|
rusa tutul yang lucu, tapi di dalam kerangkeng ;'( |
Sejak kecil saya senang sekali melihat rusa. Ini gara-gara tiap liburan natal bawaannya nonton tv saja di rumah sampai
teler. Bayangkan saja, tiap pagi selama liburan sekolah nontonnya film-film kartun yang bertema natal. Seringnya sih tentang Santa Klaus. Saking seringnya nonton, saya sampai hafal nama-nama rusanya: Dasher, Dancer, Prancer, Vixen, Comet, Cupit, Donder, Blitzen, dan Rudolph. Favorit saya sih si Rudolph yang berhidung merah itu. Meski saya muslim, saya dibiarkan nonton film ini karena ceritanya memuat pesan-pesan universal tentang kebaikan. Memori tentang kisah di film kartun
Rudolph The Red-Nosed Reindeer agar tidak mengucilkan teman-teman yang 'berbeda' termasuk yang menderita sakit dan cacat fisik masih membekas hingga saya beranjak dewasa. Tapi di luar itu semua, sejak kecil saya punya keinginan untuk melihat rusa langsung di alamnya.
Kata bapak saya sih, dulu di hutan dekat rumah mudah dijumpai rusa. Tapi, cerita-cerita klasik tentang akibat pembalakan liar menghapus jejak semuanya. Bahkan, ayam hutan nyeberang jalan saja sekarang sudah tak terdengar ceritanya di antara tukang kayu bakar di pasar. Pernah sih ada kabar dari desa di balik gunung, kalau ada rusa yang ditangkap warga di dekat hutan. Saat dikerangkeng, si rusa terlihat diam dan meringkuk saja serta kelihatan menangis. Dari kasak-kusuk, eh ternyata hari gini rusa tersebut katanya adalah rusa jadi-jadian. Makin horor lagi saat ada orang yang datang ke tempat tersebut dan menebusnya dengan sejumlah besar uang. Anggapan tentang rusa yang lucu di film kartun terhapus dan tergantikan dengan adegan sinetron tentang pesugihan di tv. Duh.