.: Aneka Tenun Ikat Khas Sumba :. |
Terlahir dari kreasi para perempuan perajin kain dalam menyilangkan benang dan mengawinkan warna, beraneka ragam produk wastra tersebar di seluruh penjuru nusantara. Bertumpu pada kearifan lokal yang bersumber dari ritual adat, lembaran-lembaran kain tersebut bertransformasi bukan hanya sebagai penutup tubuh, tetapi juga mempunyai tempat sentral dalam sebuah upacara keagamaan, acara pernikahan, kelahiran, dan kematian, serta menjadi alat pembayaran denda atas sebuah pelanggaran norma sesuai dengan motif dan tujuan pembuatannya.
Dalam seni semiotika disebutkan bahwa motif dalam selembar kain merupakan penuturan tentang harmoni antara manusia, alam, dan makhluk hidup di dalamnya. Hal itu salah satunya dapat ditunjukkan dari mata rantai pembuatannya sejak dari kapas menjadi benang, hingga ditenun atau diwarnai sesuai dengan jenis kainnya. Pada akhirnya, kain-kain tersebut seakan mengikat para pemakainya dengan adat yang berlaku.
.: Koleksi Kain Batik Jawa: Solo dan Jogja :. |
Terlahir sebagai orang Jawa, saya justru merasa tidak nJawani saat berkunjung ke lingkungan keraton, baik di Yogyakarta (Jogja) maupun Surakarta (Solo), yang sering dirujuk sebagai episentrum budaya Jawa. Beragam motif batik yang begitu memesona terpajang secara apik baik dikenakan oleh segenap penghuni keraton maupun masyarakat yang sedang berkunjung.
Menghindari kegagapan budaya terkait penggunaan batik, saya sengaja bertandang ke Museum Danar Hadi di Solo untuk mengetahui seluk beluk tentang batik sebelum bertamu ke keraton. Museum yang didirikan tahun 2002 oleh H. Santosa Doellah ini setidaknya menyimpan lebih dari 10.000 helai kain batik. Karena motif dan asalnya yang beragam, saya memerhatikan penjelasan pemandu lebih saksama perihal batik dari Jogja dan Solo.
.: Mengikuti Kelas Membatik saat Perhelatan Inacraft di Jakarta :. |
Mbak Qoida juga menunjukkan proses pembuatan batik melalui workshop yang ada di belakang ruang koleksi. Dari kain mori polos, selembar kain batik akan melalui proses klowongan (menggambar motif), tembokan (menutup bagian kain yang tetap berwarna putih dengan lilin), wedelan (memberi warna biru, sesuai motif yang diinginkan), kerokan (menggerus lilin saat proses tembokan), biron (menutup warna biru saat proses wedelan), sogan (memberi warna cokelat dari pewarna alami batang pohon soga), dibilas, lalu dikeringanginkan. Saya jadi teringat pernah ikut pelatihan membatik saat perhelatan Inacraft di Jakarta.
.: Abdi Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam Balutan Beskap dan Batik :. |
Mengetahui proses yang begitu rumit untuk menghasilkan selembar kain batik, saya jadi iseng menanyakan filosofi batik yang saya kenakan. Menurut mbak Qoida, batik saya bermotif kawung. Motif ini diciptakan oleh Sultan Mataram dan sudah dikenal sejak abad ke-13. Awalnya, batik kawung hanya boleh dikenakan oleh pihak keluarga kerajaan saja. Tapi, sejak Mataram pecah menjadi dua yaitu Yogyakarta dan Surakarta, batik kawung dikenakan oleh golongan yang berbeda. Di keraton Jogja, batik kawung dikenakan oleh pihak sentono dalem (keluarga keraton), sedangkan di keraton Solo, batik kawung hanya boleh dikenakan oleh para punakawan dan abdi dalem.
Berbekal penjelasan dari mbak Qoida, saat akan masuk kompleks keraton Jogja, saya dibisiki salah satu abdi dalem, "Mas, sebaiknya ganti baju dulu, atau terpaksa saya tidak mengizinkan njenengan masuk." Ternyata benar. Batik kawung khusus untuk keluarga keraton. Saya perhatikan, tak ada satupun abdi dalem yang mengenakan batik motif ini. Saya pun berlalu untuk mengganti baju.
.: Ukiran Motif Khas Batak di Sebuah Rumah Bolon :. |
Saya berburu kriya kultur khas Batak ini setelah membaca buku yang ditulis oleh Mja. Nashir berjudul Berkelana dengan Sandra Menyusuri Ulos Batak.
Sebelumnya, saya sering menyebut secara umum tenun Batak ini sebagai ulos. Padahal namanya bisa berbeda-beda menurut subetnis Batak yang menggunakannya. Ulos sendiri merujuk pada masyarakat Batak Toba dan Batak Angkola-Mandailing. Kain lainnya yang sering disebut ulos adalah kain uis di Karo, oles di Pakpak-Dairi, dan hiou di Simalungun.
Saat mengantar ke Huta Siallagan dan Museum Batak, Pak Anton Sihotang, pemandu saya, berkata, "Ulos itu bagi orang Batak ibarat selimut pemberi kehangatan."
.: Mengenakan Pakaian Adat Khas Batak di Museum Batak :. |
Saya jadi teringat dengan batik motif udan liris. Motif ini juga dipercaya sebagai penangkal bala bagi pemakainya. Motifnya sendiri diilhami dari pakaian pendeta yang bertambal sehingga dipercaya dapat menangkal pengaruh jahat atau tolak bala.
Sebelas duabelas dengan ulos dan batik motif tertentu, selembar tenun ikat konon dipercaya mempunyai kekuatan supranatural sebagai penolak bala bagi pemakainya. Saya sendiri bergerilya ke beberapa pulau di Indonesia untuk berburu beberapa lembar tenun ikat. Bukan untuk mendapatkan khasiat astral, tetapi hanya sebatas sebagai ekspresi kecintaan anak negeri terhadap artefak budaya yang berharga.
.: Menenun Ikat di Suatu Sore :. |
Selain tenun ikat khas Lombok, saya begitu mengagumi tenun ikat khas Sumba. Menurut saya, tenun ikat dari Sumba begitu autentik dan kelihatan unik saat dipakai. Sepertinya, hanya ekspresi kebahagian yang patut dihadirkan saat diberi hadiah berupa tenun ikat khas Sumba oleh beberapa teman sepulang lawatannya dari sana. Tenun ikat dari kampung Tarung, Sumba tersebut seolah membawa pesan bagi saya untuk melakukan lawatan ke sana suatu saat.
.: Simbiosis Kain Batik dan Tenun Ikat di Sebuah Acara Pernikahan Adat Batak :. |
Saya percaya bahwa dalam selembar kain terangkum doa, pujian, dan kesabaran dari pembuatnya. Kain-kain yang dibuat melalui kombinasi kesabaran dan kreativitas selalu tecermin dari pancaran hasil kriya kultur tersebut saat dipakai. Demi mengungkapkan dan membagi satu bentuk ekspresi kebagiaan, saya mengombinasikan kain batik dan tenun ikat saat menghadiri perhelatan pernikahan adat Batak, di mana beragam ulos berkumpul dalam satu altar. Melalui pemandangan unik tersebut, saya seperti melihat kilas balik dan benang merah dari perjalanan dan perburuan kain etnik yang saya lakukan di seluruh penjuru nusantara. Di semesta mungil itu pulalah sebuah miniatur keragaman budaya nusantara hadir dan membaur secara harmonis. []
PS: Postingan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KainDanPerjalanan yang diselenggarakan Wego.
tiap daerah punya batik yang memiliki desain dan filosophi-nya masing2 .... Indonesia memang kaya ya ...
BalasHapusBtw ... sekarang saya sering pakai baju batik ... #BanggaIndonesia
Iya, batik Indonesia itu ragamnya banyak sekali. Setiap daerah punya batik khas masing-masing. Yang perlu disadari, di pasaran sekarang juga banyak sekali beredar batik asal China. Makanya hati-hati kalau beli batik. Lebih aman belinya langsung dari perajin di sentra-sentra produksi batik lokal seperti di Lawean, dan lain-lain.
HapusSelain batik, ayo dong pakai juga kain etnik lainnya dari seluruh penjuru nusantara. Tenun gak kalah bagusnya lho dari batik hehehe ;)
Ada, di Tanah Abang, Pusat Grocir Cililitan, Pasar Cipulir, dll, banyak banget di sana. Tinggal pilih aja yang sesuai dengan duitnya hehehe ;)
BalasHapus