Sabtu, 31 Oktober 2015

Selubung Tanjung Lesung

.: Bersantai Sejenak di Pantai Tanjung Lesung :.

Pesona pantai Anyer yang terus merosot dan kawasan Ujung Kulon yang susah dijangkau membuat Banten 'membuka' kantung-kantung baru potensi wisatanya demi mendulang lebih banyak wisatawan. Promosinya masif dan memberi kesan elegan. Terletak di peninsula sebelah barat, provinsi yang baru berdiri tahun 2000 ini seolah menyiapkan Tanjung Lesung menjadi primadona baru destinasi wisata yang menggabungkan konsep petualangan, wisata, bisnis, dan wahana bertetirah.

Lokasinya hanya berjarak sekitar 3 jam berkendara dari Jakarta. Jalurnya dibentengi oleh lanskap persawahan dan pantai cantik yang menghimpit selat Sunda. Sebuah bandara mini juga sedang disiapkan untuk mempermudah akses untuk menembusnya melalui bandara Halim Perdanakusumah di Jakarta. Jika diperhatikan, kawasan ini awalnya merupakan hamparan rawa yang disulap menjadi tempat ditanamnya konstruksi resort dan penginapan premium. Bersama dengan beberapa teman kantor, saya menghabiskan suatu akhir pekan untuk menyambangi vila-vila mungil yang dibangun bagi mereka yang secara ajeg mengamini keheningan dan senantiasa merindukan suasana sepi.   

Minggu, 25 Oktober 2015

Pesta Duka Tana Toraja

"Dalam keheningan tanah subur di tengah pegunungan, di antara tebing-tebing batu tempat jenazah dikebumikan, di sebuah desa sederhana yang jauh dari hiruk-pikuk ketamakan kota, sebuah pesta meriah berlangsung sebagai pengantar menuju alam baka."

.: Jenazah warga Toraja yang akan diantarkan menghadap Puang Matua :.

Terpikat dengan slogan Toraja Goes To The World Cultural Heritage, saya sengaja datang ke Tana Toraja dengan harapan dapat melihat langsung prosesi Rambu Solo'. Pagi baru saja dimulai di Rantepao, Toraja Utara. Tapi Pak Andriana, orang pertama yang saya tanyai tentang tempat persewaan motor, sudah siap menyambut dengan serangkaian acara adat yang berlangsung hari itu. Mantunu - atau hari pengorbanan kerbau, yang termasuk dalam rangkaian upacara pemakaman Rambu Solo', akan digelar pagi itu di Desa Nonongan, Kecamatan Sopai, Toraja Utara. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk persiapan mengantar jenazah ke banuang tangmerambu - atau rumah tanpa asap yaitu makam. 

Selasa, 20 Oktober 2015

Lara Tawa Primata

.: Seekor Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting :.

Pagi yang hening mendadak pecah oleh suara gaduh yang memekakkan telinga. Suara itu bukan berasal dari deru mesin kelotok (perahu kecil dengan mesin diesel). Sekawanan bekantan (Nasalis larvatus) baru bangun dari tidurnya. Sang pejantan, yang berhidung paling mancung dan berekor paling panjang, seperti dirigen yang memberi komando bagi kelompok paduan suaranya untuk secara lantang bersuara keras meski jauh dari merdu. Suara serak bersahutan tersebut seakan menjadi alarm pembuka hari di Taman Nasional Tanjung Puting pagi itu.

Saya sengaja bangun pagi hanya agar tidak melewatkan kisah bersambung pertunjukan kawanan bekantan yang bergelantungan di atas dahan-dahan pohon kemarin sore. Setelah para bekantan tersebut pergi secara bergantian masuk kembali ke tengah hutan, giliran sekawanan monyet-monyet lucu memecah keheningan. Dengan anggota komunitas tak sebanyak kawanan bekantan, monyet-monyet tersebut seakan mengendap-endap untuk menggantikan singgasana para bekantan yang 'menguasai' area tersebut sejak kemarin sore. Mereka bersahutan, tampak meriah sekali, menyahuti gurauan sesama komunitasnya maupun menanggapi secara random para wisatawan yang dengan jahil menggoda gurauannya.

Kamis, 15 Oktober 2015

Kriya Wastra Nusantara

.: Aneka Tenun Ikat Khas Sumba :.

Terlahir dari kreasi para perempuan perajin kain dalam menyilangkan benang dan mengawinkan warna, beraneka ragam produk wastra tersebar di seluruh penjuru nusantara. Bertumpu pada kearifan lokal yang bersumber dari ritual adat, lembaran-lembaran kain tersebut bertransformasi bukan hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga mempunyai tempat sentral dalam sebuah upacara keagamaan, acara pernikahan, kelahiran, dan kematian, serta menjadi alat pembayaran denda atas sebuah pelanggaran norma sesuai dengan motif dan tujuan pembuatannya.

Dalam seni semiotika disebutkan bahwa motif dalam selembar kain merupakan penuturan tentang harmoni antara manusia, alam, dan makhluk hidup di dalamnya. Hal itu salah satunya dapat ditunjukkan dari mata rantai pembuatannya sejak dari kapas menjadi benang, hingga ditenun atau diwarnai sesuai dengan jenis kainnya. Pada akhirnya, kain-kain tersebut seakan mengikat para pemakainya dengan adat yang berlaku.  

Rabu, 07 Oktober 2015

Fusi Seni untuk Negeri #SmescoNV

.: Aneka Produk Fashion Produksi Dalam Negeri di JakCloth 2015 :.

Saat jalan-jalan, tas punggung yang saya gunakan selalu sama. Hal itu karena hanya tas tersebut yang saya punya. Pertimbangan paling utama sebenarnya karena tas tersebut nyaman buat dibawa ke mana-mana, mampu menampung barang-barang yang saya butuhkan dalam perjalanan, dan dapat berubah fungsi jadi bantal atau guling jika diperlukan. Perihal kenyamanan itulah mungkin yang diburu oleh para penggila tas. Saya tak habis pikir saat tahu ada orang yang rela menggelontorkan ribuan dolar pundi-pundinya hanya untuk membeli sebuah tas kesayangannya.

Merek-merek seperti Louis Vuitton, Hermes, dan Channel seakan menjadi 'benda ajaib' yang wajib dimiliki hingga mencari bajakannya pun mutlak dilakukan agar punya pengalaman menentengnya ke mana-mana. Tapi, ada sebagian kalangan yang menyebutnya sebagai aib jika ketahuan menenteng tas bermerek tapi palsu. Tas-tas bermerek itu sepertinya telah berubah fungsi dari hanya sekadar 'wadah' barang, menjadi 'tiket masuk' ke dalam suatu komunitas. Untuk itulah orang berlomba-lomba memilikinya hingga rela berburu ke luar negeri, mencari yang bekas pakai hanya untuk bisa masuk ke dalam suatu komunitas atau agar lebih dihargai di suatu kalangan masyarakat tertentu. Selain tas, barang-barang yang konon bisa mendongkrak penampilan seseorang adalah baju dan sepatu. Tapi keduanya tak memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergaulan layaknya pengaruh tas yang ditenteng.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Tabula Rasa Swarnadwipa

.: Teroka Selera Nagari Barat Sumatera :.

Pada mulanya adalah kelapa, lalu menjelma menjadi santan. Melalui tangan-tangan kreatif peracik bumbu dan tradisi yang diwariskan turun temurun, bahan dasar tersebut bertransformasi menjadi sajian nikmat penggugah selera. Didukung dengan bentangan luas wilayah yang subur dan dipengaruhi oleh beragam adat, kebiasaan, serta keterampilan lidah lokal, beragam menu hadir menjelma duta dalam dunia boga yang saling berlomba-lomba menunjukkan kekhasannya memenuhi hasrat para petualang kuliner di seluruh penjuru dunia.

Terlahir mewarisi lidah Jawa yang terbiasa mengunyah menu dengan beragam bumbu yang lebih 'kalem', menu-menu dari Nagari Minangkabau terbilang lebih berani dalam rasa dengan tekstur bumbu yang lebih kuat. Dalam peta gastronomi nasional, serentetan menu masakan Padang secara ajeg mencatatkan dirinya dalam menu-menu yang ditawarkan oleh restoran butik hingga warung makan pinggir jalan.