orang terbang sebenernya ya terbang aja. Ini cuma untuk traveler 'minat khusus' aja mz. Cuma ya seneng aja gitu :)

      Hapus
  8. Bukan cm kamu mas, sampe skr pun, aku msh slalu excited tiap kali terbang :) . Ga usahlah terbang, pergi ke bandara aja hanya utk jemput ato mengantar kenalan, itu aja bikin aku happy. Melihat kesibukan di bandara, orang2 yg mau bepergian, bikin ga sabar utk planning trip berikutnya. Tgl 1 besok aku ke vang vieng, dan seneng bisa dpt hotel gratis krn pake poin traveloka :p.. Ini aplikasi yg slalu pertama aku liat jg kalo mau bepergian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha bener. Tapi kalau harus antar orang naik haji atau jemput mereka dari bandara mah mending bobok syantiek aja di rumah. Berjubel-jubel gak ada kepentingan gitu bikin maleus banget. Tapi kalau pas hari-hari biasa, ngelihat pesawat berderet-deret sih pengennya ikut boarding aja :)

      Hapus
  9. memang paling asyik kalau naik pesawat di sebelah jendela ke daerah yang ada pulau2nya ... melihat pulau2 dan laut yang biru .. gimana gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana emg? hahaha. Iya, paling suka memang dapat posisi duduk di dekat jendela. Apalagi kalau pas cuacanya cerah :)

      Hapus