Minggu, 24 Mei 2020

Memorabilia Maria

.: Tengara Maria ๐Ÿ๐ŸŒฟ :.

Saat masih SD, saya mengenal sosok Bunda Maria hanya dari figur yang terdapat di altar dalam rumah kawan saya yang Katolik. Beranjak remaja dan mulai suka jalan-jalan, saya mulai mengenal lebih jelas bahwa figur tersebut begitu diagungkan di dalam sebuah gua di Puhsarang, Kediri.

Begitu sudah bekerja dan mempunyai kesempatan untuk jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh, saya menyaksikan bentuk 'penghormatan' yang begitu meriah kepada sosok Bunda Maria pada perayaan Semana Santa di Larantuka, Flores Timur. Masyarakat tumpah ruah ke jalan, mengarak figur agung tersebut keliling kota. Figur yang sungguh indah saya temui saat berkunjung ke gereja-gereja di Filipina. Sebagaimana di Nusa Nipa, menurut saya, gereja-gereja di Filipina sungguh memanjakan mata.

Tak banyak informasi yang saya tahu tentang Bunda Maria saat kecil dulu. Sejauh ingatan saya, informasi yang disampaikan Pak Ustad dan guru pelajaran agama di sekolah 'hanya' sebatas sebagai sosok 'perempuan yang melahirkan Isa Almasih'.

Padahal, Maryam binti 'Imran ialah salah seorang dari empat perempuan yang dianggap paling agung di seantero jagad selain Asiyah istri Firaun, Siti Khadijah istri baginda Nabi Muhammad SAW, dan Fatimah binti Muhammad. Bahkan, dia menjadi satu-satunya perempuan yang namanya diabadikan menjadi surah di Alquran yaitu surah ke-19. Saya hafal nomor surah ini karena urutannya setelah surah Alkahfi, surah yang isinya menggelitik minat saya untuk mencari keberadaan gua tempat tujuh pemuda beriman dan anjingnya yang tertidur di dalam gua selama 309 tahun. Nama Maryam disebut sebanyak 34 kali di dalam Alquran. Begitu istimewa bukan?

Baca juga: Ekspedisi Alkahfi.

.: Diorama Kandang Domba: Tempat Almasih Dilahirkan ๐ŸŒพ๐ŸŒธ :.

Ribuan kilometer membentang dari Indonesia dan Filipina, tempat saya mengenal dan mengagumi sosok Maria, teronggok di sebuah bukit yang sejuk dan sunyi di Selรงuk, ada satu bangunan yang dipercaya sebagai rumah yang pernah ditinggali Ibunda Yesus Kristus ini. Lokasinya memang agak jauh dari pusat kota dan tidak ada angkutan umum untuk menuju ke tempat ini.

Beruntung, di suatu siang yang terik, saat saya akan berjalan meninggalkan situs sepuh yang dipercaya sebagai lokasi kejadian Ashabul Kahfi, ada satu keluarga baik hati yang mengajak saya turut serta mengunjungi situs Meryem Ana Evi (Rumah Perawan Maria). Keluarga tersebut ialah keluarga yang saya tanyai tentang arah menuju situs Alkahfi saat sedang istirahat di sebuah resto kecil tak jauh dari lokasi gua.

Saya mengucapkan terima kasih saat melewati mereka dan berlalu menuju kebun jeruk yang bunganya sedang bermekaran seperti sakura. Nah, ketika saya memotret kebun jeruk inilah, anak perempuan keluarga tersebut berlari-lari seperti sedang mencari seseorang. Melihat dari kejauhan, saya pun menyapanya kembali.

"Hi, merhaba, what are you looking for?", tanya saya penasaran.

Gadis itu menghela napas lega ketika melihat saya.

"You. I'm looking for you. We're planning to visit Meryem Ana Evi. You can join us if you want to visit too", katanya, menawari dengan sopan.

Saya belum pernah ke bulan, tapi siang itu, perasaan saya seperti terbang ke sana. Bagaimana mungkin saya menolak ajakan ini. Saya pun mengucapkan terima kasih lagi dan bergabung dengan keluarganya.

.: Altar Pernikahan :.

Gadis itu bernama Melek ร‡itenel, seorang mahasiswa tahun pertama di sebuah universitas di Izmir. Melihat saya berjalan jauh sendirian, ibunya yang mengira kalau saya masih seumuran anaknya tersebut berpikir untuk mengajak serta mengunjungi rumah Maria. Masih ada satu tempat di kursi belakang mobilnya yang cukup untuk mengangkut saya. Saya yang tadinya mengira kalau hitchhike tidak begitu populer di Selรงuk, akhirnya harus bersyukur ada keluarga baik hati yang saya temui dalam perjalanan. Tuhan beserta para pejalan yang berusaha mengetahui lebih jauh tentang firmanNya.

Hanya perlu sekitar 15 menit berkendara mobil untuk menjangkaunya. Jalannya memang meliuk-liuk khas jalanan pegunungan. Dan memang, meski menyajikan pemandangan indah di sisi jalan, suasananya sungguh sepi. Tidak kebayang rasanya saya kalau harus melewati jalanan ini seorang diri.

.: Panaya Kapulu :.

Jarak dari tempat parkir menuju situs lumayan jauh. Kami harus berjalan menuruni jalanan beraspal yang dipagari pohon zaitun dan cemara. Udaranya sejuk. Pucuk-pucuk pepohonan membentuk kanopi yang menjadi tudung jalan. Figur Bunda Maria menyambut kami layaknya mengucapkan selamat datang.

Saya harus mengucap hamdallah berkali-kali karena suasananya sungguh sepi. Sebagai situs religi yang kerap diziarahi pengunjung, rumah Bunda Maria sungguh lengang siang itu. Pengunjungnya mungkin tidak lebih dari sepuluh orang saat saya datang. Jadi, saya bisa leluasa mengambil gambar setiap sudut, tanpa harus repot untuk menunggu kerumunan segera menyingkir.

Rumah Bunda Maria ini dikenal dengan sebutan Panaya Kapulu. Rumahnya kecil saja. Hanya terdiri dari tiga ruangan utama dan satu ruangan kecil di sebelah kanan ruangan ketiga. Memang, fungsinya bermetamorfosis menjadi kapel daripada hanya sebuah rumah.

Bangunan ini ditemukan pada abad ke-19 melalui 'penglihatan' seorang biarawati yang berasal dari Jerman. Syahdan di tahun 1821, Suster Anne Catherine Emmerich (1774-1884) mengalami fenomena stigmata yaitu sebuah pertanda berupa kesakitan fisik yang dipercaya berasal dari Tuhan. Dalam keadaan trans, suster tersebut menyampaikan lokasi terakhir dan dipercaya sebagai tempat Bunda Maria tinggal hingga meninggal yang lokasinya diperkirakan berada tak jauh dari Kota Tua Efesus.

Baca juga: Menembus Gerbang Efesus.

.: Pancuran Air Suci :.

Informasi yang disampaikan oleh sang suster tersebut dituliskan dalam sebuah buku oleh Clemens Brentano. Enam dasawarsa kemudian, seorang pastur dari Perancis, Abbe Julien Gouyet melacak keberadaan Rumah Bunda Maria berdasarkan pada catatan Brentano. Atas temuan yang mengejutkan ini, selama beberapa tahun, Vatikan tidak memberikan otentisitas akan kebenaran bangunan tersebut sebagai petilasan yang pernah menjadi rumah tinggal Sang Perawan Maria.

Hal itu didukung oleh pendapat pakar arkeologi yang menyatakan bahwa bangunan ini didirikan sekitar abad ke-6 atau ke-7 Masehi. Sementara, Bunda Maria hidup pada periode abad pertama Masehi.

Kisah yang dipercaya, setelah Yesus wafat, Bunda Maria bersama Rasul Yohanes memang mengasingkan diri dari kejaran tentara Romawi di Yerusalem menuju ke Efesus, kota terbesar kedua setelah Roma kala itu. Hijrah tersebut berlangsung sekitar tahun 37 Masehi. 

Pakar arkeologis yang lain mengatakan, bangunan kapel tersebut memang sekiranya dibangun pada abad ke-6 atau ke-7, tapi pondasi yang menjadi pokok bangunan diperkirakan berusia jauh lebih sepuh lagi, yaitu sesuai dengan periode ketika Bunda Maria dikabarkan bermukim di pinggang bukit Bulbul ini.

.: Tembok Pengharapan :.

Baru sekitar tahun 1896, kapel ini mendapat pengakuan Vatikan yaitu berdasarkan pernyataan Paus Leon XIII. Panaya Kapulu diberkati oleh Paus Pius X serta para Paus setelahnya, dan dijadikan sebagai tempat suci bagi umat Katolik. Namun, kunjungan pertama oleh pemuka utama agama Katolik tersebut baru dilakukan pada tahun 1967 yaitu oleh Paus Paul VI. Paus berikutnya yang menyempatkan diri berkunjung ke Panaya Kapulu ialah Paus John Paul (1979) dan Paus Bennedict XVI (2006).

Karena dijadikan sebagai bangunan suci umat Katolik, restu dan campur tangan Vatikan diwujudkan dengan adanya tentara yang menjaga kawasan situs dan diutusnya Romo berikut bruder yang bertugas memimpin misa dan memberikan pelayanan gereja.

Saya memasuki kapel ini dengan perasaan deg-degan. Setelah mengucap salam, saya tidak langsung menuju ruangan altar. Ada dua jemaat yang sedang berdoa. Saya menanti dengan sabar sembari melihat informasi yang terpasang di dinding. Mengambil gambar di dalam kapel ini hukumnya haram. Saya pun mematuhi aturan tersebut dengan taat. Setelah kedua jemaat tersebut berlalu, saya berusaha menyeret kaki menuju ruangan altar. Hanya ada enam orang saja yang berada di ruangan itu yaitu dua orang suster yang sedang membaca Alkitab, seorang Romo dan bruder yang tersenyum hangat, Melek, dan saya.

Romo tersebut mempersilakan saya mengambil lilin yang ada di rak. Sementara Melek sudah mengambil lilin, membakarnya, dan mulai berdoa, memejamkan mata penuh dengan ketakziman, menghadap figur Bunda Maria yang ada di altar. Terus terang saya merasa kebingungan lagi seperti kebingungan saya sewaktu mengunjungi makam Rasul Yohanes.

Baca jugaMenziarahi Yohanes.

.: Bersama Keluarga Melek ร‡etinel :.

Pertama, bingung (lebih tepatnya bertanya-tanya) tentang mahzab apa yang dianut oleh Melek. Kedua, saya bingung (lebih pas dibilang canggung) karena seumur hidup belum pernah diajarkan atau mengerjakan laku doa sembari membakar lilin dan menghadap sosok yang 'berwujud' seperti ini.

Sepertinya Romo memahami kecanggungan saya dan menyilakan saya untuk tidak perlu membakar lilin dan bisa berdoa di luar bangunan kapel. Hati saya menjadi lebih tenang. Setenang ruangan kapel ini. Saya hanya mengerjakan laku hening sejenak tanpa memejamkan mata di depan altar. Setelahnya, Melek mengajak saya menuju tempat lilin di luar kapel, tak jauh dari pintu keluar.

Saya baru tahu setelah diberi penjelasan sedikit oleh Melek. Ritual berziarah ke Panaya Kapulu (bagi umat Katolik) diawali dengan membakar lilin, berdoa di depan altar, menempatkan lilin ke tempat lilin-lilin menyala di luar kapel, membasuh muka dan minum dengan air suci di pancuran yang bersumber dari mata air di belakang kapel, dan terakhir (jika dianggap perlu) menuliskan harapan dan doa di Tembok Pengharapan (Wishing Wall).

Berada di luar kapel, saya menyempatkan diri untuk membasuh muka dengan air suci yang ada di pancuran. Airnya dingin. Konon, seperti juga di Indonesia, air suci ini dipercaya dapat membuat awet muda dan tolak balak berbagai macam penyakit. Para peziarah biasanya membawa botol minum atau jerigen kecil untuk diisi dengan air suci ini sebagai oleh-oleh.

.: Azimat nazar boncugu (mata setan) bergambar Maria :.

Setelah membasuh muka dan merasa belia sebagaimana dikira oleh ibunya Melek, tak lupa saya berdoa sejenak, mengirimkan Alfatehah kepada almarhumah Siti Maryam, sang ibunda dari Isa Almasih As sebelum menuju Tembok Pengharapan.

Tembok ini mengingatkan saya pada perkawinan antara Tembok Ratapan di Yerusalem dan ritual Gantung Batu di Pulau Satonda, Nusa Tenggara Barat. Para peziarah menuliskan doa dan harapannya di dalam secarik kertas dan ditempelkan di dinding batu.

Matahari tak lagi terik. Sinarnya sudah lebih condong ke barat. Saya dan keluarga Melek bergegas meninggalkan kapel. Kami mampir sejenak ke toko suvenir. Sekadar melihat-lihat saja. Kami kembali ke pusat kota Selรงuk dan berpisah di perempatan dekat terminal. Setelah mengucapkan terima kasih banyak atas tumpangan dan ajakan berpesiar hari itu, saya pun kembali ke hotel.

Dengan langkah ringan melintasi deretan pohon jeruk di kanan kiri jalan, saya mengucap hamdallah atas berkat hari itu. Saya berbisik dalam hati, semoga teman-teman saya (tidak hanya yang beragama Katolik) mempunyai kesempatan untuk berziarah ke kota ini. Karena menurut saya, (ini menjadi prinsip sekaligus pengingat diri), kita bisa jadi berbeda dalam iman, tapi seharusnya sih ya, mempunyai kewajiban dan kepentingan yang sama dalam merawat cinta kasih kepada sesama. []

51 komentar:

  1. Balasan
    1. Bagi sebagian orang mungkin begitu, tapi ini termasuk destinasi populer kok yang biasanya ada dalam paket tur religi ke Efesus. Cuma karena saya gak ikut tur aja ini. Sendiri aja hehehe ๐Ÿ˜๐Ÿ™

      Hapus
  2. Ternyata di turki banyak juga ya situs religi untuk umat Kristen, selain makam Yohanes juga ada gerbang efesus dan kali ini situs rumah Maryam.

    Tapi anehnya kok situsnya agak sepi ya, sama seperti gerbang efesus. Beda dengan makam ziarah wali songo yang selalu ramai.๐Ÿ˜„

    Berarti yang menemukan situs itu Suster Anne Catherine Emmerich yang mengalami fenomena stigmata lalu kisahnya dibukukan oleh Clemens Brentano.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak banget. Apalagi Selcuk ini, situs religinya banyak banget. Tapi kalau hanya kunjungan singkat, situs-situs yang kutulis ini bisa jadi rujukan. Setidaknya sudah merepresentasikan Selcuk secara umum.

      Ini kapelnya sepi mungkin aku datang di saat yang tepat ya. Rombongan bus wisata yang biasanya menumpahkan wisatawan dan grup tur lagi rame-ramenya ada di Efesus. Lagian udah lumayan sore juga sih ini. Jadi kelihatannya sepi.

      Suster Anne hanya ngasih ancer-ancer lokasinya aja. Yang nemuin seorang pastor dari Perancis yaitu Abbe Julien Gouyet ๐Ÿ™๐Ÿ˜ท

      Hapus
    2. Iya ya, Turki kan zaman dahulu jadi pusat kerajaan Bizantium, setelah itu kesultanan Utsmaniyah jadinya pasti banyak situs religi. Ada perpaduan situs Islam dan Kristen.

      Oh ternyata udah sore jadinya kelihatan sepi ya.๐Ÿ˜„

      Hapus
    3. Masa ini jauh sebelum Byzantium Utsmaniyah eksis. Jadi memang daerah ini termasuk wilayah Semenanjung Persia. Kawasan yang lumayan populer kala itu. Apalagi ada Efesus yang sempat dinobatkat sebagai kota terbesar kedua setelah Roma. Bisa jadi itu sebaik daya tariknya juga ๐Ÿ™

      Hapus
  3. aku ketawa pas bagian dianggap seumuran sama anaknya. diiyain aja ya, mas, namanya juga masih muda. hahaha :D

    baca tentang bunda maria aku malah ingetnya novel ayat-ayat cinta. hahaha.

    biasanya kalau masuk ke sebuah tempat ibadah itu rasanya bisa tenang banget. suasanannya enak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe kenyataannya memang masih belia kok. Makanya banyak orang Turki yang pasang ekspresi WOW pas tahu kalau aku datang sendirian.

      Eh iya ya. Itu udah lebih dari 12 tahun lalu lho. Filmnya sempat booming kan dulu itu.

      Sebenarnya tergantung hati ya. Hati yang lembut konon akan selalu merasa sejuk ketika berada di kawasan tempat peribadatan. Auranya terasa tenang memang ๐Ÿ™๐Ÿ˜ท

      Hapus
  4. Saya juga lihatnya mas Adie seumuran kok sama mba Melek ๐Ÿคญ hihihi. Itu artinya mas Adie awet muda ๐Ÿ˜†

    Eniho saya jadi semakin tertarik deh untuk back to Turkey karena penasaran sama beberapa tempat yang mas Adie bahas. Which is beberapa tempat itu nggak pernah saya tau sebelumnya ๐Ÿ˜ ketauan banget deh saya kalau jalan-jalan lebih sering ke tempat mainstream atau nangkring from one cafe to other cafe doang ๐Ÿ™ˆ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hei hei hei, aslinya memang masih muda banget. Early 20's yo. ๐Ÿ˜. Jadi emang ibunya Melek bilang begitu alasannya memang kuat kok.

      Hahaha iya. Biasanya orang fokusnya ke Istanbul dan Cappadocia aja. Padahal Turki itu luas banget. Terutama yang wilayah Asia. Semoga segera kesampaian deh revisit Turkinya ๐Ÿ˜๐Ÿ™

      Hapus
  5. Mantap banget perjalanan solo menikmati keindahan, budaya, dan reliji di Turkey.
    Sepertinya Kristen di sini adalah Rome Catholic, yang juga kena pengaruh dengan Kristen Arab. Ga heran lah ya, dulu nya Turkey di bawah Roman Empire, dan dia ada di middle east, dan tidak bsa menghindar dari Arab dan Kurdish di masa Ottoman, jadinya negeri ini kultur dan relijinya jadi unik, termasuk dengan performance kehadiran bunda maria.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya begitu ya. Karena Bunda Maria sendiri datang ke sini sekitar abad pertama Masehi, jadi ajarannya harusnya masih murni.

      Turki ini memang beragam. Dan kawasan Selcuk memang dibanjiri dengan banyak situs religi. Bahkan, paket tur yang sering dipromosikan ya ke sini salah satunya selain ke Efesus dan Saint John Basilika. :)

      Hapus
  6. Siapa tau mas Adie berjodoh sama mbak Melek ๐Ÿ™‚.
    Ntar anak-anaknya pada cakep blasteran Turky-Indo hehehe ..

    Dari kisah sejarah Bunda Maria di Turky yang menarik ini, aku penasaran dengan ajimat nazar boncugu bergambar mata setan.
    Alasan apa ya kok yang dipilih gambar mata setan, bukan mata malaikat ?.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe saya lebih suka dengan orang Indonesia saja. ;)

      Tentang azimat nazar boncugu itu sebenarnya sudah pernah saya bahas di postingan sebelum-sebelumnya. Makanya saya kasih link hidup pada tulisan tersebut. Monggo kalau mau dibaca lebih lanjut.

      Itu hanya 'sebutan' aja kok. Di mana-mana, enggak di Indonesia, enggak di Turki, semua sama kalau urusan perklenikan hehehe :)

      Hapus
    2. Ternyata di Turki masih ada klenik juga ya.๐Ÿคฃ

      Hapus
  7. sepertinya ini lokasi yang bersejarah banget ya mas.. gw sih gak terlalu ngerti jalan ceritanya, cuman setelah lihat beberapa foto dan cerita yang di tulis, gw jadi tau sedikit dan banyak beberapa tempat religi, didunia :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya. Semoga memberi manfaat. Meski klise, saya akan menyarankan agar dirimu mulai menabung, siapa tahu ada kesempatan juga untuk menjelajah tempat lain di penjuru dunia. Aamiin ๐Ÿ™

      Hapus
    2. menabungnya si udah mas, cuman ya uang tabunganya itu selalu habis ke pake untuk kebutuhan di kala gak ada job haha.. tapi ya aku aminin aja mas, semoga bisa datang ke tempat-tempat yang bersejarah itu :D

      Hapus
  8. Sepertinya tempat-tempat yang kamu kun jungi bisa dibuat napak tilas, mas ahhahahha. Entah kapan, tapi menarik menurutku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe menabung mas dari sekarang. Orang kan gak tahu tho kesempatan itu datangnya kapan. Ya siapa tahu dapat tiket promo lalu bisa cuz ke sini. Seru lho ๐Ÿ˜๐Ÿ™

      Hapus
    2. Mungkin kendala saya di bahasa, mas. Bahasa Inggris amburadul, bahasa lainnya blas gak bisa. Tapi memang harus bermimpi dulu, pokoknya tendang lurus ahahhahah

      Hapus
    3. Hahaha belajar. Bahasa itu harus dipraktekkan. Dulu aku gak bisa bahasa Inggris. Apalagi bahasa lainnya. Seiring berjalannya waktu, bertemu banyak orang dari berbagai negara, mulai sedikit-dikit belajar bahasanya, kepo, dan sebagainya, akhirnya ngomong aja. Sering dibully juga kalau aksennya medok dan apalah itu, tapi yang bilang gitu cuma orang Indonesia kok. Dan mostly, mereka gak bisa (atau gak terbiasa) bahasa Inggris. Jadi ya, the show must go on :)

      Hapus
  9. Hm, tempatnya penuh dengan sejarah yang sangat sangat besar ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. (((SEJARAH YANG SANGAT BESAR)))? ๐Ÿ˜…. Itu maksudnya gimana ya?

      Hapus
  10. Kalau saya pernah tau patung Bunda Maria itu ada di Ambarawa Semarang, jadi tempat doa gitu. Kalau malam pun masih buka untuk publik, tapi kalau ini di Flores rasanya kayak di Roma viewnya xD

    altar pernikahannya kece banget sukak! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya, di Ambarawa ada juga, tapi saya belum pernah ke sana. Flores itu disebut-sebut sebagai Vatikan kedua gara-gara banyaknya gereja Katolik dan perayaan-perayaan keagamaan yang sering dihelat dengan meriah. Keren kok memang. Kalau senang jalan, Flores is a must :)

      Hapus
  11. Nama perempuan itu bikin aku senyam senyum. Untung dia tidak berasal dari kota Belek, ya :)

    Itu tembok pengharapannya penuh banget sama kertas. Jadi keinget pagar-pagar yang suka ditempelin gembok.

    Btw, suka banget kalimat terakhirnya. Mantul.

    BalasHapus
  12. Aku jd bnr2 pengen ke turki LG, tp kali ini selcuk hrs jd destinasi utamanya. Tempat dengan banyaaak sejarah gini jauh LBH menarik sih drpd melihat terasering air panas di Pamukkale ato balon udara di Cappadocia :D.udh terlalu turis kalo itu.

    BalasHapus
  13. Seriusan udah pernah ikut Semana Santa? Ya ampun itu impianku banget, sihh :D Udah dari kapan ya pengin banget ke sana tapi maju mundur karena harga tiket pesawatnya lumayan juga. Kayaknya bakal merinding kalo bisa langsung mengikuti prosesi tersebut, deh.

    BalasHapus
  14. itulah enaknya solo traveling, ada aja kemudahan-kemudahan yg didapat yg ngga diduga sebelumnya.. Lalu bisa banyak kenalan orang-orang baru di perjalanan..

    aku pun pasti canggung lah itu kalau tiba-tiba disuruh berdoa pake lilin,, untungnya Romonya cepat tanggap yaa..

    eh udah ke Semana Santa? Mantul.. aku pas stay di NTT pernah ke Larantuka dalam rangka penugasan sekitar 1 mingguan, dan tugas selesai beberapa hari sebelum Semana Santa, my bad...

    -traveler paruh waktu

    BalasHapus
  15. Masya Allah
    Mas Adie berkesempatan menjelajah sejarah lagi. Iri aku mas. Iri. Wkwk
    Alhmdulillah ktmu keluarga baik yg ngajak ke rumah Maryam, pastilah rasanya kaya terbang ke bulan di siang hari diajak ke sana. Huhu
    Terima kasih sudah mengajakku menengok tempat bersejarah ini ya mas, aku aminkan doa mas Adie. Semoga temen2 mas Adie termasuk aku meski bukan beragama Katolik bisa berziarah ke sana. Aamiin
    Smpe bayangin gmn canggungnya berdoa di sana lho, wqwq
    Untung dipersilahkan berdoa di luar tnpa mmbakar lilin ya. Jd agak lega dan nggak bingung2 amat :D

    BalasHapus
  16. Perjalanan reliji ini memang banyak meberikan wawasan sama ilmu tentang sejarah yang baru. Selain itu sisi spiritual akan lebih terasa. Turkey memang negara yang indah mas, aku punya impian dr kecil pengen keliling eropa salah satunya turki, karena sejarah wali songo di Indonesia juga berkaitan erat dengan turkey.
    Nice share mas

    BalasHapus
  17. Berhubung aku lahir dan tumbuh besar di Kediri, jadi pertama kali aku tau sosok Bunda Maria yang dirupakan patung adalah saat berkunjung di gua Puhsarang. Tapi saat itu aku gak tau kalau itu adalah sosok Bunda Maria karena pertama kali aku diajak berkunjung ke sana adalah saat aku masih balita, masih kecil banget, dan cuma tau tentang main-main doang.๐Ÿ™ˆ

    Sementara saat-saat aku mulai sedikit demi sedikit mengenali tentang Maryam baru belakangan ini, mas. Itu juga melalui ceramah yang aku dengarkan dari ustadz saja. Dan hanya dengan penuturan ustadz itu aku jadi amat sangat kagum dan menghormati maryam. Saking kagumnya sama Maryam, salah surat favoritku dalam Al Qur'an adalah surat Maryam.

    Ngomong-ngomong, aku kagum banget lho sama mas Adie. Kok bisa ya, solo traveling sendiri di negara orang. Soalnya kalau aku sendiri dilepas di tengah kota rantauan aja sudah pasti nyasarnya, apalagi kalau harus ke kota lain bahkan negara lain.. Bisa-bisa gak pulang aku jadinya, mas.๐Ÿคญ

    Walaupun begitu aku beruntung banget nemu blognya mas Adie ini. Walaupun aku gak bakat traveling karena menentukan arah mata angin aja gak bisa, tapi aku tetap berasa mengikuti penjelajahan yang dilakukan Mas Adie. Terimakasih banyak lho, mas.๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanya sekali kali traveling sendirian tapi jangan jauh jauh mbak, misalnya ke pasar atau mall gitu traveling nya, jadi kalo nyasar kan ngga kejauhan.๐Ÿ˜

      Hapus
  18. Emnk di Indonesia ada air suci yah?? air wudhu maksudnya?? hehe
    Kok disana, sepi sih padahal pusat religi. Tapi kalau ngeliat gantungan tembok harapan yah rame juga yah orang smpe penuh gitu..

    Yahh gue bangga banget,, emnk temen-temen blogger gue itu keren-keren abisss.. :D

    BalasHapus
  19. foto fotonya sangat menarik, tambah menarik dengan membaca ceritanya.

    Thank you for sharing

    BalasHapus
  20. Halo mas, salam kenal

    Saya kira di Indonesia doang ada petilasan Bunda Maria. Ternyata di Turkey juga ada.Tapi gak heran sih. Soalnya kan Turkey, jazirah arab tempat kelahiran para nabi. Jadi kalo ada situs kaya gitu ya memang sudah hakekatnya.

    BalasHapus
  21. Wah jarang-jarang kayanya ada blogger indo yang main ke sini ya, baru nemu ini yang ceritain perjalanan ke Panaya Kapulu ini.

    Untuk tembok pengharapannya, harapan-harapan yang ditulis di kertas oleh pengunjung dipasangnya gimana mas? Ditempel apa diiketin gitu ya? Apakah secara berkala dipindahkan oleh pengelola atau dibiarkan saja di sana?

    BalasHapus
  22. Sekilas tempatnya mirip Gua Maria Kerep atau Sendangsono, Mas Adie. Kalau dilihat-lihat dari foto, sensasi keheningannya mungkin sebelas-dua belas.

    Wah, nama kenalan Mas Adie itu Melek? Saya jadi ingat film Im Juli. Ada tokoh perempuan namanya Melek. Artinya saya lupa-lupa ingat, tapi kalau nggak salah ada hubungannya dengan matahari.

    BalasHapus
  23. Sungguh perjalanan yang sangat menarik Mas, semoga suatu hari nanti saya bisa mengunjungi tempat-tempat ini juga.

    BalasHapus
  24. Suasana tempatnya adem banget, kalo dari foto, pengen rileksasi disana hehe

    BalasHapus
  25. Hai kak sebuah pengalaman berarti dan berharga... Gambar-gambarnya juga sangat mendetail. Terima kasih telah merekamnya menjadi sebuah tulisan.

    Oh yah kak, jika berminat untuk menulis di berbagai web, jangan lupa untuk mampir di web kami ya...

    BalasHapus
  26. Sangat setuju dengan paragraf penutup tulisan ini, Mas Adie. Perbedaan dalam iman dan kepercayaan tidak semestinya menghalangi kita untuk saling berkunjung dan turut merawat sebuah situs religi, karena toh, ruhnya sama-sama untuk kebaikan :)

    BalasHapus
  27. Terima kasih, sudah mengajak berkunjungan virtual, menarik bagi saya orang Katolik ketika mengunjungi tempat seperti ini, sejuk dan tenang. Di saat kita ingin melakukan kontemplasi di sini tempat yang ideal.

    Gak hanya yang Katolik sering datang ke tempat serupa, bukan untuk menguji Iman, tapi menikmati suasana heningnya. Salut sekali dengan pemaparannya ๐Ÿ˜✌️

    BalasHapus