Sabtu, 12 April 2014

Jelajah Nusantara Bersama Garuda Indonesia

.: Boeing 737 - 800 NG :.
Sebagai seorang pejalan yang terobsesi menjelajahi seluruh bumi nusantara, saya kerap memilih moda transportasi udara demi menghemat waktu. Berkali-kali naik pesawat terbang, saya kerap bermimpi suatu saat bisa naik Garuda Indonesia. Mungkin sering dianggap norak (oleh teman-teman), saya sering minta difoto di hadapan pesawat Garuda Indonesia saat berjalan menuju terminal bandara meski tidak naik pesawatnya.

Maklum, dalam pikiran kolektif saya, Garuda Indonesia adalah maskapai dengan tarif premium. Bayangkan, dari 14 maskapai nasional, Garuda Indonesia merupakan satu dari tiga maskapai yang menawarkan kelas bisnis dan satu-satunya yang bermain di segmen full-servise. Bagi saya, bisa naik Garuda Indonesia itu ibarat tingkat kegantengan dan kepercayaan diri sedikit terkatrol dalam lingkungan pergaulan para pejalan yang kerap jor-joran bersaing mendapatkan tiket paling murah dari maskapai bujet.

Mimpi itu sebenarnya dimulai sejak saya masih kecil. Saya kerap diajak bapak ke lapangan di dekat bandara Juanda hanya untuk melihat pesawat take off dan landing serta berdiri sembari bersorak jika yang take off atau landing adalah Garuda Indonesia. Selain itu, saya sering dibelikan replika pesawat terbang dengan berbagai bentuk yang variatif. Tipe-tipe pesawat itu baru saya pahami setelah sepupu saya sering cerita tentang tipe pesawat yang sering ayahnya tumpangi. Dan saya baru sadar bahwa Garuda Indonesia merupakan maskapai di Indonesia yang tipe pesawatnya sangat variatif seperti replika yang saya punya.

Kesempatan naik maskapai pelat merah ini datang saat gelaran tiket promo dijajakan awal tahun 2012 silam. Karena sudah punya tabungan dan rencana liburan sampai akhir tahun, saya memborong sekitar 8 tiket perjalanan untuk mengisi waktu liburan. Reservasinya cukup mudah dan semua dapat dilayani secara online melalui website www.garuda-indonesia.com.

Seperti habis bangun tidur dan menghadapai kenyataan, saat mudik lebaran haji tahun 2012, saya akhirnya kesampaian naik Garuda Indonesia. Yang lebih seru, tak terduga, dan membuat teman-teman saya ngiri banget, saya berkesempatan naik pesawat Garuda Indonesia tipe Boeing 747 - 400.

.: Menumpang Boeing 747 - 400 :.

Boeing 747 - 400 adalah pesawat terbesar di dunia sebelum kemunculan Airbus A 380 dan merupakan pesawat terbesar yang dioperasikan oleh maskapai dalam negeri. Sungguh, penerbangan ke Surabaya kali itu merupakan penerbangan paling berkesan yang pernah saya lakukan. Saya menghabiskan waktu di pesawat dengan memotret angkasa, membaca majalah, makan snack ringan, minum jus buah segar, nonton video dari layar kabin yang lebar, dan foto-foto narsis di dalam pesawat, yang untungnya sangat dibantu dan difasilitasi oleh pramugarinya yang profesional dan sopan. Melihat pelayanannya yang memuaskan begini, pantas saja jika Garuda Indonesia dinobatkan sebagai The World's Best Economy Class oleh Skytrax pada tahun 2012. Yang membuat tambah senang, tulisan saya tentang pengalaman naik Boeing 747 - 400 Garuda Indonesia menjadi postingan yang paling banyak dibaca di blog ini.

Saya bukannya seorang maniak tipe pesawat, tapi melihat tipe-tipe pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia saat ini, saya jadi tertarik untuk mencoba semua. Seperti misalnya armada Bombardier CJR 1000 NextGen yang menggoda saya saat parkir dengan manis di Bandara Internasional Juanda Surabaya, menunggu keberangkatan ke Bali. Selain itu ada pula ATR 72 - 600 untuk destinasi Labuan Bajo dari Bali dan Lombok, yang baru beroperasi setelah saya selesai menjelajah Pulau Komodo. Setelah merasakan nyamannya Boeing 747 - 400, mungkin akan menjadi pengalaman yang menakjubkan jika suatu saat saya bisa ikut menumpang Boeing 777 - 300 ER sebagai bagian dari ekspansi Garuda Indonesia ke Britania Raya. Semoga mimpi itu bisa menjadi nyata. Tapi, yang sudah sering saya rasakan adalah menumpang Boeing 737 - 800 NG selama penjelajahan saya mengelilingi bumi pertiwi.

.: Inside 737 - 800 NG: CGK - UPG :.
Penerbangan saya selanjutnya bersama Garuda Indonesia adalah menuju Sulawesi Selatan. Dengan menumpang Boeing 737 - 800 NG saya berniat mengeksplorasi bumi Angin Mamiri. Karena penerbangan ini relatif lebih lama daripada ke Surabaya, waktu yang bisa saya gunakan untuk menikmati fasilitas penerbangan kian leluasa. Saya menikmati sarapan pagi berupa rendang dan nasi goreng, membaca majalah inflighnya yang informatif, menikmati videonya berupa film yang belum sempat saya tonton di bioskop, mendengarkan lagu-lagu terbaru, dan klip-klip pendek tentang destinasi wisata di Indonesia.

Tak mau kehabisan waktu, saya langsung menuju kawasan karst Maros, melihat habitat kupu-kupu, mandi di air terjunnya yang berair jernih, dan menjelajah gua-gua karang dengan lukisan purba. Karst Maros ini merupakan kawasan karst terluas kedua di dunia setelah Guilin, China.

Yang paling spektakuler adalah petualangan hari berikutnya saat saya menjelajah Tana Toraja, tanah di mana tradisi dan nilai-nilai luhur yang bersumber pada aturan adat masih disakralkan dan dipegang teguh. Saya mengunjungi makam-makam batu yang berisi peti-peti mati di Londa dan Lemo dengan rangkaian tau-tau yang berjejer rapi di mulut gua, dan makam bayi yang ditanam di sebuah pohon di Kambira, dan bertamu di rumah adat Tongkonan di Buntu Pune dan Kete Kesu. Beruntung, kunjungan singkat saya ke Tana Toraja bertepatan dengan upacara perayaan kematian yang digelar sangat meriah yaitu upacara Rambu Solo.   


.: Jelajah Sulawesi Selatan :.

Terinspirasi dengan bentuk atap rumah adat tongkonan yang mirip perahu dan hasrat untuk mengenal lebih dekat proses pembuatan perahu phinisi kebanggaan negeri, saya putar haluan, menempuh jarak sekitar 7 jam perjalanan darat naik angkutan umum, saya menuju Tana Beru, Bulukumba. Tempat ini dibangun melalui sejarah panjang para tukang perahu yang tersohor sampai penjuru dunia. Kisah-kisahnya ditakuti oleh para pelaut Inggris sehingga muncul istilah boogie-man. Para pelaut Bugis memang ahlinya membuat perahu. Di sepanjang pantainya yang sepi dihuni deretan perahu-perahu phinisi bernilai milyaran rupiah pesanan para pelaut asing dan pengusaha perhotelan yang hendak melakukan ekspansi dalam bisnis jelajah bahari.

Setelah merampungkan ekspedisi saya di tanah Angin Mamiri, saya mendapatkan informasi yang sangat berharga tentang awal mula Garuda Indonesia saat bertandang ke Tanah Rencong, Aceh. Dengan berbekal buku Merdeka Dalam Bercanda karya Pandji Pragiwaksono sebagai teman dalam perjalanan, saya berkeliling kota Aceh. Di sebuah tempat bernama Lapangan Blang Padang, ada satu replika pesawat Indonesian Airways. Menurut petugas museum Tsunami yang saya temui waktu itu, replika ini merupakan satu dari dua pesawat yang berhasil dibeli oleh warga Aceh untuk disumbangkan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pesawat yang akhirnya dijadikan Monumen RI 001 Seulawah ini merupakan cikal bakal lahirnya maskapai nasional pertama milik negeri ini yaitu Garuda Indonesia. 

.: Replika Indonesian Airways, Cikal Bakal Garuda Indonesia :.

Saya jadi berpikir, Garuda Indonesia sebagai maskapai nasional memang patut menjadi acuan dan gerbang yang efektif dalam mengenalkan Indonesia secara lebih dekat, baik kepada orang Indonesia sendiri maupun kepada warga dunia. Saya merasakan bahwa Garuda Indonesia sangat bercitarasa Indonesia. Mulai hidangan yang disajikan, seragam pramugarinya yang seperti kebaya sopan, fasilitas inflight yang menyajikan informasi tentang budaya, tempat wisata, dan segala sesuatu tentang Indonesia. Yang membuatnya terasa khas, setiap kali pesawat akan take off dan sesudah landing, alunan orkestrasi lagu-lagu daerah terdengar merdu dan membuat nyaman. Saya jadi merasa makin cinta negeri yang berBhineka Tunggal Ika ini.

Tak berhenti sampai di Monumen RI 001 Seulawah, saya merasa perjalanan ini penting untuk dilanjutkan hingga titik 0 km di Sabang, Pulau Weh. Saya menyebutnya sebagai bagian dari memperkaya diri dengan mengetahui sebanyak mungkin fragmen-fragmen informasi yang membentuk berdirinya republik ini. Mungkin terlalu heroik jika perjalanan ini untuk menambah rasa nasionalisme saya pada negeri Indonesia tercinta.  

.: Menjejak Titik 0 Km Indonesia: Sabang :.

Namun, entah mengapa, saat berada di Tugu KM 0, saya jadi merinding. Rasa merinding yang sama seperti yang saya rasakan saat mendengar lagu Indonesia Raya dikumandangkan atau melihat sang saka Merah Putih dikibarkan. Hal-hal kecil seperti ini mungkin yang saya rindukan saat melakukan perjalanan. Tidak sengaja menemukan kenyataan bahwa negeri ini merupakan negeri yang besar, terbentang dari Sabang sampai Merauke, dan dibangun dari sikap gotong-royong serta persatuan, dan rasa cinta tanah air.

Hal serupa yang saya temui dalam perjalanan, yang paling tidak, mampu membuat saya bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia dan cinta bertanah air Indonesia sering didengungkan oleh Pandji Pragiwaksono. Saya mengenal Pandji sebagai pengisi acara di Provokatif Proaktif yang tayang di Metro TV. Waktu itu saya terhibur gara-gara tingkahnya yang membuat mimik muka mirip seperti Susno Duadji.  

.: Meet and Greet with Pandji Pragiwaksono @ Istora Senayan, Jakarta :.

Awalnya, tayangan itu saya tonton acaranya sebagai hiburan semata. Lama-lama, isinya mengarah ke hal-hal yang berbau politik dan persoalan negara. Mungkin saya tidak terlalu intens mengikuti acaranya setiap minggu, tapi satu hal yang saya pelajari dari tayangan ini adalah keberanian untuk menyuarakan pendapat jika hal itu ternyata benar dan baik untuk keberlangsungan kehidupan bernegara di republik ini.

Saya juga suka dengan karyanya Nasional.is.me, terutama bagian Sabang sampai Merauke yang mengulas tentang kekayaan dan keberanekaragaman bumi pertiwi dari Aceh hingga tanah Papua. Kebetulan karena saya suka jalan-jalan dan menyukai hal-hal yang berkaitan dengan Indonesia, keberagaman, warna-warni negeri, dan segala hal yang orang rangkum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, seperti membangkitkan gairah saya untuk tetap optimis dan tidak pernah putus asa dalam mencintai negeri ini.

Sebagai seorang yang bukan siapa-siapa, hanya pegawai pemerintah biasa, saya merasa tersentil dan terpanggil untuk menjadi bagian dari orang-orang yang masih mencintai negeri ini sepenuh hati. Kontribusinya mungkin tidak besar, tapi cukup memberi arti. Itulah yang berusaha saya wujudkan dalam berkarya setiap hari. Secara periodik saya melakukan perjalanan, menjelajah ke pelosok negeri untuk mengenali lebih dekat bagian lain dari NKRI, menemukan keasyikan berbagi dengan menuliskan catatan-catatan pribadi dalam blog ini yang siapa tahu dapat memberikan secuil inspirasi bagi orang-orang di luar sana. Selain itu, saya juga kerap membuka diri untuk dialog dan obrolan ringan seputar jalan-jalan, Indonesia, dan sesekali mengajar tentang disiplin ilmu yang saya geluti jika diundang.

Sebagai bagian dari keluarga pendidik yang kerap juga melakukan kegiatan mengajar, saya setuju dengan pendapat Pandji yang disampaikan dalam suatu tayangan Mesakke Bangsaku. Bahwa seorang anak itu mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu, proses pendidikan yang dilakukan pada setiap anak seyogyanya pendekatannya juga berbeda. Hal itulah yang berusaha saya praktekkan pada orang-orang yang menjadi klien saya, orang-orang yang membutuhkan penjelasan pada saya baik secara lisan maupun tulisan.

Saya percaya bahwa nilai-nilai luhur kebangsaan dan rasa cinta tanah air yang dilantunkan Garuda Indonesia dalam melayani penumpang dan digaungkan oleh Pandji melalui kemampuannya berkomedi, masih kerap dilakukan, meski secara sederhana oleh banyak orang di seluruh penjuru Republik Indonesia. Saya percaya bahwa cinta tanah air itu tumbuhnya dari hati. Dan segala sesuatu yang bersumbu pada hati dapat ditumbuhkan melalui kebiasaan-kebiasaan sederhana yang diulang-ulang dengan kesadaran diri. []

PS: Catatan Ini Dibuat Untuk Kontes #BersamaGaruda bersama Pandji Pragiwaksono dan Garuda Indonesia.

6 komentar:

  1. Kakka ... Naik garuda siapa yg bayarin ??? #kaburrrrr.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha nabung dong ah, jangan kayak orang susah :P *sisiran*

      Hapus
  2. aku belinya nunggu buy1 get 1 dari kartu kredit atau debit aja deh *biar minta dibeliin* #eh

    BalasHapus
  3. Mau nanya mas.. saya dot invite via email dari garuda indonesia utk JELAJAH NUSANTARA..nah itu maksudnya gmn yah.. apa ada potingan khusus hrg tiketnya atau gmn? *berharap ahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, mohon ditanyakan langsung saja ke pihak Garuda Indonesia. Kebetulan saya tidak ada kerjasama dengan pihak Garuda. Tulisan ini murni review saya saat menikmati layanan yang diberikan maskapai kebanggaan nasional kita ini. Salam :)

      Hapus