Minggu, 26 Januari 2020

Malaikat Penjaga dari Cappadocia

.: Malaikat Penjaga yang Manis Sekali 😍🐕 :.

Sebelum berangkat liburan ke Turki beberapa waktu lalu, saya kerap dinasihati oleh beberapa kawan.

"Kalau lo mau jogging pagi di Goreme nanti hati-hati ya. Anjingnya guedhe-gedhe. Galak lagi. Suka gonggongin orang." Begitu kata mereka.

Dulu, saya memang takut sekali dengan anjing. Lebih tepatnya, trauma. Saya sudah pernah menuliskannya di sini. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, saya pelan-pelan berusaha untuk bersikap biasa saja saat bertemu dengan anjing.

Dua tahun terakhir, sejak sering main ke Bali dan Nusa Tenggara yang memang banyak anjing liarnya, saya mulai beradaptasi dengan kehadiran mereka. Bahkan di saat mendadak sekalipun, saya berusaha tetap tenang dan tidak gugup. Saya juga sudah menuliskan serangkaian pengalaman tersebut di sini

Saat dolmus (sejenis angkot di kita tapi ukurannya lebih besar) yang mengantar saya dari Urgup menuju Goreme berhenti di pertigaan Desa Goreme, hawa dingin langsung menyergap saya dari segala penjuru. Tak jauh dari titik di mana saya turun dari dolmus, dua ekor anjing tampak riang bercengkerama.

.: Dua Ekor 'Preman Kampung' yang Sedang Bercengkerama di Jalanan Goreme :.

Persis seperti deskripsi yang diceritakan kawan saya, anjing-anjing di sini memang ukurannya besar. Konon beratnya rata-rata bisa mencapai 50-65 kg. Dari penduduk setempat saya tahu jenis anjing-anjing ini adalah anjing gembala Anatolia. Bulunya halus, berwarna belang putih dan krem.

Saya tak begitu memedulikan keberadaan mereka dan berjalan tenang menuju ke arah penginapan yang direkomendasikan oleh seorang kawan-baru saat berjumpa di dalam dolmus. Saya tak sadar kalau langkah saya diikuti oleh seekor anjing. Saya hanya menganggapnya sebagai anjing liar saja yang banyak berkeliaran di seantero desa.

Setelah beristirahat sejenak, saya jalan-jalan ke seantero kawasan Taman Nasional Goreme. Padang gersang luas yang tercipta dari endapan lahar jutaan tahun ini dirimbuni dengan banyak gua dan bantukan batu-batu unik.

Saat mengunjungi Goreme Open Air Museum, saya sempat melihat ada seekor anjing manis yang jalan-jalan sendirian. Berusaha merendengi saya di antara kerumuman pengunjung. Saya yang masih penasaran dengan betapa spektakulernya alam Cappadocia ini, tak begitu menaruh perhatian khusus pada anjing ini.      

.: Seekor Anjing Sedang Mengamati Lembah di Sekitar Goreme Open Air Museum :.

Saya melihat-lihat gua yang digunakan sebagai gereja dan tempat persembunyian penganut Kristen zaman awal. Begitu asyiknya mengelilingi gua batu dan gereja kuno dalam tanah, saya sampai lupa dengan keberadaan anjing tersebut hingga saya kembali lagi ke penginapan sore harinya.  

Keesokan harinya, saya berencana untuk menikmati panorama Cappadocia dari atas bukit di belakang penginapan. Suhu Goreme di pagi hari bisa drop hingga 0 derajat Celcius. Saya yang biasa lari pagi tanpa memakai kaos, pagi itu merasa kedinginan luar biasa saat keluar kamar penginapan tanpa kaos dan memutuskan kembali untuk memakai baju berlapis dan jaket tebal, lengkap dengan penutup kepala dan sarung tangan. Begini ternyata rasanya berada di dalam kulkas.  

Bersama dengan seorang kawan-baru dari Suriname, saya berjalan pelan-pelan melewati gang sempit. Terkurung dalam kegelapan malam, di salah satu gang sempit saya dikagetkan dengan keberadaan anjing penunggu rumah mewah yang kaget juga dengan keberadaan saya. Saya memang sedang tersesat saat itu. Banyaknya jalan kecil yang memutar membuat saya terkurung layaknya di dalam labirin.

.: Desa Goreme dilihat dari ketinggian :.

Anjing itu ukurannya besar sekali. Bulunya keabu-abuan. Dia menggonggong begitu keras hingga membuat bulu kuduk saya berdiri. Detak jantung saya bergerak sangat cepat.

"Keep calm my friend. Stay cool," kata teman saya, berusaha meredakan rasa panik yang muncul tiba-tiba.

Dan secara misterius pula, entah dari mana datangnya, seekor anjing datang dan berusaha 'melawan' atau menenangkan anjing galak tadi, seolah membela saya. Anjing tersebut seperti beradu gonggongan selama beberapa saat hingga akhirnya si anjing galak mengendor dan mulai berbalik arah. Saya yang mulai sedikit tenang mulai mencari-cari rumah yang sekiranya bisa dipakai untuk 'berlindung' atau sekadar menanyakan arah yang benar menuju puncak kepada penghuninya.

Tapi kawan saya berujar, "Let's follow this dog. I'm sure he's going to the right path."  Saya tak tahu kawan-baru ini dapat insting dari mana untuk mengikuti langkah si anjing. Saya hanya ikut saja.

Dan benar saja. Mengikuti langkahnya perlahan-lahan dari belakang, saya menemukan jalan tembus kecil di samping sebuah penginapan yang menuju ke arah puncak. Si anjing ini ternyata juga berjalan menuju ke tempat yang ingin saya tuju.

Sudah ada beberapa pengunjung yang menunggu atraksi balon udara. Tempat ini memang paling OK untuk melihat Desa Goreme dari ketinggian. Melihat pemandangan yang begitu spektakuler tersaji di depan mata, semua orang seolah secara refleks langsung berusaha mengabadikan keindahan tersebut dalam gawai masing-masing.

.: Ngobrol Ceria Bersama Kesayangan 😍 :.

Saya pun ikut motret ke sana ke mari hingga terpisah posisi dengan kawan-baru tadi. Begitu tiba saatnya satu persatu balon udara mengangkasa di langit Cappadocia, semua orang tampak sibuk dengan dunianya masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut.

Saya lagi-lagi tak menyadarinya. Tiba-tiba saja, ada dua ekor anjing dengan ukuran yang luar bisa besar berusaha mengejar dan menggonggongi saya. Yang satu berwarna putih dengan sedikit bulu halus kehitaman dan satu lagi berwarna abu-abu kumal. Saya kembali deg-degan. Kali ini tidak ada teman Suriname di dekat saya dan pengunjung lain juga berada agak jauh dari posisi saya. Saya baru sadar telah berjalan agak jauh dari kerumuman pengunjung demi mendapatkan gambar dari sudut yang tidak banyak diambil oleh pengunjung lain. 

Di saat kepanikan melanda, tiba-tiba datang anjing baik hati penunjuk jalan tadi. Dia berlari kencang dari salah satu sisi bukit dan menghadang dua anjing 'galak' yang berusaha menyapa saya ini. Mereka saling menggonggong hingga bergulat dan saling berguling. Saya sampai ketakutan dibuatnya. Takut kalau-kalau si anjing baik hati ini terluka.

.: Anjing liar yang berusaha 'menyapa' saya di atas bukit Desa Goreme :.

Saya amati terus tingkah anjing-anjing tersebut hingga saya melewatkan sebuah momen keranjang dengan balon raksasa melintas di ngarai sisi sebelah saya berdiri. Belakangan, saya baru sadar bahwa itu adalah bentuk canda gurauan anjing dengan kawanannya. Mereka tidak ada yang terluka sama sekali. Setelah berguling-guling, menggonggong lagi beberapa kali, dan berguling-guling lagi, akhirnya mereka membubarkan diri dan berlari ke arah yang berbeda. Sungguh labil sekali. Dan sungguh membuat saya jadi deg-degan dibuatnya.

Yang membuat saya bertanya-tanya, mengapa anjing ini seperti begitu protektif (atau bahkan posesif) dengan keberadaan saya? Saya tahu ada beberapa kawan pernah bilang bahwa anjing itu hewan yang paling setia. Tapi kan, itu karena kawan-kawan saya yang merawat dan menyayangi mereka setiap hari. Nah ini? Saya tidak ada ikatan emosional apa-apa sebelumnya dengan anjing ini. Bahkan, sejauh yang saya ingat, tidak pernah berinteraksi secara langsung sebelumnya.

Saya hanya melihatnya sekali saat pertama kali sampai di Desa Goreme. Melihatnya lagi saat sedang berada di Goreme Open Air Museum. Tapi, saya hanya melihatnya dari kejauhan. Tidak dalam jarak dekat sekali.   

.: Menikmati Atraksi Balon Udara di Belakang Rumah Nenek 😋😘 :.

Berhubung matahari mulai terbit dan balon-balon mulai beterbangan di sisi bukit yang lain, saya duduk santai di sisi bukit yang menghadap kota. Ada perasaan tenang di sana. Aktivitas warga mulai bergeliat dan lampu-lampu kota mulai padam. Anjing baik hati tadi ikut duduk di samping saya, menikmati panorama Cappadocia dengan balon-balon udara menghiasi angkasa.

Diam-diam, kawan saya dari Suriname mengabadikan momen indah ini dari belakang. Menurutnya, persahabatan misterius antara saya dan anjing ini manis sekali. Seperti ada sahabat setia yang diam-diam menyimpan rasa kagum sekaligus berusaha melindungi. Kuping saya menghangat. Hidung saya kembang kempis mendengarnya. Apapun sebutannya, saya merasa bahwa anjing ini merupakan salah satu malaikat penjaga yang ditugaskan untuk mengawasi dan melindungi saya selama di Cappadocia. Saya bahagia dan tak merasa bosan untuk terus mengingatnya. []

12 komentar:

  1. Emang foto sama anjing itu kayak sudah akrab banget loh ahahhahah.

    Menyenangkan mempunyai kawan baru dan pengalaman baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe banget mz. Traveling terkadang menyeret kita ke dalam relung pengalaman tak terduga. Penuh kejutan deh pokoknya. Apalagi kalau jalannya ke tempat yang benar-benar baru dan belum pernah didatangi sebelumnya :)

      Hapus
  2. Saya dulunya juga orang yang takut sama anjing, takuttt banget karena berpikiran kalau mendekat akan digigit hahaha. Tapi semakin saya tambah usia, saya jadi terbiasa dan lebih berani menghadapi anjing :D

    Meski tetap sih nggak akan berani sentuh atau duduk bareng seperti mas Adie di foto atas, tapi minimal saya sudah nggak pernah dag dig dug atau lari tunggang langgang kalau melihat anjing di depan mata :P

    By the way, foto yang duduk berdua itu bagus mas. Ditambah background pemandangan yang indah, perfect! Hahahaha :)) ditunggu cerita lanjutannya~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman kali ini sungguh memorable buat saya. Makanya pas begitu pindah kota, langsung kepikiran buat nulis postingan ini. Senang sih emang kalau bisa tiba-tiba punya teman akrab di tempat jauh dari rumah begini :)

      Hapus
  3. Saya dulu juga takut sama anjing tapi semenjak tinggal di Bali udah gak. Karena suami ternyata suka anjing dan sempat miara anjing. Doi kasih tips-tips seputar anjing.

    Nah, sekarang ga takut malah relatif disuka. Sebel banget kalau diendusin dan diikutin gitu. Sekarang ga punya anjing tapi rumah kami tempat kumpul anjing, base camp gitu. teman-teman yang takut anjing malas main kerumah katanya "anjingmu banyak" padahal bukan punya kami :D

    By the way, fotonya cakep banget. Bayangin kalau di sampingnya itu sama someone bukan some animal pasti romantis :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah, Bali ini juga menjadi semacam 'wahana' latihan bagi saya untuk pelan-pelan bisa akrab dengan anjing (liar).

      Walaupun sampai sekarang gak mungkin untuk memeliharanya di rumah, paling tidak biasanya saya support untuk peliharaan teman-teman dekat dan liar waktu jalan-jalan begini. Seneng deh :)

      Hapus
  4. cappadocia adalah impian saya, semoga tahun 2020 ini saya bisa menginjakkan kaki di Cappadocia. Keren banget pemandangannya disana, bisa liat balon udara :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Waaah, semoga kesampaian yak. Seneng deh bacanya. Banyak kok spot wisata di Turki. Bisa dijelajahi ya paling enggak semingguan lah. Semoga lancar perjalanannya :)

      Hapus
  5. selama ini cappadocia hanya bisa saya lihat di instagram dan walpaper hape saya ehehe. bermimpi juga bisa langsung lihat aslinya seperi mas adie hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Banyak tiket promo kok ke Istanbul dari Jakarta. Nabung aja dari sekarang biar segera kesampaian :)

      Hapus
  6. mas ngobrol sama anjing itu dalam bahasa turki or indonesia or bahasa alien? hahahahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa Inggris aja. Mereka sepertinya paham kok apa yang saya rasakan dan inginkan :)

      Hapus