.: Kopi, Buku, dan Beberapa Lembar Kartu Pos :. |
Sore menjelang. Langit sembap sehabis hujan. Bau harum tanah basah dan serentetan kelelahan dengan banyak percakapan. Meja kerja sedikit berantakan. Berkas-berkas, alat tulis, dan banyak kertas. Betapa belum efisiennya penggunaan kertas dalam laku keseharian saya. Di meja sebelah, seorang rekan menyeduh kopi. Aroma emas hitam menguar. Kepulan asapnya menyeruak memasuki rongga penciuman. Pikiran saya pun sedikit melumer. Ada semacam momen magis saat pikiran berada pada koordinat yang simetris dengan keinginan yang terbit di hati.
Saya teringat sesuatu. Beberapa hari sebelumnya, seorang kawan di ujung sana mengirimkan bingkisan kecil: sebungkus kopi Toraja. Seorang kawan yang lain mengirimi satu eksemplar buku. Keduanya mendarat di meja kerja saya dengan jeda waktu yang tidak terlampau lama. Hati saya mengembang. Mata saya berbinar. Setidaknya, di antara serentetan kelelahan akibat banyak percakapan yang perlahan menggerus waktu, terdapat kejutan kecil yang menghadirkan senyum dan melonggarkan keseriusan. Saya sungguh bersyukur sekaligus terkesan dengan bagaimana Tuhan memeluk hambaNya melalui tangan-tangan rapuh nan ringan umatNya.