![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTg2uuA1-XLrhi1lEyX6kDesfgoAu25CEde2A0f2cuABeZYUr8DJ7qQ7J9Y0tAv51RugNS0vokxggSi8FwMcIt2ZMxVmRRQg7SBT-3Q2jb7-bmC-fqe0Pk6qv1HDeCx8S3FM_ddkmFikQ/s280/IMG-20140616-9141.jpg) |
.: Pantai Pasir Putih di Pulau Pahawang Kecil, Teluk Lampung :. |
Awalnya, saya pikir tak banyak yang bisa ditawarkan Lampung sebagai sebuah destinasi wisata lokal yang menjanjikan. Pasalnya, saya hanya mengenal Lampung sebagai oase tempat mamalia terbesar sejagad bersemayam. Selebihnya, akhir-akhir ini, melalui bincang-bincang santai dengan beberapa kawan pejalan, Lampung mulai terdengar di telinga saya melalui atraksi lumba-lumba di lepas pantai Kiluan yang (katanya) mulai menyaingi akrobatik serupa di Lovina, Bali. Saya pun heran saat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memilih propinsi di kaki Sumatera ini sebagai tuan rumah perhelatan akbar
Tourism Indonesia Mart and Expo (TIME) dua tahun berturut-turut di 2011 dan 2012. Apa yang ditawarkan oleh Lampung yang bahkan namanya tak terlalu bergaung di kancah pariwisata nasional?
Keinginan untuk menilik Lampung dari dekat bersambut ketika datang undangan dari teman kantor yang hendak melepas masa lajang. Hal pertama yang melintas di kepala saya tetap saja mengunjungi Waikambas. Tapi, berdasarkan info dari teman yang lama tinggal di Lampung, Waikambas terlalu jauh dari pusat kota Bandar Lampung. Saya mulai mencari informasi tentang destinasi menarik lain di Lampung untuk membunuh waktu seharian sebelum datang ke acara kondangan. Saya cek peta, dan mulai mengarahkan pandangan ke arah Selat Sunda. Bagai planet-planet kecil yang membentuk konstelasi, serakan pulau di Teluk Lampung seakan menggoda untuk dijamah. Dan saya pikir, menyusuri pantai dan menjelajah pulau-pulau kecil di teluk Lampung yang teduh merupakan pilihan yang lebih menarik daripada membenamkan diri seharian di penginapan.